Latest Updates

Sekilas Mengarungi Samudra Sejarah Daulah Islam (Hingga Keruntuhan Khilafah)

Sekilas Mengarungi Samudra Sejarah Daulah Islam (Hingga Keruntuhan Khilafah)
InsyaAllah dengan membaca ini seakan kita dibawa ke masa lalu kemudian sedikit demi sedikit kita di tuntun untuk berjalan dari masa ke masa seakan berjalan melintasi sejarah hingga keruntuhan Kekhilafahan Islam dan saat ini.

Secara garis besar setelah wafatnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alayhi wa alihi wa sallam, Islam berkembang dengan pesat ke seluruh penjuru dunia. Kekhilafahan bani Umayyah, Kekhilafahan bani Abbasiyyah dan Kekhilafahan Turki Utsmani sebagai pernyambung kekuatan Islam setelah pemerintahan Khulafaur Rasyidin (Khilafah Nubuwwah) senantiasa menyebarkan Islam dan meluaskan wilayah-wilayaha kaum Muslimin.

Peristiwa ini bermula ketika sang Utusan Allah (Penutup para Nabi) di lahirkan di bumi bertepatan tahun 570 M bersamaan dengan kekalahan tentara Abrahah dalam upaya memusnahkan Ka’bah.

610 M – Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul Allah dan mulai mendakwah Islam dengan membentuk kutlah (kelompok) di rumah al-Arqam bin Abi Arqam.

613 M – Dakwah secara terbuka, setelah Rasulullah menerima wahyu,


فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik” (QS. Al-Hijr : 94)

Dengan demikian, interaksi antara kaum Muslimin dan orang kafir telah dimulai.

619 M – Terjadi peristiwa Isra’ Mi’raj.

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Israa’ : 1)

Mencari Nushrah (perlindungan) dari orang-orang yang berpengaruh serta memiliki kekuatan, suku-suku dan kaum-kaum dalam rangka menyebarkan dakwah Islam dan menerapkan Islam dengan syarat mereka memeluk Islam.

621 M – Dimulainya fase dakwah selanjutnya. Terjadinya bai’at Aqaba I ; Rasulullah telah di bai’at oleh suku al-Aus dan al-Khazraj yang berasal dari Yatsrib (Madinah). Proses pengirim Mus’ab bin Umair ke Yatsrib (Madinah) untuk mengajarkan Islam kepada suku-suku tersebut. Sebagian besar penduduk Madinah memeluk Islam.

622 M – Bertepatan dengan 1 H (terjadinya peristiwa Hijrah). Terjadinya bai’at Aqabag II ; Rasulullah menerima penyerahan pemerintahan Madinah dari al-Aus dan al-Khazraj. Bai’at Aqabah ke-II ini diberikan oleh 73 orang laki-laki dan 2 orang wanita. Mereka membai’at Rasulullah untuk memeluk Islam dan memberi perlindungan kepada beliau (Shallallahu ‘alayhi wa sallam). Perintah untuk berhijrah oleh Nabi kepada para sahabatnya. Kaum Quraiys merancang akan melakukan pembunuhan terhadap Nabi, namun upaya mereka gagal dan beliau melakukan hijrah. Kemudian membentuk negara Madinah. Nabi sebagai pemimpinnya. Kaum Muhajirin dan Anshar di persaudarakan. Membangun masjid sebagai pusat pengembagan agama dan politik negara Islam. Terjadinya penanda tanganan Piagam Madinah antara kaum Muslimin dengan orang-orang musyrik dan yahudi di Yatsrib.

624 M – Terjadinya perang Badar (313 kaum Muslimin VS 1000 kaum Kafir). Kaum Muslimin menang. Peristiwa ini merupakan peperangan yang sangat penting dalam sejarah Islam.

625 M – Terjadi perang Uhud ; kaum Muslimin mengalami kekalahan. Beberapa pasukan Islam mengabaikan perintah Rasulullah dengan meninggalkan posisi penting dalam medan perang hingga Rasul pun mengalami luka.

627 M – Perang Khandak (al-Ahzab). Kaum Muslimin menang dan kaum Quraisy selanjutnya tidak memiliki kemampuan untuk melancarkan serangan.

628 M – Terjadi peperangan Bani Quraydah, Islam menang. Perjanjian Hudaibiyah. Mengirim surat kepada para pemimpin dunia untuk mengajak mereka masuk Islam. Terjadi perang Khaibar dan Islam kembali menang.

629 M – Terjadi peparangan Mut’ah antara kaum Muslimin dan Romawi. 3000 kaum Muslimin VS 200.000 kaum Kuffar, dan kaum Muslimin mundur.

630 M – Pembebasan Mekkah, setelah Quraysh melanggagar perjanjian Hudaibiyah. Terjadi perang Hunain, Islam menang. Perang Taif, Islam menang. Perang Tabuk, pasukan Romawi di pukul mundur.

631 M – Tahun delegasi. Suku-suku Arab yang lain disemenanjung memberikan Bai’at kepada Nabi.

632 M – Peristiwa Haji Wada’ (11 H), dihadiri oleh 100.000 kaum Muslimin (sahabat). Nabi Muhammad menyiapkan pasukan Usamah bin Ziyad untuk menyerang Romawi. Pada tahun ini, Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam wafat.

Nabi Shallallahu 'alayhi wa sallam pernah bersabda ;

قال صلى الله عليه وسلم كانت بنو إسرائيل تسوسهم الأنبياء كلما هلك نبى خلفه نبى و إنه لا نبى بعدى و ستكون خلفاء فتكثر قالوا ما تأمرنا قال فوا ببيعة الأول فالأول و أعطوهم حقهم فإن الله سائلهم عما استرعاهم
“Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, dulu bani Israil diurus dan dijaga oleh para Nabi (الأنبياء), setiap seorang Nabi meninggal maka akan digantikan oleh Nabi yang lain, dan sesungguhnya tidak ada Nabi setelahku, yang akan ada adalah Khulafa’ (para Khalifah) dan jumlah mereka banyak, para sahabat bertanya, “lalu apa yang engkau perintahkan kepada kami ya Rasulullah ? Nabi bersabda, “penuhilah bai’at yang pertama, dan yang pertama, berikanlah kepada mereka yang menjadi hak mereka, maka sungguh Allah akan mempertanyakan kepada mereka atas apa yang mereka diminta untuk mengurusinya” [Hadits Riwayat Imam Muslim]


KHILAFATUN NUBUWWAH (KHILAFAH RASYIDAH)

632 M – Masih dalam tahun yang sama, Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq dibai’at menjadi Khalifah (pengganti Nabi), para sahabat membai’at beliau. Kemudian meneruskan misi sahabat Usamah bin Zayd memimpin ekspedisi ke Syiria. Memerangi golongan Murtad dan suku Arab yang enggan membayar zakat.

633 M – Terjadi perang Yamamah ; Islam berjaya membebaskan selatan Syiria. Penaklukan al-Hirah di Iraq oleh Khalid bin Walid. Mulai dilakukan pengumpulan al-Qur’an yang diketuai oleh Zayd bin Tsabit.

634 M – Terjadi peperangan Ajnadin di Palestina. Khalifah Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq wafat. Sayyidina Umar bin Khatthab dibai’at menjadi Khalifah.

635 M – Ekspansi pertama Kekhilafahan Umar bin Khatthab ke ibukota Syiria dan Damsyik

636 M – Barah dan Balabak akhirnya di bebaskan. Damsyik dan Hims dibebaskan.

637 M – Syiria dan Jordan dibebaskan. Terjadi peperangan Yarmuk yang dipimpin oleh Khalid bin Walid melawan Byzantium. Bandar al-Kufah di bangun.

638 M – Iraq dibebaskan oleh Islam. Terjadinya perang al-Qadisiah (sebuah kota didekat Hirah, Iraq) yang akhirnya takluk ditangan Islam. Jerusalem dibebaskan secara damai. Dari sana, futuhat berlanjut ke Ibukota Persia, yaitu Al-Madain. Terjadi peperangan Jalula’ dan Parsi jatuh ketangan Islam dan banyak lagi kota-kota di Syiria yang dibebaskan.

639 M – Proses penyusunan calendar Hijriyah. Para sahabat menetapkan permulaannya berdasarkan peritiwa yang paling penting dalam sejarah Islam yaitu hijrahnya Nabi dari Mekkah ke Madinah untuk mendirikan Darul Muhajirin (darul Islam).

640 M – Kawasan di Iraq dan Syiria yang masih tersisa di bebaskan.

641 M – Qaysariyyah dibebaskan. Ibukota Mesir yaitu Iskandaria akhirnya takluk. Mousul dapat dikuasai tentara kaum Muslimin.

642 M – Kaum Yahudi berpindah dari negari Arab ke Syiria.

643 M – Dinasti Persia runtuh dan Iran di bebaskan. Terjadinya perang Nawahand.

644 M – Bertepatan dengan 23 Hijriyah. Tripoli (Libya) dibebaskan. Azerbaijan, Hamazan, Asfahan dibebaskan. Khalifah Sayyidina Umar bin Khattab wafat karena di bunuh oleh salah seorang Majusi. Sayyidina Utsman bin ‘Affan dibai’at menjadi Khalifah.

645 M - Seruan ke Afrika Utara. Cyprus akhirnya takluk.

646 M - Seruan menentang Byzantium.

647 M - Tentara angkatan laut Islam dikembangkan dan dipimpin oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Terjadi peperangan dahsyat di laut menentang angkatan laut Byzantium. Pemerintahan Persia Sassanid berhasil di tumpas.

648 M – Terjadi pemberontakan (bughat) terhadap Kekhilafahan Sayyidina Utsman bin ‘Affan. Syapur dibebaskan dan Tripolitania juga dibebaskan.

652 M – Khurasan dan Naisapur di bebaskan.

653 M – Khalifah Utsman bin ‘Affan di bunuh, bertepan dengan tahun 35 H. Beliau berhasil merebut Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania dan Tabaristan. Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib dibai’at menjadi Khalifah.

657 M – Khalifah ‘Ali bin Abi Thalib memindahkan pusat Kekhilafahan dari Madinah ke Kufah.

658 M – Terjadinya perang Jamal ; peperangan antara Amirul Mukminin dan penentangnya.

659 M – Perang Shiffin ; peperangan antara Khalifah ‘Ali dan penentangnya yaitu Mu’awiyyah. Khalifah ‘Ali bin Abi Thalib kembali menguasai Hijaz dan Yaman dari Mu’awiyah.

*Pasa masa ini hidup ulama yang sangat terkenal yaitu Imam Hasan al-Bashriy (643 – 732 M)

661 M - Khalifah ‘Ali bin Abi Thalib wafat dibunuh oleh kalangan Khawarij. Beliau 6 tahun menjadi Khalifah. Sayyidina Hasan bin ‘Ali dibai’at menjadi Khalifah, hanya beberapa bulan saja pemerintahan di limpahkan ke Mu’awiyyah (gubernur Damaskus).

Peristiwa penyerahan kekuasaan kepada Mu’awiyah ini dikenal dengan ‘Amul Jamaah, yang mana Khalifah Hasan bin ‘Ali menyatakan mundur dari jabatannya pada 25 Rabiul Awwal 41 H.

Berakhirnya Kekhilafahan Hasan bin 'Ali maka berakhirlah Khilafah an-Nubuwwah. Khilafah an-Nubuwwah yaitu Khilafah yang berjalan diatas thariqah kenabian. Sehingga, genaplah apa yang disabdakan Rasulullah bahwa Khilafah Nubuwwah adalah 30 tahun, dan 30 tahun itu adalah masa Khalifah Abu Bakar, Khalifah Umar bin Khaththab, Khalifah Utsaman bin ‘Affan, Khalifah ‘Ali bin Abi Thalib serta masa Khalifah Hasan bin ‘Ali.

أخبرنا أحمد بن سليمان قال أنا يزيد قال أنا العوام قال حدثني سعيد بن جهمان عن سفينة مولى رسول الله صلى الله عليه و سلم قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم الخلافة في أمتي ثلاثون سنة ثم ملكا بعد ذلك قال فحسبنا فوجدنا أبا بكر وعمر وعثمان وعليا
“al-Khilafah an-Nubuwwah yang ada pada umatku adalah 30 tahun kemudian setelahnya masa kerajaan”

Al-Imam al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalaniy didalam kitab yang sudah masyhur yaitu Fathul Bariy syarah Shahih Bukhari (14/479) memberikan komentar,

لِحَدِيثِ الْخِلَافَة بَعْدِي ثَلَاثُونَ سَنَة لِأَنَّ الْمُرَاد بِهِ خِلَافَة النُّبُوَّة وَأَمَّا مُعَاوِيَة وَمَنْ بَعْده فَكَانَ أَكْثَرُهُمْ عَلَى طَرِيقَة الْمُلُوك وَلَوْ سُمُّوا خُلَفَاء ، وَاَللَّه أَعْلَمُ
“berdasarkan hadits (al-Khilafah ba’diy tsalatsuna sanah), sebab sesungguhnya yang dimaksud dengan hadits tersebut adalah Khilafah Nubuwwah (Khilafah yang berjalan diatas metode kenabian), adapun Mu’awiyah serta penguasa-penguasa setelahnya yang jumlah mereka sangat banyak berjalan diatas thariqah (tabi’at) al-muluk (raja-raja) walaupun semuanya dinamakan sebagai Khalifa. wallahu a’lam.”

MASA KHILAFAH BANI UMAYYAH

661 M – Mu’awiyah dibai’at menjadi Khalifah setelah Sayyidina Hasan bin ‘Ali memberikan bai’at dan mendeklarasikan Kekhilafahan Bani Ummayyah.

663 M – Burqaha (Libya) dan Kuwar (Sudan) dibebaskan oleh Khilafah. Banyak negeri-negeri di Asia yang dibebaskan.

670 M - Eskpansi ke Afrika Utara. Penaklukan Kabul.

677 M - Penawanan Samarkand dan Tirmiz. Serangan ke Konstantinopel.

680 M - Wafatnya Muawiyah. Yazid bin Mu’awiyyah dibai’at menjadi Khalifah dan menduduki tahta Kekhilafahan. Peristiwa pembunuhan Sayyidina Hussein bin ‘Ali bin Abi Thalib.

*Sayyidina Husein bin Ali pindah dari Makkah ke Kufah atas permintaan golongan Syi’ah yang ada di Irak. Umat Islam di daerah ini tak mengakui Yazid bin Mu’awiyyah sebagai Khalifah. Mereka mengangkat Husein sebagai Khalifah. Dalam pertempuran yang sangat tak seimbang di Karbala, sebuah daerah dekat Kufah, tentara Sayyidina Hussein kalah, dan kepala sayyidina Husein dipenggal dan dikirim ke Damaskus, sedangkan tubuhnya dikubur di Karbala.

683 M – Mu’awiyyah bin Yazid (Mu’awiyyah II) di bai’at menjadi Khalifah. Kemudian, Abdullah bin Zubayr dibai’at menjadi Khalifah. Beliau di bunuh oleh golongan Umawiyyah. Dibai’at Khalifah Abdul Malik bin Marwan dan menjadikan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi Kekhilafahan.

689 M – Perubahan mata uang Byzantium dan Persia yang di kuasai oleh Islam. Mencetak mata uang tersendiri dengan menggunakan kata dan tulisan arab.

691 M – Kubah Batu (Dome of The Rock) di bangun di Jerusalem, pertepatan tahun 72 H.

692 M – Dibai’at Khalifah Abdul Malik bin Marwan.

696 M – Banyak kota-kota di Romawi yang dibebaskan.

698 M – Seluruh Afrika Utara dibebaskan.

700 M – Seruan menentang bangsa Barbar di Afrika Utara.

705 M –Turkistan di bebaskan. Kekhilafahan Walid bin Abdul Malik. Kekhilafahan mengalami kemakmuran.

706 M – Terjadi perluasan Masjid Nabawi. Pembebasan Bukhara dan tempat-tempat lainnya.

711 M – Andalusia (Spanyol) dan sebagian Perancis dibebaskan.

712 M - Tentara Kekhilafahan bani Umayyah memasuki Spanyol. Sind dan Punjab (India) dibebaskan. Khawarizm dan Samarqand di bebaskan.

713 M – Kabul (Afghanistan) dibebaskan.

715 M – Tus dibebaskan. Wafatnya Khalifah Walid bin Abdul Malik, dan dibai’atnya Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik.

* Aimmatul Muslimin yang hidup pada masa-masa ini ; Imam Zayd bin ‘Ali (700-742 M), Imam Abu Hanifah (700 – 768 M), Imam Jakfar (700 – 768 M), Imam Ibnu Ishaq (708 – 774 M) dan Imam Malik (713 – 797 M).

