Latest Updates

Membaca al-Qur’an Di Kuburan Dalam Karya Muhammad bin Abdul Wahab


Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman at-Tamini an-Najdi adalah seorang ulama yang dianggap sebagai pengasas aliran wahhabiyah, beliau wafat pada tahun 1206 H. Lahir dilingkungan keluarga yang bermadzhab Hanbali. Ayah beliau yakni Syaikh Abdul Wahab bin Sulaiman bin Suhaim adalah seorang ulama alim yang bermadzhab Hanbali, demikian juga dengan saudara beliau yakni Syaikh Sulaiman bin Abdul Wahab al-Hanbali. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab mendapat banyak penentangan dari ulama Ahl Sunnah termasuk saudaranya sendiri karena pemikirannya yang dianggap banyak menyelisihi As-Sawadul A’dham (golongan terbesar umat Islam/Ahl Sunnah).

Namun, ada hal menarik yang terdapat dalam salah satu karyanya yakni Ahkam Tamanni al-Maut. Yang mana didalam karyanya ini, beliau menuliskan hadits tentang membaca al-Qur’an dikuburan. Hal ini, sangat sejalan sekali dengan pemikiran ulama-ulama Hanbali pada umumnya, dimana banyak didalam kitab-kitab ulama Hanbali yang tidak melarang membaca al-Qur’an dikuburan bahkan dianjurkan. Namun, sebagian dari mereka yang beraliran wahhabiyah menolak mengakui kitab ini sebagai karya Syaikh Muhamamd bin Abdul Wahab, tentu saja karena tidak bisa menerima kenyataan yang yang sebenarnya yang bertentangan dengan apa yang mereka yakini. Didalam Ahkam Tamanni al-Maut hal. 46 disebutkan sebagai berikut ;
 أخرج ابن عبد البر عن ابن عباس قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "ما من أحد يمر بقبر أخيه المؤمن - كان يعرفه في الدنيا - فيسلم عليه، إلا عرفه ورد عليه السلام" صححه عبد الحق، وفي الباب عن أبي هريرة وعائشة
 "Ibnu 'Abdil Barr meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas, ia berkata : "Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda : "tidak seorang pun yang berjalan di qubur saudaranya yang mukmin -yang dikenalnya ketika didunia, kemudian ia memberi salam atasnya, kecuali ia mengetahuinya dan membalas salam kepadanya". Abdul Haq menshahihkannya, dan didalam sebuah bab dari Abu Hurairah dan 'Aisyah".
Pada halaman 75 :
وأخرج سعد الزنجاني عن أبي هريرة مرفوعا: "من دخل المقابر ثم قرأ فاتحة الكتاب، وقل هو الله أحد، وألهاكم التكاثر، ثم قال: إني جعلت ثواب ما قرأت من كلامك لأهل المقابر من المؤمنين والمؤمنات، كانوا شفعاء له إلى الله تعالى". وأخرج عبد العزيز صاحب الخلال بسنده عن أنس مرفوعا: "من دخل المقابر، فقرأ سورة يس، خفف الله عنهم، وكان له بعدد من فيها حسنات".
“Sa’ad az-Zanjani telah meriwayatkan dari Abu Hurairah secara marfu : “barangsiapa yang masuk area pekuburan, kemudian membaca Fatihatul Kitab (surah al-Fatihah), Qul huwallahu Ahad (al-Ikhlas) dan Alhaakumut Takatsur (at-Takatsur), kemudian berkata : sesungguhnya aku menjadikan pahala apa yang aku baca dari firman-Mu (al-Qur’an) ini untuk penghuni pekuburan  yang mukminin maupun mukminaat”, maka mereka menjadi penolongnya kepada Allah Ta’alaa”. Abdul ‘Aziz shahibul Khalal meriwayatkan dengan sanadnya dari ‘Anas secara marfu : “barangsiapa yang masuk area pekuburan, kemudian membaca surah Yasiin, niscaya Allah akan akan meringakan siksa dari mereka, dan kebaikan bagi pembacanya sebanyak penghuni qubur tersebut”.
Sebagai pembanding, berikut pernyataan dari pembesar ulama Hanbali yakni al-Imam al-‘Alim al-‘Amil Syaikhul Islam Qudwatul Anam Majmu’ul Fadlail Muwaffaquddin Abu Muhammad Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah al-Maqdisi, atau lebih dikenal dengan Imam Ibnu Qudamah rahimahullah [w. 620 H]. Beliau hidup jauh sebelum masa kemunculan aliran wahabiyah, dan didalam kitabnya yang sangat populer yakni al-Mughni [2/422], beliau menuturkan :
فصل: قال: ولا بأس بالقراءة عند القبر، وقد روي عن أحمد أنه قال: إذا دخلتم المقابر اقرءوا آية الكرسي وثلاث مرات قل هو الله أحد، ثم قل: اللهم إن فضله لأهل المقابر.