716 M - Futuhat ke Konstantinopel.

717 M – Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik wafat dan Umar bin Abdul Aziz dibai’at menjadi Khalifah. Perubahan besar-besar dilakukan, masa gemilang Islam dan penuh kemakmuran walaupun tidak lama. Pada masa ini, tidak ada kemiskinan di negara Islam, tiada orang yang layak menerima zakat. Dana dari zakat digunakan untuk membebaskan budak-budak di Eropa.

720 M – Khalifah Umar bin Abdul ‘Aziz wafat. Kemudian di bai’at Yazib bin Abdul Malik sebagai Khalifah.

724 M – Dibai’atnya Hisyam bin Abdul Malik sebagai Khalifah

725 M - Tentara kaum Muslimin menawan Nimes di Prancis.

732 M – Terjadi pertempuran Balat as-Syuhada di tengah Perancis. Kaum Muslimin dikalahkan.

740 M – Pemberontakan (bughat) oleh kaum Syi’ah dibawah pimpinan Zaid bin Ali. Bangsa Berber di Afrika Utara juga melakukan bughat. Terjadinya pertempuran Nobles.

742 M – Pemulihan aturan-aturan Islam di Qiarawan.

743 M – Khalifah Hisyam bin Abdul Malik wafat kemudian Walid bin Yazid di bai’at menjadi Khalifah. Kembali Syi’ah di Khurasan dibawah pimpinan Yahya bin Zaid melakukan bughat.

744 M – Peralihan kekuasaan dari Khalifah Walid bin Yazid kepada putranya yaitu Yazid (an-Naqis/berkurang) bin Walid dan di bai’at menjadi Khalifah, selanjutnya Ibrahim bin Walid dibai’at menjadi Khalifah. Dilakukan penterjemahan buku-buku filsafat Yunani (Hellenistic) ke bahasa Arab. Hal ini menyebabkan munculkan kalangan Mutakallimin, seperti Muktazilah, Jabariyyah, Ahlussunnah dan lain-lain. Kemudian dibai’at Khalifah Marwan (al-Himar/keledai) bin Muhammad.

745 M – Kufah dan Mousul diduduki oleh kalangan Khawarij.

746 M – Kufah dan Mousul kembali ketangan Khalifah Marwan bin Muhammad.

749 M - Kekalahan tentera Umayyah di Kufah, Iraq jatuh ke tangan tentara Abbasiyyah.

750 M – Pertempuran Zab dan Damaskus ditawan oleh tentera bani Abbasiyyah. Akhir dari Kekhilafahan bani Umayyah.

MASA KHILAFAH BANI ABBASIYAH

750 M – Berdirinya Kekhilafahan bani Abbasiyah. Khalifah Abul Abbas as-Safah memerintah di Kufah.

754 M – Wafatnya Khalifah Abu Abbas as-Safah, kemudian di bai’at Abu Ja’far al-Mansyur sebagai Khalifah.

755 M - Pemberontakan Abdullah bin Ali. Pembunuhan Abu Muslim. Disamping itu Abdurrahman Ad-Dakhil memulai pemerintahan di Andalusia.

756 M - Abdur-Rahman I mendirikan Khilafah Bani Umayyah di Spanyol.sebagai kelanjutan Khilafa sebelumnya di Baghdad namun kekhilafahan ini dibiarkan saja. Pembangunan kota Baghdad.

763 M – Perkembangan yang sangat pesat terjadi di Baghdad. Kekalahan tentera Abbasiyyah di Spanyol.

772 M – Pertempuran di Afrika Utara.

775 M – Wafatnya Khalifah Abu Jakfar Al-Mansyur, dan dibai’atnya Al-Mahdi sebagai Khalifah.

767 M – Masa Imam Syafi’i (beliau hidup hingga tahun 820 M)

777 M – Terjadi pertempuran Saragosa di Spanyol.

785 M – Peralihan Khalifah dari Al-Mahdi ke Al-Hadi.

786M – Khalifah Al-Hadi wafat dan Harun Ar-Rasyid di bai’at menjadi Khalifah. Islam mencapai puncak kejayaan. Terjadi banyak penaklukan kawasan di Romawi.

781 M – Masa Imam Ahmad bin Hanbal (beliau hidup hingga 856 M).

792 M – Futuhat ke selatan Prancis.

800 M - Kaidah-kaidah ilmu pengatahuan di ciptakan. Al-Jabar diciptakan oleh Al-Khawarizmi.

805 M - Seruan menentang Byzantium. Penawanan Pulau Rhodes dan Cyprus.

809 M – Khalifah Harun Ar-Rasyid wafat. Al-Amin dibai’at menjadi Khalifah.

814 M – Terjadinya perang saudara di antara Al-Amin dan Al-Ma'mun. Al-Amin terbunuh dan Al-Ma'mun dibai’at menjadi Khalifah.

816 M – Syi’ah melakukan bughat di Mekkah. Pulau Corsica dikuasai oleh bani Umayyah di Spanyol. Lahir Imam Bukhari (beliau hidup hingga tahun 878 M)

819 M – Khalifah Makmun datang ke Baghdad.

824 M – Imam Abu Daud (beliau hidup hingga 897 M)

827 M – Aliran Muktazilah dijadikan paham Kekhilafahan oleh Al-Makmun.

831 M – Imam Ibnu Majah (beliau hidup hingga tahun 895 M)

833 M – Khalifah Al-Makmun wafat. Pada tahun ini dibai’atlah Al-Mu’tashim Billah sebagai Khalifah.

836 M – Pemberontakan (bughat) yang terjadi di Azerbaijan di hentikan.

837 M – Khalifah menyahut seruan seorang Muslimah yang meminta pertolongan karena ditawan oleh Romawi dan menyemalatkannya. Ammuriah dibuka. 30.000 Romawi terbunuh dan 30.000 lainnya ditawan. Masa Imam Nasaa’i (beliau hidup hingga tahun 925 M)

839 M – Tentara kaum Muslimin menempati wilayah selatan Italia. Menguasai kota Messina di Sisilia.

842 M – Wafatnya Khalifah Al-Mu’tashim Billah. Dibai’at Al-Wasiq billah.

847 M – Khalifah Al-Waqsit billah wafat dan Al-Mutawakkil ‘alallah dibai’at menjadi Khalifah.

850 M – Al-Mutawakkil mengembalikan kejayaan Islam.

861 M – Pembunuhan Khalifah dan dibai’at Al-Muntashir billah sebagai Khalifah. Setelah wafatnya Khalifah Al-Muntashir diganti oleh Khalifal Al-Musta’in billah.

864 M – Daulah Zaidiyyah didirikan di Tabaristan oleh Hasan bin Zaid.

866 M – Dibai’at Khalifah Al-Mu’taz billah.

869 M – Khalifah dipaksa lengser, dibai’at Khalifah Al-Muhtadi billah.

870 M – Al-Muhtadi melawan Turki, kemudian di bai’at Al-Muhtamid billah sebagai Khalifah menggantikan Al-Muhtadi.

Pada abad ke 9 Hijriyah pintu ijtihad tertutup, setelah Imam al-Qaffal mengeluarkan fatwa melarang ijtihad, namun bagaimana pun faktanya masih terdapat banyak mujtahid di negara Islam.

892 M – Masa Khalifah al-Mu’tadid Billah.

899 M – Munculnya golongan Qaramita, yang kemudian di hancurkan pada tahun 458 Hijriyah.

902 M – Dibai’at Khalifah Al-Muktafi Billah.

908 M - Kemudian Khalifah Al-Muqtadir billah.

909 M – Berdiri pemerintahan Fatimiyyah di Afrika Utara.

912 M – Wafatnya penguasa Umayyah di Spanyol, kemudian digantikan oleh penerusnya.

913 M – Pembunuhan penguasa Samanid. Al-Hamra Qasr (Istana Hamra) dibangun di Seville, Andalusia.

918 M – Imam At-Tirmidzi wafat.

930 M – Qaramita menyerang Mekkah ketika musim dan Hajar Aswad di curi.

931 M – Pemulihan kekhilafahan Al-Muqtadir Billah setelah mengalami kegoncangan.

932 M – Dibai’at Khalifah Al-Qahir Billah setelah Al-Muatadir wafat dan juga wafatnya Imam Ath-Thabraniy.

934 M – Khalifah Al-Radli Billah.

940 M – Digantikan oleh Khalifah Al-Muttaqi Lillah, kemudian beliau mengalami kebutaan dan akhirnya dilengserkan.

944 M – Khalifah Al-Musaktafi al-Allah,

945 M - Khalifah Al-Muthi’ Lillah.

947 M – Sayf ad-Daulah mendidikan pemerintahan Hamadiyin di Aleppo.

969 M – Kota Kahirah (Kairo) di bangun.

970 M – al-Muiz membangun Universitas al-Azhar untuk menyebarkan paham Fathimiyyah. Shalahuddin al-Ayyubi kemudian membersihkan al-Azhar dari paham tersebut.

974 M- Dibai’at Khalifah Al-Thai’i Lillah.

987 M – Masjid Agung Cordoba di bangun.

994 M – Imam Ibnu Hazm lahir (beliau hidup hingga tahun 1064 M).

996 M – Dibai’at Khalifah Al-Qadir Billah. Al-Hakim bi-amri Syaithan (bukan bi-Amrillah) memerintah Mesir.

1000 M – Multan dan Ghur ditawan oleh pasukan Islam.

1031 M – Khalifah Al-Qa’im Bi Amrillah.

1037 M – Kaum Saljuk dipimpin oleh Tughril menaklukkan Khurasan, bertepatan dengan tahun 429 H.

1046 M – Paus (pope) Urban II memulai perang Salib pertama.

1055M- Baghdad ditawan oleh tentera Turki Saljuk. Pemerintahan Abbasiyyah dari Seljuk berdiri.

1060 M – Kepulauan Sisilia di bebaskan.

1070 M – Alb Arsalan mengalahkan Romawi. Rajanya di tawan dan dibebaskan setelah membayar tebusan.

1075 M - Khalifah Al Mu’tadi Biamrillah

1085 M - Tentera Kristen menawa Toledo (di Spanyol).

1090 M – Permulaan munculnya kelompok al-Bathiniyyah, bertepatan dengan 483 H (dihapuskan pada tahun 1256 M)

1091 M - Bangsa Norman tawan Sicily, pemerintahan Muslim di Sisilia berakhir.

1094 M - Khalifah Al Mustadhhir Billah

1099 M - Tentera Salib menawan Baitul Maqdis dan membunuh semua penduduknya. Keberhasilan tentara salib karena adanya bantuan dari golongan Fathimiyyah. Kelompok al-Bathiniyyah muncul di Asfahan.

1107 M – Kaum Salib menaklukkan Tripoli dan sebagian Syiria.

1109 M – Yusuf ibnu Tasfin al-Barbar mengalahkan kaum Salib di Andalusia.

1112 M – Imam as-Sarkasyi wafat.

1118 M - Khalifah Al Mustarsyid Billah.

1135 M - Khalifah Al-Rasyid Billah.

1136 M - Khalifah Al Muqtafi Liamrillah.

1148 M – Khayruddin az-Zinki mengalahkan kaum Salib di dekat Damsyik (Damaskus).

1160 M - Khalifah Al Mustanjid Billah.

1169 M – Sulthan Shalahuddin al-Ayyubi memerintah di Mesir. Kaum Fathimiyyah di kalahkan dan pembersihan al-Azhar dari paham Fathimiyyah.

1170 M - Khalifah Al Mustadhi’u Biamrillah.

1171 M – Sulthan Shalahuddin al-Ayyubi memberikan bai’at kepada Khalifah.

1177 M – Sulthan Shalahuddin al-Ayyubi membangun tembok di Kahirah (Kairo).

1179 M - Khalifah An Naashir Liddiinillah.

1187 M – Sulthan Shalahuddin Al-Ayyubi merebut Baitul Maqdis (Jerusalem) dari tentera Salib, Hittin (di Palestina). Syiria dibebaskan. Perang Salib terjadi.

1193 M – Imam Ibnu Asakir dan Sulthan Shalahuddin al-Ayyubi wafat.

1194 M - Tentera kaum Muslimin berhasil menguasai Delhi, India.

1217 M – Imam Ibnu Rusyd wafat.

1219 M - Kaum Salib mencaplok kawasan Dumiat (di Mesir).

1220 M – Genghis Khan (Tartar) menaklukkan Turkistan, Bukhara, Samarqand dan Khurasan.

1221 M – al-Malik al-Kami membebaskan Dumiat.

1223 M – Imam Nawawi dilahirkan (beliau hidup hingga tahun 1277 M).

1225 M - Khalifah Adh Dhahir Biamrillah dibai’at.

1226 M – Digantikan oleh Khalifah al Mustanshir Billah.

1228 M – Imam Ar-Razi wafat.

1229 M – Kaum Salib mengakuisisi Jerusalem untuk kedua kalinya.

1236 M - Tentera Kristen (Salib) merebut kota Cordoba (di Spanyol).

1242 M - Khalifah Al Mu’tashim Billah dan wafatnya Imam Ibnu Qudamah.

1244 M – Jerusalem dibebaskan, bertepatan dengan 642 Hijriyah.

1249 M – Kaum Salib melancarkan serangan ketujuh kalinya (terakhir) yang dipimpin oleh Louis IX, namun gagal.

1256 M – Kekalahan mutlak kaum al-Bathiniyyah di tangan bangsa Tartar.

1258 M - Tentera Mongol menyerang dan meluluh lantakkan kota Baghdad. Ribuan penduduk terbunuh, Khalifah di bunuh. Baghdad jatuh ketangan tentara Mongol. Dua pengkhianat yaitu Ibnu al-Alqami dan Nashiruddin at-Thusi membantu Tartar.

Kekhilafahan Bani Abbasiyah berakhir. (sekitar 3 tahun umat Islam hidup tanpa Khilafah)

Imam Al-Hafidz Jalaluddin As-Suyuthiy juga menyatakan didalam Tarikh al-Khulafa’ (375-380) bahwa kaum Muslimin tidak pernah tidak memiliki Khalifah kecuali setelah jatuhnya Baghdad ketangan Tartar sehingga jabatan menjadi kosong selama 3 tahun.

Masa selanjutnya, al-Malik al-Mudzaffar Qutuz (dari Mesir) mengalahkan kaum Tartar pada peperangan di Ain Jalut (Palestina).

1261 M – Khalifah al-Muntashir Billah (Khalifah terakhir di Baghdad).

1262 M – Khalifah al-Hakim Biamrillah I. Banyak kelompok-kelompok Tartar masuk Islam.

1263 M – Ibnu Taimiyyah lahir (beliau hidup hingga tahun 1328 M).

1265 M – Ibnu al-Ahmar mengalihkan kembali 32 kota di Andalusia (Spanyol). Hulaghu, raja Tartar meninggal dunia.

1281 M – al-Malik al-Mansyur Qalawun (dari Mesir) mengalahkan kaum Tartar di Syiria. Sulthan Qalawun membebaskan Tripoli (Syiria) dari kaum Salib setelah 150 tahun.

1293 M – Islam tersebar dikalangan tentara Tartar.

1299 M – Utsman I, Sulthan Utsmaniyyah yang pertama, beliau berperang melawan Romawi.

1300 M – Imam Ibnu Katsir dilahirkan (beliau hidup hingga tahun 1373 M)

1301 M – Khalifah al-Mustakfi Billah.

1326 M – Ourkhan I, Sulthan Utsmaniyyah kedua. Beliau menaklukkan Asia Kecil (Turki).

1339 M – Khalifah al-Wathiq Billah I.

1341 M – Khalifah al-Hakim Biamrillah.

1352 M – Murad I yang merupakan Sulthan Utsmaniyyah ketiga. Khalifah al-Mu’tadhid Billah pertama.

1361 M – Murad membebaskan Adranah.

1632 M – Khalifah al-Mutawakkil ‘Alallah I (Pengangkatan pertama).

1365 M – Taimurlink (Mongol) memulai peperangan terhadap kaum Muslimin.

1377 M – Khalifah al-Mu’tashim Billah I (pengangkatan pertama). Khalifah al-Mutawakkil Alallah I (pengangkatan kedua).

1383 M – Khalifah al-Wathiq Billah II.

1383 M – Murad membebaskan Sofia.

1386 M – Khalifah al-Mu’tashim Billah I (pengangkatan kedua).

1389 M – Khalifah al-Mutawakkil ‘Alallah I (pengangkatan ketiga). Perang Kosovo, Murad mengalahkan Serbia (Yugoslavia). Ba-Yazid I, Sulthan Utsmaniyyah ke empat.

1393 M – Bulgaria dibebaskan oleh Ba-Yazid. Perancis dan Jerman di kalahkan. Taimurlink menaklukkan Baghdad untuk pertama kalinya.

1401 M – Taimurlink kembali menaklukkan Baghdad kedua kalinya dan menaklukkan Syiria.

1402 M – Taimurlink menaklukkan Ankara. Ba-Yazid tertawan kemudian dibebaskan. Banyak kawasan kaum Muslimini di bebaskan.

1403 M – Muhammad al-Halabi, Sulthan Utsmani kelima.

1406 M –Khalifah al-Musti’in Billah.

1421 M – Murad II, Sulthan Utsmaniyyah ke-6.

1422 M – Murad menaklukkan kembali kawasan-kawasan yang di taklukkan oleh Taimurlink.

1430 M – Khalifah al-Mu’tadhid Billah II.

1431 M – Albania ditaklukkan oleh Murad II.

1441 M – Khalifah al-Mustakfi Billah II.

1450 M - Khalifah al-Qaim Billah.

1451 M – Muhammad II, Sulthan Utsmaniyyah Ke-7.

1453 M – Konstantinopel (Istanbul) dibebaskan oleh Muhammad II, kemudian diberi gelar dengan Al-Fatih (Muhammad Al-Fatih atau Muhamamd sang Pembebas).

1458 M – Serbia (Yugoslavia) dibebaskan.

1459 M – Khalifah al-Mustanjid Billah.

1462 M – Bosnia (Yugoslavia) dibebaskan.

1471 M – Imam As-Suyuthiy dilahirkan (beliau hidup hingga tahun 1533 M).

1474 M – Imam Ibnu Hajar wafat.

1479 M – Khalifah al-Mutawakkil Alallah II.

1480 M – Sebagian kepulauan Yunani ditaklukkan oleh Muhammad al-Fatih.

1481 M – Ba-Yazid II, Sulthan Utsmaniyyah ke-8.

1492 M – Jatuhnya Granada. Inquisisi Spanyol dan pemerintahan Islam di Spanyol berakhir.

1497 M – Khalifah al-Mustansik Billah (pengangkatan pertama).

1508 M – Khalifah al-Mutawakkil ‘alallah III (pengangkatan pertama).

1512 M – Salim I, Sulthan Utsmaniyyah ke-9.

1514 M – Tabriz (Iran) di taklukkan dan Syah Isma’il dikalahkan.

1516 M – Peperangan Marj Dabiq ; Syiria ditaklukkan oleh Bani Utsmaniyyah. Khalifah al-Mustansik Billah (pengangkatan kedua).

1517 M – Khalifah al-Mutawakkil ‘Alallah III (pengangkatan kedua).

MASA KHILAFAH BANI UTSMANIYYAH

1517 M - Khalifah Salim I dibai’at setelah Khalifah al-Mutawakkil lengser. Terjadi peperangan al-Ahram ; Mesir di taklukkan oleh pasukan Utsmaniyyah.

1520 M - Sultan Sulaiman al-Qanuni dibai’at menjadi Sulthan (Khalifah).

1521 M – Yugoslavia jatuh ketangan Islam. Gereja terbesar diubah menjadi masjid, tempat Khalifah Sulaiman mendirikan shalat Jum’at.

1522 M – Rhodes di taklukkan.

1526 M - Perang Mohacs. Buda (sebagian dan Budapest, Hungaria) dibuka ; Raja Luis di bunuh.

1527 M – Austria meng-akuisisi Buda.

1529 M- Buda ditaklukkan kembali, Austria mundur. Serangan dan pengepungan ke wilayah Vienna dan Vienna akhirnya jatuh ke tangan Islam.

1532 M – Algeria dibebaskan oleh pasukan Khilafah Utsmaniyyah yang berasal dari Spanyol.

1534 M – Tabriz kembali di taklukkan. Khilafah Utsmani memerintah di Baghdad.

1535 M – Tunisia dibebaskan oleh pasukan Utsmaniyyah dari Spanyol. Pulau Crete juga di taklukkan.

1539 M – Perdamaian dengan Austria setelah Austria bersedia membayar jizyah.

1541 M – Pest (sebagian dari Budapest, Hungaria) ditaklukkan Khilafah Islam. Raja Austria akhirnya mundur.
1543 M – Niche (Selatan Prancis) dibebaskan dalam waktu yang sangat singkat.

1549 M – Khalifah Sulaiman meminta kepada Ibrahim al-Halabi untuk menulis sebuah kitab berkaitan dengan perundangan Islam yang berjudul Multaqa al-Abhur. Khalifah Sulaiman akhirnya di beri gelas dengan Sulaiman al-Qanuni.

1560 M – Angkatan laut Utsmaniyyah mengalahkan Spanyol.

1565 M – Pulau Malta di kepung.

1566 M – Szeged (Szigetve di Hungaria) ditaklukkan. Khalifah Sulaiman sakit dan wafat ketika di ambang kemenangan. Khalifah salim II diba’at menjadi Khalifah .

1568 M - Autria setuju untuk terus membayar Jizyah.

1571 M – Terjadi perang Lepanto. Pulas Cyprus di taklukkan pasukan Utsmaniyyah. Paus menggabungkan Vienna dan Spanyol untuk mengambil alih Cyprus.

1572 M – Spanyol meng-akuisisi Tunisia.

1573 M – Perdamaian dengan V ienna dan Cyprus kembali kepangkuan Islam. Vienna akhirnya membayar sanksi kemiliteran.

1574 M - Khalifah Murad III dibai’at jadi Khalifah.

1575 M – Polonia memilih untuk di tinggal dibawah perlindungan Khilafah Islamiyyah.

1577 M – Kargstan ditaklukkan oleh pasukan Utsmaniyyah.

1578 M – Portugis melakukan serangan ke Maghribi (Maroko) dan akhirnya dibebaskan oleh Portugis.
1583 M – Taghiston dibebaskan.

1590 M – Azebaijan, Luristan dan Sharwan di bebaskan dengan damai tanpa peperangan.

1595 M - Khalifah Muhammad III.

1596 M – Orlo (Hungaria) akhirnya berhasil dibebaskan. Sedangkan Austria kalah.

1603 M - Khalifah Ahmad I.

1606 M – Terjadi perdamaian dengan Austria dan Austria berhenti membayar jizyah.

1617 M - Khalifah Musthafa I (pengangkatan pertama sebagai Khalifah).

1618 M - Khalifah ‘Utsman II.

1622 M – Pasukan khusus Khilafah (Inkishari) menjadi sangat kuat dan memiliki pengaruh sehingga terjadi perubahan di Kekhilafahan sekehendak mereka. Khalifah Musthafa I diba’at kembali (pengangkatan kedua kalinya).

1623 M – Syah ‘Abbas menaklukkan Baghdad.

1625 M – Misionatis untuk pertama kalinya berada di Lebanon dan mulai meracunia pemahaman umat Islam. Inilah awal dimulainya serangan Misionaris.

1623 M - Khalifah Murad IV dibai’at.

1635 M – Tabriz di taklukkan kembali oleh Khilafah Islam.

1640 M - Khalifah Ibrahim I .

1645 M – Pulai Crete di rebut kembali.

1641 M- Kekhilafahan Sulthan Muhammad IV

1683 M - Kota Neohazel (Austria) ditaklukkan.

1672 M – Limburg ditaklukkan dengan cepat. Polonia dikalahkan dan setuju untuk membayar Jizyah.

1683 M - - Serangan dan pengepungan ke Vienna untuk kedua kalinya. Banyak kota-kotanya berhasil di buka, tetapi Paus memanggil negeri-negeri Eropa untuk membantu Austria mengalakah pasukan Khilafah Islamiyyah.

1686 M – Autria, Polonia, Vienna, Malta, Russia dan Paus telah membuat sebuah perjanjian suci dan berhasil merampas kembali Budapest dan Neohazel.

1687 M - Sultan Muhammad IV wafat, kemudian di bai’at Khalifah Sulaiman II .

1688 M – Samandriah, Qlumbaz dan Belgrade jatuh ketangan musuh. Kaum Muslimin kehilangan kendali atas kota Udine dan Nichea di Eropa.

1690 M – Somandriah, Belgrade, Udine dan Niche direbut dan dikuasai kembali.

1691 M - Khalifah Ahmad II.

1695 M - Khalifah Musthafa II . Khalifah melakukan serangan ke Russia dan seluruh negara Eropa menyerang Daulah Islam.

1703M - Pembaharuan kebudayaan di bawah pemerintahan Sulthan Ahmad III setelah beliau dibai’at.

1711 M – Pengepungan Tzar Rusia tetapi panglima pasukan kaum Muslimin melakukan pengkhianatan kepada Khalifah karena uang dan membebaskan Tzar dengan sebuah perjanjian.

1730 M - Khalifah Mahmud I.

1737 M – Russia dan Autria akhirnya dikalahkan oleh Islam.

1729 M – Perjanjian Belgrade dengan Rusia dan Austria ; Bergrade dan kawasan-kawasan lainnya diserahkan kepada Daulah Islam (Khilafah).

1754 M - Kemudian Khalifah “Utsman IlI.

1757 M - Khalifah Musthafa II.

1771 M – Armada laut Rusia ditumpas oleh Armada laut Islam.

1773 M - Khalifah ‘Abdul Hamid I. Rusia berhasil dikalahkan oleh kaum Muslimin dalam pertempuran darat.

1774 M – Rusia mengalahkan kaum Muslimin dan perjanjian damai di tanda tangani.

1782 M - Perjanjian Jassy.

1784 M – Rusia dan Autria kembali banyak merampas wilayah kaum Muslimin.

1789 M - Dibai’at Khalifah Salim III. Austria meng-akuisisi Belgrade dan Serbia. Rusia mengakuisisi Bandar.

1798 M - Napoleon mengambil alih Mesir dan membawa masuk kebudayaan Perancis. Perjanjian damai dengan Austria. Serbia kembali kepangkuan Daulah Islam.

1801 M – Napoleon ditundukkan di ‘Akka (Palestina). Napoleon di kalahkan di Iskandariah dalam pertempuran laut Abu Qir. Terjadinya perjanjian damai dengan Perancis.

1804 M – Pembentukan tentara Resmi, disamping adanya tentara Khusus (Inkishari).

1806 M – Rusia dan Inggris menyerang Islam.

1807 M - Khalifah Musthafa IV di bai’at. Inggris di kalahkan setelah mengepung Borporus. Muhammad Ali mengalahkan Inggris di Rashid. Inggris keluar (meninggalkan) Mesir. Terjadinya perjanjian damai antara Perancis dan Inggris terhadap Khilafah.

1808 M - Khalifah Mahmud II.

1815 M - Serbia melakukan bughat (pemberontakan).

1817 M – Serbia terpisah dari Khilafah.

1826 M – Yunani melakukan Revolusi namun gagal. Athena di taklukkan. Tentara elit Inkishari daulah Khilafah di bubarkan dan digantikan dengan tentara Resmi. Kekalahan angkatan laut Khilafah Utsmaniyyah di Navarino.

1828 M – Eropa membantu Yunani untuk memisahkan diri dari Khilafah Islam. Tentara Resmi Khilafah melawan Rusia. Rusia mengembalikan wilayahnya kembali ketangan kaum Muslimin setelah adanya perjanjian damai.

1830 M – Perancis mengambil alih Aljazair. Tahun-tahun selanjunyat, Khilafah mulai mengadopsi perundang-undangan Eropa.

1836 M - Khalifah ‘Abdul Majid I dibai’at.

1856 M – Terjadinya perang al-Qim ; Perancis dan Inggris melawan Rusia.

1860 M – Perancis mengambil alih Syiria untuk menolong kaum Nashrani.

1873 M – al-Imam asy-Syaukani wafat.

1861 M - Khalifah “Abdul ‘Aziz I.Perancis mundur dari Syiria.

1864 M – Serbia merdeka, akan tetapi masih berada dibawah perlindungan Khilafah.

1867 M – Serbia merdeka dan tentara kaum Muslimin mundur sepenuhnya.

1869 M – Perancis menggali terusan Suez.

1876 M - Khalifah Murad V, pada tahun yang sama kemudian di bai’at Khalifah ‘Abdul Hamid II menggantikan khalifah Murad V. Bulgaria melakukan Revolusi dengan bantuan dari Rusia namun gagal. Serbia menyerang kaum Muslimin dengan bantuan Rusia namun kaum Muslimin berhasil mengalahkan mereka dan mengambil alih Bulgaria serta seluruh Serbia.

1877 M – Rusia dan Rumania berhasil dikalahkan setelah melakukan penyerangan terhadap kaum Muslimin. Rusia dan Hungaria mengambil alih Pleven (Bulgaria Utara). Rusia dikalahkan dan Kaisar dibebaskan ; Rusia telah kalah sebanyak 6 kali.

1878 M – Rusia mengambil alih Sofia, Pleven dan Edrine (Turki). Terjadi perjanjian damai dengan Rusia. Kongres Berlin. Bulgaria, Montenegro dan Serbia merdeka. Edrine dan kawasan lain kaum Muslimin kembali kepangkuan Khilafah. Inggris mengambil alih Cyprus. Terjadi perjanjian Berlin, pihak Eropa membagi-bagi wilayah kaum Muslimin.

1908 M- Berdirinya gerakan Turki Muda. Austria menyerang Bosnia dan Herzegovina.
1909 M – Dibai’at Khalifah Muhammad Risyad V. Namun, Khilafah berada dibawah control kaum Nasionalis Turki.

1911 M – Umat Islam di Libya bertempur melawan Italia di Tripoli.

1912 M - Terjadi perang Balkan pertama melawan Yunani, Bulgaria dan Serbia. Mereka melakukan perampasan seluruh wilayah kaum Muslimin di Balkan.

1913 M – Pergerakan Sanusiyyah yang muncul di Libya melawan Italia. Perang Balkan kedua.

1914 M – Khilafah Turki Utsmani memasuki masa Perang Dunia I sebagai sekutu penguasa tengah. Kaum Muslimin mengalami kekalahan dalam beberapa peperangan dan wilayah Khilafah menyempit. Inggris merampas Palestina dan Trans-Jordan.

1917 M – Perjanjian Balfour, perdana menteri Inggris berjanji akan memberikan kaum Yahudi sebuah tanah air di Palestina.

1918 M - Khalifah Muhammad Wahiddin II.

1919 M - Mustafa Kemal Atatürk datang ke Samsun.

1920 M – Musthafa Kemal (pengkhianat) mengetuai pemerintahan di Turki. Pada saat yang sama, negara Islam dibagi-bagi diantara pihak-pihak yang bersekutu membangun pemerintahan nasionalisme Arab dan Turki diseluruh kawasan yang berhasil diduduki ; kebanakan negeri-negeri kaum Muslimin menjadi koloni Barat.

1922 M – Khalifah Abul Majid II namun kekuasaan Khilafah akhirnya ditiadakan dan Khalifah Abul Majid tidak lagi memiliki kuasa.

1923 M – Musthafa Kemal mendeklarasikan Republik Turki dan melarang dikumandangkannya adzan dalam bahasa Arab.

1924 M- Khalifah dihapuskan dan ditiadakan secara mutlak oleh Musthafa Kemal dengan bantuan penjajah Barat. Khalifah terakhir umat Islam di asingkan dan asset-aset Khalifah dirampas. Sedangkan Turki berubah menjadi negara sekuler sengan system Republik buatan non-Islam.

Dengan runtuhnya Khilafah, maka umat Islam tidak lagi memiliki institusi Khilafah. Namun perjuangan Umat Islam masih berlanjut walaupun ketiadaan Khilafah sudah cukup lama, karena Khilafah ‘alaa Minhajin Nubuwwah akan kembali, Khilafah dengan kualitasnya yang kembali Rasyidah sesuai dengan apa yang pernah Nabi sabdakan,

تكون النبوة فيكم ما شاء الله أن تكون ، ثم يرفعها الله إذا شاء أن يرفعها ، ثم تكون خلافة على منهاج النبوة ، فتكون ما شاء الله أن تكون ، ثم يرفعها الله إذا شاء أن يرفعها ، ثم تكون ملكا عاضا ، فيكون ما شاء الله أن تكون ، ثم يرفعها الله إذا شاء أن يرفعها ، ثم يكون ملكا جبريا ، فتكون ما شاء الله أن تكون ، ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها ، ثم تكون خلافة على منهاج النبوة ، ثم سكت
“Masa kenabian itu ada ditengah-tengah kalian, atas izin Allah ia tetap ada, lalu Allah akan mengangkatnya jika Dia berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian (Khilafah ‘alaa Minhajin Nubuwwah). Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) yang dlalim (Mulkan ‘Adhan) ; ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) diktator yang menyengsarakan (Mulkan Jabariyah) ; ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada. Kemudian akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian (Khilafah ‘alaa Minhajin Nubuwwah), Beliau kemudian diam” [Hadits riwayat Al-Imam Ahmad dan Al-Bazar]

Pada tahun yang sama muncul pergerakan untuk mengambalikan Khilafah di India. Sekulerisme di umumkan di Turki. Syarif Husein Mekkah, membentuk semacam dewan Khalifah yang terdiri dari 9 Sayyid dan ditambah 19 orang perwakilan daerah atau negara lain.

SEJARAH MASIH BERLANJUT...