Tidak apa-apa dengan membaca al-Qur’an di sisi qubur, dan sungguh telah diriwayatkan dari Imam Ahmad bahwa ia berkata : apabila kalian masuk area pequburan maka bacalah oleh kalian ayat Kursi dan 3 kali Qul huwallahu Ahad (surah al-Ikhlas) kemudian ucapkanlah : ya Allah sesungguhnya fadlilahnya untuk penghuni pequburan”.
 وروي عنه أنه قال: القراءة عند القبر بدعة، وروي ذلك عن هشيم، قال أبو بكر: نقل ذلك عن أحمد جماعة، ثم رجع رجوعا أبان به عن نفسه، فروى جماعة أن أحمد نهى ضريرا أن يقرأ عند القبر، وقال له: إن القراءة عند القبر بدعة. فقال له محمد بن قدامة الجوهري: يا أبا عبد الله: ما تقول في مبشر الحلبي؟ قال: ثقة. قال: فأخبرني مبشر، عن أبيه، أنه أوصى إذا دفن يقرأ عنده بفاتحة البقرة وخاتمتها، وقال: سمعت ابن عمر يوصي بذلك. قال أحمد بن حنبل: فارجع فقل للرجل يقرأ.
“diriwayatkan bahwa beliau juga berkata : “pembacaan al-Qur’an disisi qubur adalah bid’ah”, diriwayatkan juga dari Husyaim. Abu Bakar kemudian berkata : jama’ah (hanbali) telah menaqal itu dari Imam Ahmad kemudian kembali ruju’ dari dirinya sendiri, maka jama’ah ulama meriwayatkan bahwa Ahmad melarang seorang buta untuk membaca al-Qur’an disisi qubur, kemudian ia berkata kepadanya : sesungguhnya membaca al-Qur’an disisi qubur adalah bid’ah, kemudian Muhammad bin Qudamah al-Jauhariy berkata kepada Imam Ahmad : wahai Abu Abdillah (Ahmad), apa yang akan engkau katakan tentang Mubasyyir al-Halabi ? Ahmad berkata : tsiqah (terpecaya). Ibnu Qudamah al-Jauhari berkata : telah mengkhabarkan kepadaku Mubasysyir, dari ayahnya, sesungguhnya ia berwasiat apabila dimakamkan agar dibacakan disisi quburnya pembukaan surah al-Baqarah dan mengkhatamkannya, dan ia berkata : aku mendengar Ibnu ‘Umar berwasiat tentang hal itu. Imam Ahmad bin Hanbal berkata : kembalilah maka katakanlah pada laki-laki itu agar membacanya.
وقال الخلال: حدثني أبو علي الحسن بن الهيثم البزار، شيخنا الثقة المأمون، قال: رأيت أحمد بن حنبل يصلي خلف ضرير يقرأ على القبور. وقد روي عن النبي - صلى الله عليه وسلم - أنه قال: «من دخل المقابر فقرأ سورة يس خفف عنهم يومئذ، وكان له بعدد من فيها حسنات» . وروي عنه - عليه السلام - «من زار قبر والديه أو أحدهما، فقرأ عنده أو عندهما يس غفر له  
‘al-Khallal berkata : menceritakan kepadaku Abu ‘Ali al-Hasan bin al-Haitsam al-Bazzar, syaikh kami seorang yang tsiqah lagi terpercaya, ia berkata :  aku melihat Imam Ahmad bin Hanbal shalat mengikuti (bermakmum pada) seorang buta yang selalu membaca al-Qur’an diatas quburan. Dan sungguh telah diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam  : “barangsiapa yang masuk pekuburan kemudian membaca surah Yasiin niscaya diringankan (siksanya) dari mereka seketika itu, dan bagi pembacanya ada kebaikan sebanyak penghuni qubur itu”, dan juga diriwayatkan : barangsiapa yang melakukan ziarah qubur kedua orang tuanya atau salah satu dari orang tuanya, bacalah Yasiin disisi quburnya atau qubur keduanya niscaya diampuni baginya”.
Juga pernyataan seorang Mufti madzhab Hanbali, yakni Syaikhul Islam al-Imam Ibnu Muflah al-Maqdisi [w. 763 H] didalam kitabnya yakni al-Furu’ wa Tashhih al-Furu’ [3/419] menyebutkan :
مسألة -: قوله: لا تكره القراءة على القبر وفي المقبرة، نص عليه، وهو المذهب، فقيل: تباح، وقيل: تستحب،
“Frasa, tidak dimakruhkan pembacaan al-Qur’an diatas qubur dan diarea pequburan, terdapat nas atas hal itu, dan itulah madzhab Hanbali. Dikatakan : hukumnya mubah, juga dikatakan : hukumnya sunnah (disunnahkan).
Dari nukilan diatas sudah jelas bahwa pendapat tidak dimakruhkan membaca al-Qur’an di atas kubur adalah pendapat yang difatwakan sebagai pendapat madzhab, artinya seperti itulah madzhab Hanbali.
Wallahu A’lam. []

1 Response to "Membaca al-Qur’an Di Kuburan Dalam Karya Muhammad bin Abdul Wahab"

Purnama mengatakan...

http://maktabah-attamimi.blogspot.co.id/2013/07/benarkah-kitab-ahkam-tamanniil-maut.html

Posting Komentar

Media Islam

Thariqat Sarkubiyah

NU Online