1925 M – Pakaian Islam untuk laki-laki dan perempuan diganti dengan pakaian Barat dan dilakukan upaya “modernisasi” di Turki. Hijab bagi wanita diharamkan. Kalendar dan hari cuti Islam di tiadakan. Perundang-undangan keluarga Islam diganti dengan produk Barat di Turki. Mushtafa kemal tewas akibat penyakit kelamin. Ketika saat kematiannya hampir tiba, dia menyarankan duta besar Inggris di Turki untuk menjadi Presiden Turki namun duta besar menolak.

Dilakukan persiapan penyelenggaraan Kongres Khilafah yang akan diadakan di Kairo.

1926 M – Berlangsung Kongres Khilafah di Kairo namun tidak ada proses bai'at.

1928 M – Imam Hasan al-Banna mendirikan Ikhwanul Muslimin di Mesir. Sedangkan di Turki tulisan arab diganti dengan hufur latin.

1939 M – Meletusnya perang dunia II hingga tahun ’45.

1941 M – Pendirian Jami’at al-Islami oleh Maulana Abu ‘Ala al-Maududi.

1945 M – Indonesia diberi kemerdekaan oleh Barat.

1947 M - Negara Pakistan didirikan.

1948 M – Sebagian besar tanah kaum Muslimin di Palestina dirampas kaum Yahudi.

1949 M – Pengambil alihan kekuasaan Amerika yang pertama di Syiria. Husni az-Zaim berkuasa.

1952 M - Jamal Abdul Nashir berkuasa di Mesir melalui kekuasaan yang di rancang oleh Amerika.

1953 M – Imam Taqiyuddin an-Nabhani mendirikan partai politik (Hizbut Tahrir) yang dikhususkan untuk kembali melanjutkan kehidupan Islam melalui Khilafah Islam .

1956 M – Inggris, Perancis dan Israel menyerang Mesir. Sinai dan Gaza di kuasai oleh mereka. Mesir menerima Resolusi PBB untuk menerima pasukan PBB berada di Sinai. Hal merupakan bagian dari stategi Amerika.

1960 M – Jamal Abdul Nashir menyesatkan pemahaman umat Islam dengan menyerukan Nasionalisme Arab.

1967 M – al-Quds (Jerus Salem), Tepi Barat, Gaza dan Sinai di jajah oleh Israel.

1968 M – Pengambil alihan kekuasaan yang di rancang oleh Inggris di Iraq sehingga membawa Ahmad Hassan al-Bakar berkuasa. Awal kemunculan Saddam Hussein.

1969 M – Muammad Qadafi berkuasa di Libya melalui rancangan Inggris.

1970 M – Terjari peristiwa september hitam, pembantaian di Yordania, ribuan terbunuh dipihak angkatan bersenjata Raja Hussein Yordania dan pasukan bersenjata Arafat.

1978 M – Khamaini berkuasa di Iran melalui rancangan Amerika. Imam Taqiyuddin an-Nabhani wafat.

1979 M – Soviet Rusia menjajah Afghanistan. Jutaan kaum Muslimin terbunuh. Setelah kaum Muslimin berhasil mengalahkan Soviet, pemimpin mereka saling berperang (terjadi perang saudara). Saddam Hussein di Irak memulai peperangan antara Iraq dan Iran, ratusan ribu kaum Muslimin terbunuh.

1982 M – Israel melakukan serangan ke Lebanon. Mereka membantu milita Kristen untuk membantai Sabra dan Shatila. Peperangan dan kelaparan mendominasi Afrika, disebabkan oleh kebijakan langsung yang dilaksanakan Barat, Rusia, PBB, IMF dan Bank Dunia. Ratusan ribu kaum Muslimin terbunuh.

1990 M – Terjadi perang teluk kedua yang dipersiapkan dengan matang oleh Amerika. Ratusan kaum Muslimin tewas.

1991 M – Konferensik Madrid ; Israel, PLO, Jordan, Syiria dan negara-negara lain melakukan pertemuan, melalui tekanan Amerika, bertujuan untuk countain Israel melalui proses damai. Kristen Serbia melakukan perang saudara di Bornia, pemerkosaan, penyiksaan dan pembantaian ribuan kaum Muslimin. Masalah baru tak terpecahkan ; Palestina, Kashmir, Afghanistan, Bosnia, Burma, Filiphina, Chechnya, China, India, Indonesia…

1992 M – Keruntuhan Uni Soviet, sebuah kepastikan kegagalan Marxisme. Amerika sukseskan dalam upayanya meruntuhkan Uni Soviet.

1993 M – Satu persetujuan telah di tanda tangani antara Israel dan PLO di Washington.

1994 M – Terjadinya pembantaian di Masjid Hebron ; seorang penduduk Yahudi membunuh kaum Muslimin saat mereka melakukan shalat. Israel dan Yordania menanda-tangani perjanjian menyerahkan hak-hak kaum Muslimin terhadap tanah air mereka.

1996 M – Israel menyerang Lebanon untuk menunda pelaksanaan perjanjian dengan PLO. Israel membuka terowongan di al-Aqsha, sebagai salah satu upaya menunda pelaksanaan perjanjiannya. Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan. Satu lagi, versi Islam yang kelirus di tampakkan dihadapan dunia.

2001 M – Barat dikejutkan dengan dengan ledakan di Amerika. Sementara seruan mendirikan Khilafah semakin meluas ke seluruh negeri-negeri Kaum Muslimin dan negeri-negeri lainnya.

2007 M – Diadakan Konferensi Khilafah Internasional namun tidak ada proses bai’at, sehingga masih terjadi kekosongan Khilafah.

SELANJUTNYA ... ????

Mengkaji Ulang Masa Khilafah (“al-Khilafah Tsalatsuna Sanah”)

Mengkaji Ulang Masa Khilafah (“al-Khilafah Tsalatsuna Sanah”)
al-Muharram (Karang Rejo - Bppn) ; Mengkaji Ulang Masa Khilafah (“al-Khilafah Tsalatsuna Sanah”)

Bismillah…., Ada saja upaya-upaya untuk menghalangi seruan untuk kembali mendirikan pemerintahan Islam agar umat Islam bisa kembali bersatu dan tidak bercerai berai, salah satu dari sekian banyak isu yang coba dihembuskan guna melemahkan semangat kaum Muslimin adalah bahwa Khilafah Islam hanya berusia 30 tahun sedangkan selebihnya bukanlah Khilafah namun Kerajaan. Pembahasan seperti ini bukanlah pembahasa baru, namun jauh sebelumnya sudah banyak Ulama kaum Muslimin yang menjelaskannya dan beberapa cendikiawan Muslim dimasa kini juga berupaya untuk mengcounter isu-isu yang tidak bertanggung jawab tersebut dengan kembali menguraikan benang kusutnya. Disini penulis hanya menyampaikan kembali apa yang sudah tertulis atau apa yang sudah dijelaskan baik oleh para Ulama sebelumnya maupun cendikiawan Muslim dimasa kini.

Hadits yang biasa dikemukakan adalah hadits yang menuturkan bahwa Khilafah berumur 30 tahun setelahnya adalah –dikatakan- kerajaan. Diantara Imam yang meriwayatkann tentang hadits tersebut adalah Imam Ahmad didalam kitab Musnadnya (5/220 & 221) dan didalam Fadlailush Shahabah (789 & 1027), Imam Abu Daud dalam kitab Sunannya (4646 & 4647), Imam Ibnu Abi ‘Ashim Asy-Syaibaniy didalam kitab al-Ahad wa al-Matsani (113, 139 & 140) dan didalam As-Sunnah (1181), Imam Abdullah bin Ahmad didalam As-Sunnah (1402-1405), Imam An-Nasa’i didalam Sunan Al-Kubra (8155), Imam Ath-Thahawiy didalam Syarah al-Musykil al-Atsar (3349 atau 4/313), Imam Ibnu Hibban didalam Ash-Shahih (1534), Imam Hakim didalam Al-Mustadrak (3/71 & 145), Ath-Thayalisiy (1107), Imam Ath-Thabraniy didalam Al-Kabir (13, 136, 6446 & 6444), Imam Abu Nu’aim didalam Kitabul Imamah (180 & 181), Imam Ibnu ‘Adiy didalam Al-Kamil (3/1237), Imam Al-Baihaqiy didalam Dalailul Khairat (6/342), Imam Al-Bazar didalam Musnadnya (1588) dan lain sebagainya. [Lihat ; Jami’ al-Ulum wal Hikam karangan Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali dan Al-Fatawa (Soal ke-2 No. 6363)] Berikut akan diantara redaksi hadits dalam kitab para Imam Muhaddits diatas. Didalam kitab Musnad Imam Ahmad bin Hanbal disebutkan redaksinya sebagai berikut,



حدثنا عبد الله حدثني أبى ثنا بهز ثنا حماد بن سلمة ثنا سعيد بن جمهان ح وعبد الصمد حدثني سعيد بن جمهان عن سفينة قال سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول الخلافة ثلاثون عاما ثم يكون بعد ذلك الملك قال سفينة أمسك خلافة أبى بكر رضي الله عنه سنتين وخلافة عمر رضي الله عنه عشر سنين وخلافة عثمان رضي الله عنه أثنى عشر سنة وخلافة علي رضي الله عنه ست سنين رضي الله عنهم إسناده حسن رجاله ثقات رجال الصحيح غير سعيد بن جمهان


حدثنا عبد الله حدثني أبى ثنا زيد بن الحباب حدثني حماد يعنى بن سلمة عن سعيد بن جمهان حدثني سفينة أبو عبد الرحمن قال سمعت النبي صلى الله عليه و سلم يقول الخلافة ثلاثون عاما ثم الملك فذكره إسناده حسن رجاله ثقات رجال الصحيح غير سعيد بن جمهان فهو صدوق من رجال أصحاب السنن

Didalam kitab Sunan Imam Abu Daud,

حدثنا سوار بن عبد الله ثنا عبد الوارث بن سعيد عن سعيد بن جمهان عن سفينة قال
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم " خلافة النبوة ثلاثون سنة ثم يؤتي الله الملك أو ملكه من يشاء "
قال سعيد قال لي سفينة أمسك عليك أبا بكر سنتين وعمر عشرا وعثمان اثنتي عشرة وعلي كذا قال سعيد قلت لسفينة إن هؤلاء يزعمون أن عليا [ عليه السلام ] لم يكن بخليفة قال كذبت أستاه ( جمع أست والأست الدبر ) بني الزرقاء يعني مروان . حسن صحيح

حدثنا عمرو بن عون ثنا هشيم عن العوام بن حوشب عن سعيد بن جمهان عن سفينة قال
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم " خلافة النبوة ثلاثون سنة ثم يؤتي الله الملك من يشاء أو ملكه من يشاء " . حسن صحيح

Didalam kitab Sunan Al-Kubra Imam Nasaa’i
,
أخبرنا أحمد بن سليمان قال أنا يزيد قال أنا العوام قال حدثني سعيد بن جهمان عن سفينة مولى رسول الله صلى الله عليه و سلم قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم الخلافة في أمتي ثلاثون سنة ثم ملكا بعد ذلك قال فحسبنا فوجدنا أبا بكر وعمر وعثمان وعليا

Didalam kitab Al-Mustadrak ‘alaa ash-Shahihayn, Imam Hakim,

- حدثنا أبو العباس محمد بن يعقوب ثنا إبراهيم بن مرزوق البصري بمصر ثنا عبد الصمد بن عبد الوارث بن سعيد حدثني أبي ثنا سعيد بن جمهان عن سفينة أبي عبد الرحمن مولى النبي صلى الله عليه وسلم قال خلافة النبوة ثلاثون سنة قال سعيد : أمسك أبو بكر سنتين وعمر بن الخطاب عشر سنين وعثمان بن عفان اثنتي عشرة سنة وعلي ست سنين حذفه الذهبي من التلخيص لضعفه

Demikianlah sebagian redaksi hadits yang menuturkan tentang masa Khilafah yang hanya berumur 30 tahun yang ditercantum dalam kitab-kitab para Ulama. Namun masih banyak lagi yang menuturkan hal serupa dengan redaksinya yang sama. Imam Abu Daud dalam kitab sunnannya menuturkan bahwa kualitas hadits yang diriwayatkannya adalah hasan shahih (حسن صحيح), demikian juga beberapa imam lainnya. Melihat dari redaksi hadits diatas, kadang hanya menggunakan lafadz “al-Khilafah (الخلافة)” namun riwayat lainnya menggunakan lafadz“Khilafah an-Nubuwwah (خلافة النبوة)”. Maka dari sini saja sudah bisa dipahami bahwa yang dimaksudkan dalam hadits tersebut adalah “Khilafah an-Nubuwwah (Khilafah yang berjalan diatas thariqah kenabian) dengan memberlakukan lafadz yang lebih khusus.

Ditambah lagi al-Imam al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalaniy memperjelasnya didalam kitab yang sudah masyhur yaitu Fathul Bariy syarah Shahih Bukhari (14/479),

لِحَدِيثِ الْخِلَافَة بَعْدِي ثَلَاثُونَ سَنَة لِأَنَّ الْمُرَاد بِهِ خِلَافَة النُّبُوَّة وَأَمَّا مُعَاوِيَة وَمَنْ بَعْده فَكَانَ أَكْثَرُهُمْ عَلَى طَرِيقَة الْمُلُوك وَلَوْ سُمُّوا خُلَفَاء ، وَاَللَّه أَعْلَمُ
“berdasarkan hadits (al-Khilafah ba’diy tsalatsuna sanah), karena sesungguhnya yang dimaksud dengan hadits tersebut adalah Khilafah Nubuwwah (Khilafah yang berjalan diatas metode kenabian), adapun Mu’awiyah serta penguasa-penguasa setelahnya yang jumlah mereka sangat banyak berjalan diatas thariqah (tabi’at) al-muluk (raja-raja) walaupun semuanya dinamakan para Khalifah. wallahu a’lam.”

Apa yang dituturkan oleh Imam Ibnu Hajar, bisa di temui dalam dalamKitab Faidlul Qadir (3/678) karangan Al-Imam Muhammad Abdurrauf Al-Manawiy,

(الخلافة) قال الحافظ في الفتح : أراد بالخلافة خلافة النبوة وأما معاوية ومن بعده فعلى طريقة الملوك ولو سموا خلفاء (بعدي في أمتي ثلاثون سنة) قالوا : لم يكن في الثلاثين إلا الخلفاء الأربعة وأيام الحسن فمدة الصديق سنتان وثلاثة أشهر وعشرة أيام وعمر عشر سنين وستة أشهر وثمانية أيام وعثمان إحدى عشرة سنة وإحدى عشرة شهرا وتسعة أيام وعلي أربع سنين وتسعة أشهر وسبعة أيام(ثم ملك بعد ذلك) وفي رواية ثم يكون ملكا أي يصير ملكا لأن اسم الخلافة إنما هو لمن صدق عليه هذا الاسم بعمله للسنة والمخالفون ملوك وإن تسموا بالخلفاء وأخرج البيهقي في المدخل عن سفينة أن أول الملوك معاوية ،
“Kata (الخلافة), al-Imam Ibnu Hajar al-Asqalaniy didalam kitab Fathul Bariy (Syarh Shahih Bukhari) berkata : “yang dimaksud dengan Khilafah (dalam hadits tersebut) adalah Khilafatun Nubuwwah, dan adapun Mu’awiyah serta penguasa-penguasa setelahnya berjalan diatas thariqah muluk (raja-raja) walaupun semuanya tetap dinamakan khalifah-khalifah (Khulafa’). (بعدي في أمتي ثلاثون سنة), Ulama mengatakan, tiada 30 tahun yang dimaksudkan kecuali masa Khulafaul Arba’ah (masa 4 khalifah) dan masa Sayyidina Hasan bin ‘Ali. Masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah 2 tahun, 3 bulan dan 10 hari, masa Khalifah Umar Al-Faruq (Umar bin Khaththab) adalah 12 tahun, 6 bulan dan 8 hari, masa Khalifah Utsman bin Affan adalah 11 tahun, 11 bulan dan 9 hari dan masa Khalifah ‘Ali bin Abi Thalib adalah 4 tahun 9 bulan dan 7 hari. (ثم ملك بعد ذلك), dalam sebuah riwayat dituturkan (ثم يكون ملكا) maksudnya adalah menjadi penguasa-penguasa (raja), karena sesungguhnya namanya Khilafah,...”.

Dengan demikian, masa 30 tahun yang dimaksud adalah masa Khilafah Nubuwwah (Khilafah yang berjalan diatas thariqah kenabian/sesuai dengan prinsip-prinsip kenabian). Khilafah Nubuwwah tersebut adalah masa Khulafaur Rasyidin atau masa Khulafaul Arba’ah disertai dengan masa Sayyidina Hasan bin ‘Ali bin Abi Thalib. Keterangan tentang 30 tahun seperti diatas dapat di temui dalam kitab-kitab ‘Ulama lainnya, misalnya ;

Didalam kitab Tuhfatul Ahwadiy (6/5) dijelaskan bahwa “30 tahun adalah Khulafaul Arba’ah dan masa Sayyidina Hasan bin ‘Ali,

" الْخِلَافَةُ بَعْدِي ثَلَاثُونَ سَنَةً ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا " لِأَنَّ الثَّلَاثِينَ سَنَةً لَمْ يَكُنْ فِيهَا إِلَّا الْخُلَفَاءُ الْأَرْبَعَةُ وَأَيَّامُ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ

Masih didalam Tuhfatul Ahwadiy (6/475) dituturkan bahwa mereka (para Khulafaul Arba’ah) adalah Abu Bakar, Umar, Utsman, Utsman dan ‘Ali berdasarkan sabda Nabi tentang hadits “tsalatsuna sanah”.

وَقَدْ ذَكَرْنَا كَلَامَ صَاحِبِ سُبُلِ السَّلَامِ فِي بَيَانِ مَعْنَى هَذَا الْحَدِيثِ فِي بَابِ آذَانِ الْجُمُعَةِ وَقَالَ الْقَارِي فِي الْمِرْقَاةِ قِيلَ هُمْ الْخُلَفَاءُ الْأَرْبَعَةُ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ وَعُثْمَانُ وَعَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُمْ لِأَنَّهُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ : قَالَ الْخِلَافَةُ بَعْدِي ثَلَاثُونَ سَنَةً وَقَدْ اِنْتَهَى بِخِلَافَةِ عَلِيٍّ كَرَّمَ اللَّهُ وَجْهَهُ .

Didalam kitab Aunul Ma’bud (9/316), dikatakan bahwa dalam riwayat lain disebutkan dengan redaksi “Khilafah Nubuwwah”.

قَالَ وَالْجَوَاب عَنْ هَذَا أَنَّ الْمُرَاد فِي حَدِيث الْخِلَافَة ثَلَاثُونَ سَنَة خِلَافَة النُّبُوَّة وَقَدْ جَاءَ مُفَسَّرًا فِي بَعْض الرِّوَايَات : " خِلَافَة النُّبُوَّة بَعْدِي ثَلَاثُونَ سَنَة ، ثُمَّ تَكُون مُلْكًا "

Sama seperti dalam Aunul Ma’bud juga terdapat dalam kitab Syarah Shahih Muslim (6/285),

وَالْجَوَاب عَنْ هَذَا أَنَّ الْمُرَاد فِي حَدِيث " الْخِلَافَة ثَلَاثُونَ سَنَة " خِلَافَة النُّبُوَّة ، وَقَدْ جَاءَ مُفَسَّرًا فِي بَعْض الرِّوَايَات " خِلَافَة النُّبُوَّة بَعْدِي ثَلَاثُونَ سَنَة ثُمَّ تَكُون مُلْكًا "

Didalam kitab Al-Bidayah wa An-Nihayah (6/220),

وفي الحديث الذي رواه الامام أحمد وأبو داود والترمذي - وحسنه - والنسائي من حديث سعيد بن جمهان عن سفينة مولى رسول الله أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: الخلافة بعدي ثلاثون سنة، ثم تكون ملكا * وفي رواية: ثم يؤتي ملكه من يشاء ، وهكذا وقع سواء، فأن أبا بكر رضي الله عنه كانت خلافته سنتين وأربعة أشهر إلا عشر ليال، وكانت خلافة عمر عشر سنين وستة أشهر وأربعة أيام، وخلافة عثمان إثنتا عشرة سنة إلا إثنا عشر يوما، وكانت خلافة علي بن أبي طالب خمس سنين إلا شهرين، قلت: وتكميل الثلاثين بخلافة الحسن بن علي نحوا من ستة أشهر، حتى نزل عنها لمعاوية عام أربعين من الهجرة، كما سيأتي بيانه وتفصيله * وقال يعقوب بن سفيان: حدثني محمد بن فضيل، ثنا مؤمل، ثنا حماد بن سلمة عن علي بن زيد، عن عبد الرحمن بن أبي بكرة قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: خلافة نبوة ثلاثون عاما ثم يؤتي الله ملكه من يشاء، فقال معاوية: رضينا بالملك

Pada halaman yang lain (6/680), bahwa hadits “30 tahun” tersebut sama sekali tidak mencegah adanya Khalifah yang Rasyid setelah masa Khilafatun Nubuwwah dan keterangan tentang Khilafah yang sebatas 30 tahun tidaklah itu mutlak.

وقد ذكر سفينة تفصيل هذه الثلاثين سنة فجمعها من خلافة الاربعة، وقد بينا دخول خلافة الحسن وكانت نحوا من ستة أشهر فيها أيضا، ثم صار الملك إلى معاوية لما سلم الامر إليه الحسن بن علي، وهذا الحديث فيه المنع من تسمية معاوية خليفة، وبيان أن الخلافة قد انقطعت بعد الثلاثين سنة لا مطلقا، بل انقطع تتابعها، ولا ينفي وجود خلفاء راشدين بعد ذلك كما دل عليه حديث جابر بن سمرة

Kemudian juga (7/229) dikatakan bahwa mengenai 30 tahun tersebut, tidak ada ulama yang memperlisihkannya.

وفي بعض الروايات: فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " هذه خلافة النبوة " وسيأتي حديث سفينة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: " الخلافة بعدي ثلاثون سنة ثم تكون ملكا " فكانت ولاية عثمان ومدتها ثنتي عشرة سنة، من جملة هذه الثلاثين بلا خلاف بين العلماء العاملين، كما أخبر به سيد المرسلين صلى الله عليه آله وصحبه أجمعين.

Kitab An-Nihayah Fiy al-Fitan wa al-Malahim (1/2) ; genapnya 30 tahun setelah pemerintahan berpindah ketangan Mu’awiyah bin Abi Sufyan setelah proses ba’iat dan pada tahun itu dinamakan sebagai ‘Amul Jama’ah (tahun Jama’ah).

حديد الرسول مدة الخلافة من بعده بثلاثين سنة وإشارته إلى أنها ستتحول بعد ذلك إلى ملك عضوض:
وتقدم الحديث الذي رواه أحمد وأبو داود والنسائي والترمذي وحسنه من طريق سعيد بن جهمان عن سفينة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: " الخلافة بعدي ثلاثون سنة ثم تكون ملكاً.
وقد اشتملت هذه الثلاثون سنة على خلافة أبي بكر الصديق، وعمر الفاروق وعثمان الشهيد، وعلي بن أبي طالب الشهيد أيضاً، وكان ختامها وتمامها بستة أشهر وليها الحسن بن علي بعد أبيه، وعند تمام الثلاثين نزل عن الأمر لمعاوية بن أبي سفيان سنة أربعين وأصفقت البيعة لمعاوية بن أبي سفيان وسمي ذلك عام الجماعة وقد بسطنا ذلك فيما تقدم.

Lubab an-Ansab wa al-Alqab wa al-A’qab (1/20), karangan Imam Al-Baihaqiy, dituturkan bahwa ulam salaf berkata bahwa Khalifah terakhir dan sempurnanya masa Khilafah berdasarkan hadits “30 tahun” adalah Khilafah Abu Bakar, Umar, Utsman, ‘Ali bin Abi Thalib.

الحسن بن علي بن أبي طالب رضي الله عنهما
وقال بعض علماء السلف: هو آخر الخلفاء، وبمدة ولايته تمت أيام الخلافة، لقول النبي صلى الله عليه وآله: الخلافة بعدي ثلاثون سنة. فخلافة أبي بكر ومدة ولايته سنتان وأربعة أشهر. ومدة خلافة عمر بن الخطاب عشر سنين وستة أشهر. ومدة ولاية عثمان بن عفان اثنتا عشرة سنة. ومدة ولاية علي بن أبي طالب رضي الله عنه أربعة سنين وتسعة أشهر.

Disebutkan dalam Mir-atu al-Jinan wa Ibratul Yaqadhan fi Ma’rifati Hawaditsiz Zaman (2/109), karangan Imam Al-Yafi’i ;

بقوله عليه السلام: الخلافة بعدي ثلاثون سنة. وهم: أبو بكر،ثم عمر، ثم عثمان، ثم علي، ثم الحسن بن علي وبه تمام الثلاثين من السنين المذكورة.

Kitab Syarah Shahih Muslim (6/285) ;

قَوْله صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( إِنَّ هَذَا الْأَمْرَ لَا يَنْقَضِي حَتَّى يَمْضِيَ فِيهِمْ اِثْنَا عَشَرَ خَلِيفَة كُلّهمْ مِنْ قُرَيْش ) ، وَفِي رِوَايَة : ( لَا يَزَال أَمْر النَّاس مَاضِيًا مَا وَلِيَهُمْ اِثْنَا عَشَرَ رَجُلًا كُلّهمْ مِنْ قُرَيْش ) ، وَفِي رِوَايَة : ( لَا يَزَال الْإِسْلَام عَزِيزًا إِلَى اِثْنَيْ عَشَرَ خَلِيفَة كُلّهمْ مِنْ قُرَيْش ) قَالَ الْقَاضِي : قَدْ تَوَجَّهَ هُنَا سُؤَالَانِ : أَحَدهمَا : أَنَّهُ قَدْ جَاءَ فِي الْحَدِيث الْآخَر : " الْخِلَافَة بَعْدِي ثَلَاثُونَ سَنَة ثُمَّ تَكُون مُلْكًا " وَهَذَا مُخَالِف لِحَدِيثِ اِثْنَيْ عَشَرَ خَلِيفَة ، فَإِنَّهُ لَمْ يَكُنْ فِي ثَلَاثِينَ سَنَة إِلَّا الْخُلَفَاء الرَّاشِدُونَ الْأَرْبَعَة ، وَالْأَشْهُر الَّتِي بُويِعَ فِيهَا الْحَسَن بْن عَلِيّ قَالَ : وَالْجَوَاب عَنْ هَذَا أَنَّ الْمُرَاد فِي حَدِيث " الْخِلَافَة ثَلَاثُونَ سَنَة " خِلَافَة النُّبُوَّة ، وَقَدْ جَاءَ مُفَسَّرًا فِي بَعْض الرِّوَايَات " خِلَافَة النُّبُوَّة بَعْدِي ثَلَاثُونَ سَنَة ثُمَّ تَكُون مُلْكًا " وَلَمْ يُشْتَرَط هَذَا فِي الِاثْنَيْ عَشَرَ .

Lubab at-Ta’wil fi Ma’aniy at-Tanzil (5/16),

وفي الآية دليل على صحة خلافة أبي بكر الصديق والخلفاء الراشدين بعده ، لأن في أيامهم كانت الفتوحات العظيمة وفتحت كنوز كسرى غيره من الملوك ، وحصل الأمن والتمكين وظهور الدين عن سفينة قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول « الخلافة بعدي ثلاثون سنة ثم تكون ملكاً » ثم قال : أمسك خلافة أبي بكر سنتين وخلافة عمر عشر سنين ، وخلافة عثمان اثنتي عشر سنة وعلي ستاً قال علي : قلت لحماد القائل لسعيد أمسك سفينة قال نعم « أخرجه أبو داود والترمذي بنحو هذا اللفظ . قلت : كذا ورد هذا الحديث بهذا التفصيل ، وفيه إجمال وتفصيله أن خلافة أبي بكر كانت سنتين وثلاثة أشهر ، وخلافة عمر كانت عشر سنين وستة أشهر وخلافة عثمان اثنتي عشر سنة كما ذكر في الحديث ، وخلافة علي أربع سنين وتسعة أشهر ولهذا جاء في بعض روايات الحديث على كذا ، ولم يبين تعيين مدته فعلى هذا التفصيل تكون مدة خلافة الأئمة الأربعة تسعة وعشرين سنة وستة أشهر ، وكملت ثلاثين سنة بخلافة الحسن كانت ستة أشهر ثم نزل عنها والله أعلم

Tafsir Izzuddin bin Abdissalam (4/178),

قيل هي في الخلفاء الأربعة . قال الرسول صلى الله عليه وسلم : « الخلافة بعدي ثلاثون »

Ma’alimu at-Tanzil (6/59) ;

وفي الآية دلالة على خلافة الصديق وإمامة الخلفاء الراشدين. أخبرنا عبد الواحد المليحي، أخبرنا أبو محمد عبد الرحمن بن أبي شريح، أخبرنا أبو القاسم البغوي، أخبرنا علي بن الجعد، أخبرني حماد هو ابن مسلمة بن دينار، عن سعيد بن جمهان، عن سفينة قال: سمعت النبي صلى الله عليه وسلم يقول: "الخلافة بعدي ثلاثون سنة ثم تكون، ملكا". ثم قال: أمسك خلافة أبي بكر سنتين، وخلافة عمر عشرا، وعثمان اثنتا عشر، وعلي ستة. قال علي: قلت لحماد: سفينة، القائل، لسعيد أمسك؟ قال: نعم


Dari paparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ;

1. Maksud hadits yang menuturkan bahwa Khilafah berumur 30 tahun dan setelah raja-raja adalah Khilafah Nubuwwah (Khilafah yang sesuai dengan prinsip-prinsip kenabian), hal ini berdasarkan redaksi riwayat lain yang secara jelas menggunakan lafadz “(خلافة النبوة)/Khilafatun Nubuwwah".

2. Imam al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalaniy didalam Fathul Bariy telah memperjelasnya, yang juga dituturkan dalam kitab-kitab ulama lainnya bahwa kata “Khilafah” yang dimaksud adalah Khilafah Nubuwwah sedangkan masa setelah Khilafatun Nubuwwah tetap dinamakan sebagai masa para Khalifah (Khilafah) walaupun sebagian Khalifah-nya ada yang bertingkah laku seperti Raja.

3. Masa Khilafatun Nubuwwah yang genap 30 tahun adalah masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Khalifah Umar al-Faruq, Khalifah Utsman bin ‘Affan dan ‘Ali bin Abi Thalib. Dalam kitab-kitab lainnya (pendapat Ulama) lainnya dikatakan bahwa 30 tahun itu genap dengan masa Khalifah Hasan bin ‘Ali bin Abi Thalib sedangkan Mu’awiyah tidak termasuk kedalam “30 Tahun tersebut”.

4. Perpindahan kekuasaan kepada Mu’awiyah dilakukan melalui proses bai’at dan pada tahun itu dinamakan sebagai ‘Amul Jama’ah (tahun jamaah).

5. Terkait Mu’awiyah bahwa beliau adalah “awwalul muluk (أَوَّلُ الْمُلُوكِ)”, hanya menunjukkan tingkah lakunya seperti seorang raja (secara bahasa saja) bukan terkait dengan sistem pemerintahannya, sebab beliau tetap dinamakan sebagai Khalifah. Perincian mengenai hal ini ;

- Fathul Bari, Faidlul Qadir dan kitab lainnya ; Mu’awiyah berjalan diatas thariqah raja-raja namun tetap dinamakan sebagai Khalifah.

- Hasyiyah al-‘Adawiy - حاشية العدوي على شرح كفاية الطالب الرباني - (1/348 disebutkan bahwa berdasarkan hadits “tsalatsuna sanah”, Mu’awiyah berkata ; “ana awwalul muluk”.

وَقَدْ أَشَارَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إلَى مُدَّةِ خِلَافَتِهِمْ بِقَوْلِهِ : " { الْخِلَافَةُ بَعْدِي ثَلَاثُونَ سَنَةً ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَضُوضًا } " وَلِهَذَا قَالَ مُعَاوِيَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ لَمَّا وَلِيَ بَعْدَ انْقِضَاءِ الثَّلَاثِينَ سَنَةً : أَنَا أَوَّلُ الْمُلُوكِ .

Tingkah laku Mu’awiyah inilah yang walaupun Mu’awiyah tetap dinamakan sebagai Khalifah namun didalam kitab Imam Ibnu ‘Asakir yaitu Tarikh Dimasyqiy (26/77) menuturkan bahwa berdasarkan apa yang pernah Mu’awiyah katakan yaitu “aku adalah awwalul muluk”, maka lebih baik mengatakan Mu’awiyah sebagai raja dan tidak dikatakan sebagai Khalifah berdasarkan hadits “tsalatsuna sanah” , walaupun kedudukannya tetap sebagai Khalifah dan di sahkan melalui proses bai’at.

عقب ابن كثير على قول معاوية بقوله : والسنة أن يقال لمعاوية ملك ولا يقال له خليفة لحديث سفينة : " الخلافة بعدي ثلاثون سنة ثم تكون ملكا عضوضا "

Oleh karena alasan itu juga, Imam Ibnu Katsir cenderung mengatakan bahwa hadits "al-Khilafah ba'diy tsalatsuna sanah" sebenarnya mencegah penamaan Mu'awiyah sebagai Khalifah walaupun kedudukannya sebagai Khalifah.

Rasulullah juga pernah menuturkan bahwa memang Khalifah ada yang baik dan ada yang tidak baik dalam menjalankan system Kekhilafahan, kriteria mengenai hal ini sebagaimana hadits yang tercatat didalam kitab Shahih Ibnu Hibban (6785) ;

أخبرنا عبد الله بن محمد الأزدي ، قال : حدثنا إسحاق بن إبراهيم ، قال` : أخبرنا الوليد ، قال : حدثني الأوزاعي ، قال : حدثني الزهري ، عن أبي سلمة ، عن أبي هريرة ، عن رسول الله صلى الله عليه وسلم ، قال : « سيكون بعدي خلفاء ، يعملون بما يعلمون ، ويفعلون ما يؤمرون ، ثم يكون من بعدهم خلفاء يعملون بما لا يعلمون ، ويفعلون ما لا يؤمرون ، فمن أنكر عليهم فقد برئ ، ولكن من رضي وتابع »
“Dari Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda ; “Akan ada setelahku Khulafa’ (para Khalifah), mereka berbuat sebagaimana mereka ketahui, mereka mengerjakan sesuatu yang diperintahkan kepada mereka. Kemudian setelah masa mereka, ada para Khalifah yang berbuat sesuatu yang tidak mereka ketahui, mengerjakan sesuatu yang tidak diperintahkan kepada mereka, maka barangsiapa yang mengingkari mereka, dia bebas (dari dosa), dan barangsiapa yang berlepas diri maka selamat, akan tetapi (berdosa) siapa saja yang ridla (dengan mereka) dan mengikuti (mereka)”.


6. Dengan demikian, system Kekhilafahan tetap berlangsung setelah masa Khilafatun Nubuwwah, seperti yang sudah diketahui didalam sejarah bahwa setelah Khilafatun Nubuwwah, selanjutnya adalah Khilafah Bani Umayyah, Khilafah Bani Abbasiyah dan Khilafah Utsmaniyyah. Diantara Khalifahnya ada yang bertindak seperti raja namun sebagian Khalifahnya lagi bahkan ada yang mirip Khalifah yang Rasyid seperti Khalifah Umar bin Abdul ‘Aziz, Khalifah Abbas Ad-Dakhir Biamrillah, Khalifah Harun Ar-Rasyid, dan lain sebagainya, dan walaupun setiap Khalifah berbeda-beda namun sekali lagi, system pemerintahannya tetap system pemerintahan Islam yaitu Khilafah Islamiyyah dan tidak pernah menggunakan system Kerajaan, Republik dan lain sebagainya.

7. Fakta sejarah juga mencatat bahwa Kekhilafahan tidak pernah dihapus baik pada masa bani Umayyah, bani Abbasiyah, bani Utsmaniyyah. Mereka tidak pernah berusaha untuk menghancurkan Khilafah, justru sebaliknya mereka tetap mempertahankan Khilafah bahkan berjuang untuk mengembalikan system Kekhilafah disaat ada kekosongan Khilafah. Misalnya ketika luluh lantaknya Baghdad dan terbunuhnya Khalifah al-Mu’tashim Billah. Saat itulah terjadi kekosongan Khilafah selama hampir 3 tahun namun bani Utsamiyyah berhasil mengembalikan Kekhilafahan yang kemudian berpusat di Istanbul Turki, tetapi akhirnya runtuh pada tahun 1924 M dan hingga saat ini umat Islam hidup tanpa Khilafah.

8. Imam Al-Hafidz Jalaluddin As-Suyuthiy juga menyatakan didalam Tarikh al-Khulafa’ (375-380) bahwa kaum Muslimin tidak pernah tidak memiliki Khalifah kecuali setelah jatuhnya Baghdad ketangan Tartar sehingga jabatan menjadi kosong selama 3 tahun.

9. Penyebutan “para Khalifah (Khulafa’)” didalam kitab-kitab ‘Ulama. Misalnya didalam Mukhtashar fiy Akhbar al-Basyar (1/128),

خلفاء بني أمية
وهم أربعة عشر خليفة، أولهم معاوية بن أبي سفيان، وآخرهم مروان الجعدي وكان مدة ملكهم نيفاً وتسعين سنة، وهي ألف شهر تقريباً،
para Khalifah bani Umayyah ; jumlah mereka adalah 14 Khalifah, Khalifah pertama adalah Mu’awiyah bin Abi Sufyan (40-64 H/661-680 M) dan Khalifah terakhir adalah Marwan bin Muhammad al-Ja’diy (127-133 H/744-750 M)…”

Didalam Musnad Imam Ahmad bin Hanbal (17774),

حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا محمد بن بكر قال انا بن جريج قال أخبرني بن شهاب عن حديث أبي إدريس بن عبد الله في خلافة عبد الملك ان أبا ثعلبة الخشني حدثه انه سمع رسول الله صلى الله عليه و سلم نهى عن كل ذي ناب من السباع إسناده صحيح على شرط الشيخين
“…mengabarkan kepadaku Ibnu Syihab dari hadits Abi Idris bin Abdullah pada masa Kekhilafahan Abdul Malik … "

Didalam kitab Al-Mustadrak (3/468),

قال ابن عمر : وشهد عاصم بن عدي أحدا والخندق والمشاهد كلها مع رسول الله صلى الله عليه وسلم وكان عاصم إلى القصر ما هو ومات سنة خمس وأربعين في خلافة معاوية وهو ابن خمس عشرة ومائة
“.. dan wafat pada tahun 45 Hijriyah pada masa Kekhilafahan Mu’awiyyah...”

Masih dalam kitab yang sama (3/518),

فأخبرني قاضي القضاة محمد بن صالح الهاشمي ثنا علي بن محمد بالمدايني ثنا يعقوب بن داود الثقفي ومسلمة بن محارب وغيرهما قالوا لما قتل الضحاك بن قيس بمرج راهط وكان للنصف من ذي الحجة سنة أربع وستين في خلافة مروان بن الحكم فأراد النعمان بن بشير أن يهرب من حمص وكان عاملا عليها فخاف ودعا لابن الزبير فطلبه أهل حمص فقتلوه واحتزوا رأسه
“dan pada pertengahan bulan Dzul Hijjah tahun 64 Hijriyah pada masa Kekhilafahan Marwan bin al-Hakam..”

Dan lain sebagainya (didalam kitab-kitab ulama lainnya). Dari sini dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa para Ulama pun tidak ada yang menafikan Kekhilafahan setelah Khilafatun Nubuwwah.

Demikianlah pembahasan mengenai “Khilafah 30 tahun”. Semoga apa yang sudah disampaikan bisa bermanfaat. Wallahu subahanahu wa ta’alaa a’lam...


Sebagai tambahan (NB) ; redaksi dalam kitab-kitab Ulama lainnya yang meriwayatkan (mencantumkan) mengenai hadits “Khilafah ba’diy tsalatsuna sanah” ;

Didalam kitab Sunan Imam At-Turmidziy,

حدثنا احمد بن منيع حدثنا سريج بن النعمان حدثنا حشرج بن نباته عن سعيد بن جهمان قال حدثني سفينة قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم الخلافة في أمتي ثلاثون سنة ثم ملك بعد ذلك ثم قال لي سفينة أمسك خلافة أبي بكر و خلافة عمر و خلافة عثمان ثم قال لي أمسك خلافة علي قال فوجدناها ثلاثين سنة قال سعيد فقلت له إن بني أمية يزعمون أن الخلافة فيهم فقال كذبوا بنو الزرقاء بل هم ملوك من شر الملوك

قال أبو عيسى وفي الباب عن عمر و علي قالا لم يعهد النبي صلى الله عليه سولم في الخلافة شيئا

وهذا حديث حسن قد رواه غير واحد عن سعيد بن جهمان ولا نعرفه إلا من حديث سعيد بن جهمان صحيح


Shahih Imam Ibnu Hibban (7069)

أخبرنا أبو يعلى ، حدثنا علي بن الجعد الجوهري ، أخبرنا حماد بن سلمة ، عن سعيد بن جمهان ، عن سفينة ، قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم ، يقول : « الخلافة بعدي ثلاثون سنة ، ثم تكون ملكا » ، قال : أمسك خلافة أبي بكر رضي الله عنه سنتين ، وعمر رضي الله عنه عشرا ، وعثمان رضي الله عنه اثنتي عشرة ، وعلي رضي الله عنه ستا . قال علي بن الجعد : قلت لحماد بن سلمة : سفينة القائل : أمسك ؟ قال : « نعم »


Ma’rifatu Ash-Shahabah li-Abi Nu’aim al-Ashbahaniy (83)

حدثنا عبد الله بن جعفر ، ثنا يونس بن حبيب ، ثنا أبو داود ، ثنا الحشرج بن نباتة ح وحدثنا أبو محمد بن حيان ، واللفظ ، له ، قال : ثنا أحمد بن علي ، ثنا حوثرة بن أشرس ، ثنا حماد بن سلمة ، قالا : عن سعيد بن جمهان ، عن سفينة ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « الخلافة بعدي ثلاثون » ، ثم قال سفينة : أمسك خلافة أبي بكر سنتين


Akhbar Ashbahan (899), Imam Abu Nu’aim ;

حدثنا القاضي أبو أحمد محمد بن أحمد بن إبراهيم ، ثنا جعفر بن محمد بن شريك أبو الفضل ، ثنا محمد بن سليمان لوين ، ثنا هشيم ، عن العوام بن حوشب ، عن سعيد بن جمهان ، عن سفينة ، أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : « إن الخلافة بعدي ثلاثون سنة »


Musnad Imam Al-Bazar (Al-Bahru az-Zakhar -3237) ;

وحدثنا محمد بن معمر ، قال : نا يحيى بن طلحة ، قال : نا سعيد بن جمهان ، عن سفينة ، وحدثنا طالوت ، قال : نا حماد بن سلمة ، عن سعيد بن جمهان ، عن سفينة ، رضي الله عنه ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم « : » الخلافة بعدي ثلاثون سنة « ثم قال لي سفينة : أمسك لأبي بكر سنتين ، ولعمر عشرا ، ولعثمان اثني عشر ، ولعلي ستا »


As-Sunnah li-Abi Bakar ibnu al-Khalal (2/178 -648-) ;

أخبرنا عبد الله بن أحمد ، قال : ثنا إبراهيم بن عبد الله بن بشار الواسطي ، قال : حدثني أبو طلحة بن بنت سعيد بن جمهان ، قال : سمعت جدي أبا أمي سعيد بن جمهان يقول : سمعت سفينة ، يقول : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « الخلافة بعدي ثلاثون سنة »


Jami’ Bayan al-Ilm (3/485), karangan Imam Ibnu Abdil Barr ;

حدثنا عبد الوارث بن سفيان ثنا قاسم بن أصبغ ، ثنا أحمد بن زهير ، وإبراهيم بن إسحاق القاضي ، واللفظ له قالا : ثنا علي بن الجعد ، قال : أخبرني حماد بن سلمة ، عن سعيد بن جمهان ، عن سفينة ، قال : سمعت النبي صلى الله عليه وسلم يقول : « الخلافة بعدي ثلاثون سنة ثم يكون ملكا » ثم قال : أمسك ، خلافة أبي بكر سنتان ، وعمر عشر ، وعثمان اثنتا عشرة ، وعلي ست قال علي بن الجعد : قلت لحماد : سفينة القائل لسعيد ؟ قال : نعم ، قال أبو عمر : « قال أحمد بن حنبل : حديث سفينة في الخلافة صحيح وإليه أذهب في الخلفاء


Kitab I’tiqad li-Baihaqiy (1/344),

أخبرنا أبو الحسين محمد بن الحسين بن محمد بن الفضل القطان ، أنا عبد الله بن جعفر بن درستويه ، ثنا يعقوب بن سفيان ، ثنا عبيد الله بن موسى ، ثنا حشرج بن نباتة ، حدثني سعيد بن جمهان ، عن سفينة ، مولى رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : الخلافة في أمتي ثلاثون سنة ثم ملك بعد ذلك قال لي سفينة : أمسك خلافة أبي بكر وخلافة عمر وخلافة عثمان وخلافة علي فنظرنا فوجدناها ثلاثين سنة


As-Sunnah li-Ibnu Abi ‘Ashim (1),

حدثنا هدبة بن خالد ، حدثنا حماد بن سلمة ، عن سعيد بن جمهان ، عن سفينة أبي عبد الرحمن مولى رسول الله صلى الله عليه وسلم ، قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : « الخلافة ثلاثون سنة ، ثم يكون بعد ذلك ملك » قال سفينة : فخذ سنتين أبو بكر ، وعشرا عمر ، واثنتي عشرة عثمان ، وستا علي رحمهم الله


As-Sunnah li-Abdillah bin Ahmad (1279 & 1280),

حدثنا هدبة بن خالد الأزدي ، نا حماد بن سلمة ، عن سعيد بن جمهان ، عن سفينة أبي عبد الرحمن ، قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : « الخلافة ثلاثون سنة ثم يكون بعد ذلك ملكا » قال سفينة : فخذ سنتي أبي بكر وعشرا عمر واثنتي عشرة عثمان وستا علي رضي الله عنهم


حدثني أبو بكر بن أبي شيبة ، نا يزيد بن هارون ، أنا العوام ، نا سعيد بن جمهان ، عن سفينة أبي عبد الرحمن ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « الخلافة في أمتي ثلاثون سنة » قال : فحسبنا فوجدنا أبا بكر وعمر وعثمان وعليا رضي الله عنهم قال : فقيل له : إن عليا لا يعد من الخلفاء . فقال : يا بني فلان فهم أبعد من ذلك


Al-Madkhal ilaa As-Sunani al-Kubraa lil-Baihaqiy (30),

أخبرنا أبو بكر بن فورك ، أبنا عبد الله بن جعفر ، ثنا يونس بن حبيب ، ثنا أبو داود ، حدثنا الحشرج بن نباتة ، ثنا سعيد بن جمهان ، حدثني سفينة قال : خطبنا رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال : « الخلافة في أمتي ثلاثون سنة ثم يكون ملك » ثم قال لي سفينة : أمسك خلافة أبي بكر وخلافة عمر اثنتي عشرة سنة وستة أشهر ، وخلافة عثمان اثنتي عشرة سنة وخلافة علي رضي الله عنه تكملة الثلاثين قلت : معاوية ؟ قال : كان أول الملوك ، تابعه حماد بن سلمة عن سعيد بن جمهان


Kitab Shahih As-Sunnah Lil-Imam Ath-Thabariy (7),

حدثني به ، محمد بن عمارة الأسدي ، حدثنا عبيد الله بن موسى ، حدثنا حشرج بن نباتة ، حدثني سعيد بن جمهان ، عن سفينة ، مولى رسول الله صلى الله عليه وسلم : « الخلافة في أمتي ثلاثون سنة ، ثم من بعد ذلك ملك » . ، قال لي سفينة : أمسك خلافة أبي بكر : سنتان ، وخلافة عمر : عشر ، وخلافة عثمان : اثنتا عشرة ، وخلافة علي : ست ، قال : فنظرت فوجدتها ثلاثون سنة


Fadlailush Shahabah li-Ahmad bin Hanbal (763 & 764),

حدثنا عبد الله قال : حدثني أبي ، قثنا بهز بن أسد قثنا حماد بن سلمة قال : نا سعيد بن جمهان ، عن سفينة قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : « الخلافة ثلاثون عاما ، ثم يكون بعد ذلك الملك » . قال سفينة : أمسك خلافة أبي بكر سنتين ، وخلافة عمر عشر سنين ، وخلافة عثمان اثنتي عشرة سنة ، وخلافة علي ست سنين .


حدثنا عبد الله : قثنا هدبة بن خالد قثنا حماد بن سلمة ، عن سعيد بن جمهان ، عن سفينة أبي عبد الرحمن قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : « الخلافة ثلاثون عاما ، ثم يكون بعد ذلك ملكا » . قال سفينة : فخذ سنتين أبو بكر ، وعشرا عمر ، وثنتي عشرة عثمان ، وستا علي


Fadlail Utsman bin ‘Affan li-Abdillah bin Ahmad (82 & 83),

أخبرنا أحمد ، قال : ثنا عبد الله قال : حدثني أبي ، قال : ثنا بهز بن أسد ، قال : ثنا حماد بن سلمة ، قال : أبنا سعيد بن جمهان ، عن سفينة ، قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : « الخلافة ثلاثون عاما ، ثم يكون بعد ذلك الملك » . قال سفينة : أمسك ، خلافة أبي بكر سنتين ، وخلافة عمر عشر سنين ، وخلافة عثمان اثنتي عشرة سنة ، وخلافة علي ست سنين ، رضي الله عنهم أجمعين


أخبرنا أحمد ، قال : ثنا عبد الله قال : ثنا هدبة بن خالد ، قال : ثنا حماد بن سلمة ، وسعيد بن جمهان ، عن سفينة أبي عبد الرحمن ، قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : « الخلافة ثلاثون عاما ، ثم يكون بعد ذلك ملكا » . قال سفينة : فحد سنتين أبو بكر ، وعشر عمر ، وثنتي عشرة عثمان ، وست علي رضي الله عنهم أجمعين


Musnad Ibnu al-Ja’ad (2801),

حدثنا علي ، أخبرني حماد ، عن سعيد بن جمهان ، عن سفينة قال : سمعت النبي صلى الله عليه وسلم يقول : « الخلافة ثلاثون سنة ، ثم تكون ملكا » ثم قال : أمسك خلافة أبي بكر سنتين ، وخلافة عمر عشرا وعثمان ثنتي عشرة سنة ، وعلي ستا قال علي : قلت لحماد : سفينة القائل لسعيد أمسك قال : نعم


Musnad Ar-Ruyaniy (649),

نا محمد بن إسحاق ، نا حجاج بن المنهال ، نا حماد بن سلمة ، عن سعيد بن جمهان قال : سمعت سفينة أبا عبد الرحمن قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : « الخلافة ثلاثون عاما ، ثم يكون الملك » قال : فقال سفينة : أمسك سنتي أبي بكر ، وعشر عمر ، وثنتي عشرة عثمان ، وست علي «


Dan lain sebagainya.

10 Bingkisan Mutiara Indah Dari 4 Khalifah Generasi Awal Islam (Khulafaur Rasyidin)

Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq radliyallahu ‘anh mengatakan, “tiada seorang hamba yang dianugerahi 10 hal, melainkan ia akan selamat dari berbagai bencana dan penyakit, dia sederajat dengan Muqarrabin serta akan mendapatkan derajat Muttaqin, yaitu ;


1. Jujur yang terus-menerus disertai hati yang qana’ah,
2. Kesabaran yang sempurna disertai dengan rasa syukur yang terus-menerus,
3. Kefaqiran yang abadi yang diikuti dengan sifat zuhud,
4. Berfikir yang terus-menerus disertai dengan perut yang lapar,
5. Keprihatinan yang abadi disertai dengan rasa takut yang terus-menerus,

6. Kerja keras yang terus-menerus disertai dengan sikap rendah diri,
7. Keramahan yang terus-menerus disertai dengan kasih sayang,
8. Cinta yang terus-menerus disertai dengan rasa malu,
9. Ilmu yang bermanfaat diikuti dengan pengamalan yang terus-menerus,
10. Iman yang langgeng yang disertai dengan akal yang kuat.”


Sayyidina Umar bin Khaththab radliyallahu ‘anh berkata, “10 hal belum menjadi baik tanpa dibarengi dengan 10 hal lainnya, yaitu ;


1. Akal belum baik tanpa dibarengi dengan sikap wira’i,
2. Amal (perbuatan) belum baik tanpa dibarengi dengan ilmu,
3. Keberuntungan belum baik tanpa dibarengi dengan takwa kepada Allah,
4. Penguasa belum baik tanpa dibarengi dengan keadilan,
5. Reputasi belum baik tanpa dibarengi dengan adab (kesopanan),
6. Kesenangan belum baik (nyaman) tanpa dibarengi dengan keamanan,
7. Kekayaan belum baik tanpa dibarengi sikap dermawan,
8. Kefaqiran belum baik hingga disertai dengan sikap qana’ah,
9. Ketinggian nasab belum baik tanpa dibarengi dengan sikap tawadhu’,
10. Perjuangan menuju kebenaran belum baik tanpa di iringi taufik Allah.”


Sayyidina Utsman bin Affan radliyallahu ‘anh berkata, “10 hal yang paling disia-siakan, yaitu ;


1. Orang alim yang tidak dapat dijadikan tempat bertanya,
2. Ilmu yang tidak diamalkan,
3. Pendapat yang benar yang tidak diterima,
4. Senjata yang tidak dipakai,
5. Masjid yang tidak digunakan shalat,
6. Mushhaf (Al-Qur’an) yang tidak dibaca,
7. Harta yang tidak di infakkan,
8. Kuda yang tidak ditunggangi,
9. Ilmu zuhud yang ada pada hati orang yang cinta dunia,
10. Umur panjang yang tidak digunakan sebagai bekal untuk bepergian (menuju akhirat).”


Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib Karramallahu wajhah berkata,


1. Ilmu adalah sebaik-baiknya warisan,
2. Etika adalah sebaik-baiknya pekerjaan,
3. Takwa adalah sebaik-baiknya bekal,
4. Ibadah adalah sebaik-baiknya perdagangan,
5. Amal shaleh adalah sebaik-baiknya penuntun (menuju surga),
6. Akhlak terpuji adalah sebaik-baiknya teman (dunia akhirat),
7. Al-Hilmu (rendah diri) adalah sebaik-baiknya penolong,
8. Qana’ah adalah sebaik-baiknya kekayaan,
9. Taufiq adalah sebaik-baiknya pertolongan,
10. Kematian adalah sebaik-baiknya pendidik menuju perangai yang terpuji.”


Dikutip dari buku “Nasihat Bagi Hamba Allah” terjemah dari kitab "Nashaihul ‘Ibad fiy Bayaani Alfadh Munabbihatin ‘alaal-Isti’daadi li-Yaumil Ma’ad” karangan al-‘Allamah al-Alim al-Imam asy-Syaikh Abu Abdul Mu’thi Muhammad ibnu Umar ibnu ‘Arabiy ibnu Nawawiy asy-Syafi’i at-Tanariyal-Bantaniy al-Jawiy (1230 H - 1314 H), lahir di kampung Tanara, Serang Banten – Indonesia dan ketika wafat di makamkan di pekuburan Ma’la Mekkah dekat dengan makam Ummul Mukminin Siti Khadijah, istri Baginda Nabiyullah Muhammad al-Mushthafa Shallalhu ‘alayhi wa sallam.

Beliau diberi gelar pertama kali oleh asy-Syaikh Ahmad bin Muhammad Zain Al-Fathaniy sebagai “al-Imam An-Nawawiy ats-Tsaniy (Imam Nawawi Kedua)”. al-Imam Nawawi yang pertama adalah seorang Ulama agung Madzhab Syafi'i, ulama Hujjatul Islam yang wafat di Nawa, Damsyiq (Damaskus), nama lengkap beliau adalah al-Imam al-Hafidz al-Hujjah asy-Syaikhul Islam Taqiyuddin Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf bin Birri bin Hasan bin Husaini Mukhyiddin an-Nawawi ad-Dimasyqiy asy-Syafi’i, pengarang kitab Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim, Raudhatuth Thalibin, Al-Adzkar, Arba'in Nawawiyah, Al-Majmu’ Syarah Muhadzab, Daqaid Al-Minhaj, Minhajut Thalibin wa Umdatun Muftiyn, dan banyak kitab lainnya.

al-Imam an-Nawawiy ats-Tsaniy juga dijuluki sebagai “Sayyid ‘Ulama Hijaz (Pemuka Ulama Mekkah dan Madinah)”. Silsilah beliau bersambung kepada Maulana Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati, Cirebon) yaitu keturunan dari putra Maulana Hasanuddin (Sultan Banten I) yang bernama Sunyararas (Tajul ‘Arsy). Nasabnya bersambung dengan Nabi Muhammad melalui Imam Ja’far Ash-Shadiq, Imam Muhammad Al-Baqir, Imam Ali Zainal Abidin, Sayyidina Husain kemudian Sayyidah Fatimah Az-Zahra.


Special ucapan terima kasih banyak kepada seseorang yang telah menghadiahkan kitab ini. ^_^

Mengenal Golongan Ahlussunnah Al-Asya'irah

Mengenal Golongan Ahlussunnah Al-Asya'irah
Kalangan wahabi (Ahlul Wahabi) mengatakan :

Syaikh Abdullah bin Abdurrahman al-Jibrin (ulama wahabi)berkata: "Kemudian muncul juga kelompok yang lain, dan mereka menyebut dirinya Asy'ariyah. Mereka mengingkari sebagian sifat Allah dan menetapkan sebagian yang lain. Mereka menetapkan sifat-sifat tersebut berdasar kepada akal. Maka tidak diragukan lagi bahwa hal itu merupakan bid'ah dan perkara baru dalam agama Islam" (Ensiklopedia Bid'ah, hal. 140).

Syekh Muhammad bin Musa Alu Nashr (ulama Wahabi) berkata: "Tetapi, apakah Asya'irah dan Maturidiyah itu Ahlussunnah, ataukah mereka termasuk Ahli Kalam? Hakikatnya, mereka ini termasuk Ahli Kalam. Mereka bukan termasuk Ahlussunnah, walaupun mereka ahlul-millah, ahli qiblah (umat Islam). Dikarenakan al-Asya'irah dan Maturidiyah itu menyelisihi Ahlussunnah Wal-Jama'ah" ( lihat Majalah As-Sunnah, edisi 01/tahun XII, April 208, hal. 35).

Sementara kalangan Ulama agung Ahlussunnah tentang Al-Asya'irah mengatakan ;


إِذَا أُطْلِقَ أَهْلُ السُّنَّةِ فَالْمُرَادُ بِهِ اْلأَشَاعِرَةُ وَالْمَاتُرِيْدِيَّةُ (إتحاف سادات المتقين، محمد الزبدي، ج. 2، ص. 6)
"Apabila disebut nama Ahlussunnah secara umum, maka maksudnya adalah Asya'irah (para pengikut faham Abul Hasan al-Asy'ari) dan Maturidiyah (para pengikut faham Abu Manshur al-Maturidi" (Ithaf Sadat al-Muttaqin, Muhammad Az-Zabidi, juz 2, hal. 6.).

وأما حكمه على الإطلاق وهو الوجوب فمجمع عليه في جميع الملل وواضعه أبو الحسن الأشعري وإليه تنسب أهل السنة حتى لقبوا بالأشاعرة (الفواكه الدواني، أحمد النفراوي المالكي، دار الفكر، بيروت، 1415، ج: 1 ص: 38)
"Adapun hukumnya (mempelajari ilmu aqidah) secara umum adalah wajib, maka telah disepakati ulama pada semua ajaran. Dan penyusunnya adalah Abul Hasan Al-Asy'ari, kepadanyalah dinisbatkan (nama) Ahlussunnah sehingga dijuluki dengan Asya'irah (pengikut faham Abul Hasan al-Asy'ari)" (Al-Fawakih ad-Duwani, Ahmad an-Nafrawi al-Maliki, Dar el-Fikr, Beirut, 1415, juz 1, hal. 38).

كذلك عند أهل السنة وإمامهم أبي الحسن الأشعري وأبي منصور الماتريدي (الفواكه الدواني ج: 1 ص: 103)
"Begitu pula menurut Ahlussunnah dan pemimpin mereka Abul Hasan al-Asy'ari dan Abu Manshur al-Maturidi" (Al-Fawakih ad-Duwani, juz 1 hal. 103)

وأهل الحق عبارة عن أهل السنة أشاعرة وماتريدية أو المراد بهم من كان على سنة رسول الله صلى الله عليه وسلم فيشمل من كان قبل ظهور الشيخين أعني أبا الحسن الأشعري وأبا منصور الماتريدي (حاشية العدوي، علي الصعيدي العدوي، دار الفكر، بيروت، 1412 ج. 1، ص. 151)
"Dan Ahlul-Haqq (orang-orang yang berjalan di atas kebenaran) adalah gambaran tentang Ahlussunnah Asya'irah dan Maturidiyah, atau maksudnya mereka adalah orang-orang yang berada di atas sunnah Rasulullah Saw., maka mencakup orang-orang yang hidup sebelum munculnya dua orang syaikh tersebut, yaitu Abul Hasan al-Asy'ari dan Abu Manshur al-Maturidi" (Hasyiyah Al-'Adwi, Ali Ash-Sha'idi Al-'Adwi, Dar El-Fikr, Beirut, 1412, juz 1, hal. 105).

والمراد بالعلماء هم أهل السنة والجماعة وهم أتباع أبي الحسن الأشعري وأبي منصور الماتريدي رضي الله عنهما (حاشية الطحطاوي على مراقي الفلاح، أحمد الطحطاوي الحنفي، مكتبة البابي الحلبي، مصر، 1318، ج. 1، ص. 4)
"Dan yang dimaksud dengan ulama adalah Ahlussunnah Wal-Jama'ah, dan mereka adalah para pengikut Abul Hasan al-Asy'ari dan Abu Manshur al-Maturidi radhiyallaahu 'anhumaa (semoga Allah ridha kepada keduanya)" (Hasyiyah At-Thahthawi 'ala Maraqi al-Falah, Ahmad At-Thahthawi al-Hanafi, Maktabah al-Babi al-Halabi, Mesir, 1318, juz 1, hal. 4).

Ibn Taymiah dalam menuturkan tentang Asy’ariyyah, pernah berkata :

والعلماء أنصار علوم الدين والأشاعرة أنصار أصول الدين – الفتاوى الجزء الرابع
“Para Ulama adalah pembela ilmu-ilmu agama dan Al-Asya'irah adalah pembela ushul (dasar-dasar) agama" (Al-Fatawa, Juz 4)

al-Imam ash-Sakhawi juga mengatakan dalam kitab Al-Maqashid Al-Hasanah, sebagai berikut ;

ولقد وصف رسول الله ‘ الفرقة النـاجية بأنهم السواد الأعظم من الأمة، وهذا الوصف منطبق على الأشاعرة والماتريدية وأصحاب الحديث، إذ هم غالب أمة الإسلام، والمنفي عنهم الاجتماع على الضلالة بنص الحديث المشهور (لا تجتمع أمتـي علـى الضلالة

Imam Tajuddin As-Subki

قال الإمام تاج الدين السبكي رحمه الله تعالى (إتحاف السادة المتقين 2/6):

اعلم أن أهل السنة والجماعة كلهم قد اتفقوا على معتقد واحد فيما يجب ويجوز ويستحيل، وإن اختلفوا في الطرق والمبادئ الموصلة لذلك، أو في لِميّة([2]) ما هنالك، وبالجملة فهم بالاستقراء ثلاث طوائف:

الثانية: أهل النظر العقلي والصناعة الفكرية، وهم الأشعرية والحنفية، وشيخ الأشعرية أبو الحسن الأشعري، وشيخ الحنفية أبو منصور الماتريدي

Imam Jalal ad-Dawaniy

وقال الإمام الجلال الدواني رحمه الله تعالى (شرح العقائد العضدية 1/ 34)

الفرقة الناجية، وهم الأشاعرة أي التابعون في الأصـول للشيخ أبي الحسـن

Imam al-Baihaqiy

ال الإمام البيهقي : " إن أبا الحسن الأشعري رحمه الله لم يحدث في دين الله حَدَثا ، ولم يأت فيه ببدعة ، بل أخذ أقاويل الصحابة والتابعين ومن بعدهم من الأئمة في أصول الدين فنصرها بزيادة وشرح وتبيين".

Imam Izz bin Abdussalam

وذكر العز بن عبد السلام أن عقيدة الأشعري أجمع عليها الشافعية والمالكية والحنفية وفضلاء الحنابلة ووافقه على ذلك من أهل عصره شيخ المالكية في زمانه أبو عمرو بن الحاجب وشيخ الحنفية جمال الدين الحصيري وأقره على ذلك التقي السبكي .

ويقول تاج الدين السبكي: وهؤلاء الحنفية والشافعية والمالكية وفضلاء الحنابلة في العقائد يد واحدة كلهم على رأي أهل السنة والجماعة يدينون لله تعالى بطريق شيخ السنّة أبي الحسن الأشعري رحمه الله. ثم يقول: وبالجملة عقيدة الأشعري هي ما تضمنته عقيدة أبي جعفر الطحاوي التي تلقاها علماء المذاهب بالقبول ورضوها عقيدة.

Imam Ibnu 'Abidin

وقال الفقيه الحنفي ابن عابدين في حاشيته: " أهل السنة والجماعة وهم الأشاعرة والماتريدية".


SIAPA SESUNGGUHNYA GOLONGAN AL-ASYA'IRAH ?

Penjelasan dari As-Sayyid Muhammad bin 'Alawi al-Maliki al-Hasani :

Banyak kaum muslimin jahil (tidak mengetahui) mengenai madzhab al-‘Asya’irah (kelompok ulama pengikut madzhab Imam Abul Hasan al-Asy’ari) dan tidak mengetahui siapakah mereka, serta metode mereka dalam bidang aqidah. Karena ketidak tahuan itu, ada sebagian dari kaum Muslimin, tidak berhati-hati, melemparkan tuduhan bahwa golongan Asya’irah sesat atau telah keluar dari Islam dan mulhid (menyimpang dari kebenaran) di dalam memahami sifat-sifat Allah.

Kejahilan terhadap madzhab al-Asya’irah ini adalah faktor retaknya kesatuan golongan Ahlus Sunnah dan terpecah-pecahnya kesatuan mereka, sehingga sebagian golongan yang jahil memasukkan al-Asya’irah dalam kelompok golongan yang sesat . Saya tidak tahu, mengapa golongan yang beriman dan golongan yang sesat disamakan ? Dan bagaimana golongan Ahl as-Sunnah dan golongan ekstrim mu’tazilah (Jahmiyyah) disamakan?


أَفَنَجْعَلُ الْمُسْلِمِينَ كَالْمُجْرِمِينَ
مَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُونَ
"Maka apakah patut Kami menjadikan orng-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir) ?, Atau adakah kamu (berbuat demikian): bagaimanakah kamu mengambil keputusan ?" (QS. Al-Qalam : 35 - 36)

Al-Asya’irah adalah para pemimpin ulama yang membawa petunjuk dari kalangan ulama muslimin yang ilmu mereka memenuhi bagian timur dan barat dunia dan disepakati oleh manusia sepakat atas keutamaan, keilmuan dan keagamaan mereka. Mereka adalah tokoh-tokoh besar ulama Ahlussunnah berwibawa tinggi yang berdiri teguh menentang kecongkaan dan kesombongan golongan Mu’tazilah.

Dalam menuturkan tentang golongan Al-Asya’irah, Ibnu Taimiyyah berkata:


والعلماء أنصار علوم الدين والأشاعرة أنصار أصول الدين – الفتاوى الجزء الرابع
“Para ulama adalah pembela ilmu agama dan al-Asya’irah pembela dasar-dasar agama (ushuluddin) - (Al-Fataawaa, juz 4)


Sesungguhnya mereka (penganut madzhab al-Asya’irah) terdiri dari tokoh-tokoh hadits (Muhadditsin), para Ahli fiqih dan para Ahlitafsir dari kalangan tokoh Imam-imam yang utama (yang menjadi panutan dan sandaran para ulama lain) seperti :


-] Syaikhul Islam Ahmad ibn Hajar al-‘Asqalani رحمه الله, tokoh hadits yang tidak dipertikaikan lagi sebagai gurunya para ahli hadits, penyusun kitab Fathul Baari ‘ala Syarhil Bukhaari. Bermazhab Asya’irah. Karyanya sentiasa menjadi rujukan para ulama’.
-] Syaikhul Ulama Ahl as-Sunnah, al-Imam an-Nawaawi رحمه الله, penyusun Syarh Shahih Muslim, dan penyusun banyak kitab yang masyhur. Beliau bermazhab Asya’irah.
-] Syaikhul Mufassirin al-Imam al-Qurthubi رحمه الله penyusun tafsir al-Jaami’ li Ahkaamil Qur’an. Beliau bermazhab Asya’irah.
-] Syaikhul Islam Ibnu Hajar al-Haithami رحمه الله, penyusun kitab az-Zawaajir ‘an al-Iqtiraaf al-Kabaa’ir. Beliau bermazhab Asya’irah.
-] Syaikhul Fiqh wal Hadits al-Imam al-Hujjah wa ats-Tsabat Zakaaria al-Anshari رحمه الله Beliau bermazhab Asya’irah.
-] Al-Imam Abu Bakar al-Baaqilani رحمه الله
-] Al-Imam al-Qashthalani رحمه الله
-] Al-Imam an-Nasafi رحمه الله
-] Al-Imam asy-Syarbini رحمه الله
-] Abu Hayyan an-Nahwi رحمه الله, penyusun tafsir al-Bahr al-Muhith.
-] Al-Imam Ibn Juza رحمه الله, penyusun at-Tashil fi ‘Uluumittanziil.
-] Dan lain sebagainya, yang kesemua merupakan tokoh-tokoh Ulama ‘Asya’irah.


Seandainya kita menghitung jumlah ulama besar dari Ahli Hadits, Ahli Tafsir dan Ahli Fiqh yang bermazhab al-Asya’irah, maka tidak mungkin mampu untuk dilakukan dan kita memerlukan beberapa jilid buku untuk merangkai nama para ulama besar yang ilmu mereka memenuhi wilayah timur dan barat bumi. Adalah salah satu kewajiban kita untuk berterimakasih kepada orang-orang yang telah berjasa dan mengakui keutamaan orang-orang yang berilmu dan memiliki kelebihan yakni para tokoh ulama, yang telah menabur khidmat mereka kepada syari’at Sayyid Para Rasul, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alayhi wa Sallam.

Darimana lahi kebaikan yang kita harapkan sekiranya kita melemparkan tuduhan menyimpang daripada kebenaran dan sesat kepada para ulama besar kita dan para salafus sholeh ? Bagaimana Allah akan membukakan mata hati kita untuk mengambil manfaat dari ilmu-ilmu mereka setelah kita beri’tiqad bahwa mereka berada dalam keraguan dan menyimpang dari jalan Islam ???.

Sungguh saya ingin mengatakan: “Adakah ulama masakini dari kalangan Doktor [penyandang ijazah PhD] dan cerdik pandai, mampu melakukan sebagaimana yang dilakukan oleh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani dan Al-Imam An-Nawawi رحمهماالله dalam berkhidmat terhadap Sunnah Rasulullah صلى الله عليه وسلم yang suci ? Adakah kita mampu untuk memberi khidmat terhadap Sunnah Nabi صلى الله عليه وسلم sebagaimana yang dilakukan oleh kedua-dua ulama besar ini ? Semoga Allah memberikan karunia kepada mereka rahmat serta keridhaan-Nya. Lalu bagaimana kita bisa menuduh mereka berdua telah sesat dan juga para ulama al-Asya’irah yang lain, padahal kita memerlukan ilmu-ilmu mereka ?

Dan bagaimana kita bisa mengambil ilmu dari mereka jika mereka didalam kesesatan ? Padahal Al-Imam Ibnu Sirin رحمه الله pernah berkata :

إن هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم
"Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka perhatikan daripada siapa kalian mengambil agama kalian."

Apakah tidak cukup bagi orang yang tidak sependapat dengan para Imam di atas, untuk mengatakan, “Mereka rahimahullah telah berijtihad dan mereka salah dalam menafsirkan sifat-sifat Allah. Maka yang lebih baik adalah tidak mengikuti metode mereka.” Sebagai pengganti dari ungkapan kita yang telah menuduh mereka menyimpang dan sesat lalu kita marah atas orang yang mengkategorikan mereka sebagai Ahlussunnah.

Dan seandainya Al-Imam an-Nawawi, Al-‘Asqalani, Al-Qurthubi, Al-Fakhrurrazi, Al-Haithami dan Zakaria Al-Anshari dan ulama berwibawa yang lain tidak dikategorikan sebagai Ahlussunnah Wal Jama’ah, lalu siapakah lagi yang termasuk Ahlussunnah Wal Jama’ah ?.

Sungguh, dengan tulus kami mengajak semua pendakwah dan mereka yang bergiat di medan dakwah Islam agar bertaqwa kepada Allah dalam urusan ummat Muhammad صلى الله عليه وسلم, khususnya terhadap tokoh-tokoh ulama dan para fuqaha’nya. Karena, ummat Muhammad صلى الله عليه وسلم senantiasa berada dalam kebaikan hingga hari kiamat. Dan tidak ada kebaikan bagi kita jika tidak mengakui kedudukan dan keutamaan para Ulama kita sendiri.


Al-Asya’irah adalah pengikut Imam Abu Hasan al-Asy'ari yang mempunyai jasa yang besar dalam membersihkan aqidah Ahlussunnah wal Jamaah daripada kekeruhan yang dicetuskan oleh golongan Mu'tazilah. Kebanyakan pendukung dan Ulama besar umat ini adalah dari golongan al-Asya’irah. Sedangkan golongan yang memperdebatkan mereka ini sama sekali mencapai secarik buku mereka pun dari segi ilmu, wara' dan taqwa.

Di antara ulama Al-Asya’irah ialah: Imam Al-Haramain, Imam al-Ghazali, al-Hafidz Ibn Hajar al-'Asqalani, Imam Fakhruddin ar-Razi dan sebagainya. Apakah dosa yang telah mereka lakukan ? Adakah karena mereka bersunggung-sungguh untuk membuat bantahan atas kekeliruan yang ditimbulkan oleh golongan Musyabbihah yang berhubungan dengan Dzat Allah ? Golongan Musyabbihah ini mencoba untuk menetapkan bahwa Allah Ta’ala mempunyai jisim melalui ayat-ayat Mutasyabihat dan hadits-hadits yang menyatakan secara dzahirnya bahwa Allah mempunyai tangan, mata, siku, jari-jari dan sebagainya. -Selesai.

ULAMA-ULAMA BERMADZHAB AL-ASYA'IRAH


::: Peringkat Pertama : Dari Kalangan Murid Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari


* Abu Abdullah bin Mujahid Al-Bashri
* Abu Al-hasan Al-Bahili Al-Bashri
* Abu Al-Hasan Bandar bin Al-Husein Al-Syirazi As-Sufi
* Abu Muhammad At-Thobari Al-‘Iraqi
* Abu Bakr Al-Qaffal As-Syasyi
* Abu Sahl As-So’luki An-Naisaburi
* Abu Yazid Al-Maruzi
* Abu Abdillah bin Khafif As-Syirazi
* Abu Bakr Al-Jurjani Al-Isma’ili
* Abu Al-Hasan Abdul ‘Aziz At-Thobari
* Abu Al-Hasan Ali At-Thobari
* Abu Ja’far As-Sulami Al-Baghdadi
* Abu Abdillah Al-Asfahani
* Abu Muhammad Al-Qursyi Al-Zuhri
* Abu Bakr Al-Bukhari Al-Audani
* Abu Al-Manshur bin Hamsyad An-Naisaburi
* Abu Al-Husein bin Sam’un Al-Baghdadi
* Abu Abdul Rahman As-Syaruthi Al-Jurjani
* Abu Ali Al-Faqih Al-Sarkhosyi


::: Peringkat Kedua,


* Abu Sa’ad bin Abi Bakr Al-Isma’ili Al-Jurjani
* Abu Thayyib bin Abi Sahl As-So’luki An-Naisaburi
* Abu Al-Hasan bin Daud Al-Muqri Al-Darani Ad-Dimasyqi
* Al-Qodhi Abu Bakr bin At-Thoyyib bin Al-Baqillani
* Abu ‘Ali Ad-Daqqaq An-Naisaburi (guru Imam Al-Qusyairi)
* Al-Hakim Abu Abdillah bin Al-Bai’e An-Naisaburi
* Abu Manshur bin Abi Bakr Al-Isma’ili
* Al-Ustaz Abu Bakr Furak Al-Isfahani
* Abu Sa’ad bin Uthman Al-Kharkusyi
* Abu Umar Muhammad bin Al-Husein Al-Basthomi
* Abu Al-Qasim bin Abi Amr Al-Bajli Al-Baghdadi
* Abu Al-Hasan bin Maysazah Al-Isfahani
* Abu Tholib bin Al-Muhtadi Al-Hasyimi
* Abu Mu’ammar bin Abi Sa’ad Al-Jurjani
* Abu Hazim Al-‘Abdawi An-Naisaburi
* Al-Ustaz Abu Ishaq Al-Isfara’ini
* Abu ‘Ali bin Syazan Al-Baghdadi
* Abu Nu’aim Al-Hafiz Al-Isfahani
* Abu Hamid Ahmad bin Muhammad Al-Istawa’ie Ad-Dalwi


::: Peringkat ketiga,


* Abu Al-Hasan As-Sukri Al-Baghdadi
* Abu Manshur Al-Ayyubi An-Naisaburi
* Abu Muhammad Abdul Wahab Al-Baghdadi
* Abu Al-Hasan An-Na’imi Al-Bashri
* Abu Thohir bin Khurasah Ad-Dimasyqi
* Al-Ustaz Abu Manshur An-Naisaburi
* Abu Dzar Al-Haraqi Al-Hafiz
* Abu Bakr Ad-Dimsyaqi (Ibn Al-Jurmi)
* Abu Muhammad Al-Juwaini (ayahnda Imam Al-Haramain Al-Juwaini)
* Abu Al-Qasim bin Abi Uthman Al-Hamdani
* Abu Ja’far As-Samnani
* Abu Hatim At-Thobari Al-Qozwini
* Abu Al-Hasan Rasya bin Nazhif Al-Muqri
* Abu Muhammad Al-Isfahani (Ibn Al-Laban)
* Abu Al-Fath Salim bin Ayyub Al-Razi
* Abu Abdillah Al-Khobazi Al-Muqri
* Abu Al-Fadhl bin ‘Amrus Al-Baghdadi Al-Maliki
* Al-Ustaz Abu Al-Qasim Al-Isfarayini
* Al-Hafiz Abu Bakr Al-Baihaqi (pemilik Al-Asma’ wa As-Sifat)


::: Peringkat keempat,


* Abu Bakr Al-Khatib Al-Baghdadi
* Al-Ustaz Abu Al-Qasim Al-Qusyairi
* Abu ‘Ali bin Abi Harishoh Al-Hamdani Ad-Dimasyqi
* Abu Al-Muzhoffar Al-Isfara’ini
* Abu Ishaq Ibrahim bin ‘Ali As-Syirazi
* Imam Al-Haramain Abu Al-Ma’ali Al-Juwaini
* Abu Al-Fath Nasr bin Ibrahim Ad-Dimasyqi
* Abu Abdillah At-Thobari


::: Peringkat kelima,


* Abu Al-Muzoffar Al-Khowafi
* Al-Imam Abu Al-Hasan At-Thobari (Balika Al-Harrasi)
* Hujjatul Islam Al-Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali
* Al-Imam Abu Bakr Al-Syasyi
* Abu Al-Qashim Al-Anshori An-Naisaburi
* Al-Imam Abu Nasr bin Abi Al-Qasim Al-Qusyairi
* Al-Imam Abu ‘Ali Al-Hasan bin Sulaiman Al-Isbahani
* Abu Sa’id As-ad bin Abi Nashr bin Al-Fadhl Al-‘Umri
* Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Yahya Al-Uthmani Ad-Dibaji
* Al-Qadhi Abu Al-‘Abbas Ahmad bin Salamah (Ibn Al-Ratbi)
* Al-Imam Abu Abdillah Al-Farawi
* Imam Abu Sa’ad Isma’il bin Ahmad An-Naisaburi Al-Karmani
* Imam Abu Al-Hasan Al-Sulami Ad-Dimasyqi
* Imam Abu Manshur Mahmud bin Ahmad Masyazah
* Abu Al-Fath Muhammad bin Al-Fadhl bin Muhammad Al-Isfara’ini
* Abu Al-Fath Nasrullah bin Muhammad Al-Mashishi


::: Peringkat keenam,


* Al-Imam Fakhruddin Al-Razi (pemilik At-Tafsir Al-Kabir dan Asas At-Taqdis)
* Imam Saifullah Al-Amidi (empunya Abkar Al-Afkar)
* Sulton Al-Ulama’ Izzuddin bin Abdil Salam
* Sheikh Abu ‘Amr bin Al-Hajib
* Sheikhul Islam Izzuddin Al-Hushairi Al-Hanafi (pemilik At-Tahsil wal Hashil)
* Al-Khasru Syahi


::: Peringkat ketujuh,


* Sheikh Taqiyuddin Ibn Daqiq Al-‘Idd
* Sheikh ‘Ala’uddin Al-Baji
* Al-Imam Al-Walid Taqiyuddin Al-Subki (murid Sheikh Abdul Ghani An-Nablusi)
* Sheikh Shofiyuddin Al-Hindi
* Sheikh Shadruddin bin Al-Marhal
* Sheikh Zainuddin
* Sheikh Shodruddin Sulaiman Abdul Hakam Al-Maliki
* Sheikh Syamsuddin Al-Hariri Al-Khatib
* Sheikh Jamaluddin Az-Zamlakani
* Sheikh Jamaluddin bin Jumlah
* Sheikh Jamaluddin bin Jamil
* Qodhi Al-Quddho Syamsuddin As-Saruji Al-Hanafi
* Al-Qadhi Syamsuffin bin Al-Hariri
* Al-Qodhi ‘Addhuddin Al-Iji As-Syirazi (pemilik kitab Al-Mawaqif fi Ilm Al-Kalam)


::: Dan sebagainya… Nafa’anaLlahu bi ulumihim wa barakatihim.. amin…..... [Selesai nukilan].


Lihatlah, sesungguhnya Al-Asyairah diikuti oleh jumlah yang sangat besar dari para 'ULAMA'. Apakah mereka semua ini sesat jika ada pihak mengatakan golongan Al-Asyairah sesat ? Pikirkanlah...dan bagaimana pula dengan golongan-golongan yang lainnya, apakah ada aliran mereka yang mampu melahirkan para ULAMA' seperti Al-Asyairah? Wallahu 'alam..

Media Islam

Thariqat Sarkubiyah

NU Online