Latest Updates

Download Tarjemah Kitab Klasik Daf'u Syubah al-Tasybih bi-Akaffi al-Tanzih (دفع شبه التشبيه بأكف التنزيه) karya Imam al-Hafidz Abul Faraj Abdurrahman bin al-Jauzi al-Hanbali (Imam Ibnul Jauzi)


Al-Imâm al-Hâfizh al-‘Allâmah Abul Faraj Abdurrahman bin Ali bin al-Jawzi as-Shiddiqi al-Bakri berkata:

“Ketahuilah --semoga petunjuk Allah selalu tercurah bagi anda--, bahwa aku telah meneliti madzhab Hanbali yang telah dirintis oleh Imam Ahmad bin Hanbal, aku mendapati bahwa beliau adalah sosok yang sangat kompeten dalam berbagai disiplin ilmu agama, beliau telah mencapai puncak keilmuan dalam bidang fiqih dan dalam pendapat madzhab-madzhab terdahulu, hingga tidak ada suatu permasalahan sekecil apapun kecuali beliau telah menuliskan penjelasan atau catatan untuk itu, hanya saja metodologi yang dipakainya murni seperti para ulama Salaf sebelumnya; yang karenanya beliau tidak menulis kecuali hanya teks-teks yang benar-benar telah turun-temurun hingga ke generasinya (al Manqûlât).
Karena itu aku melihat madzhab Hanbali ini tidak memiliki karya-karya yang padahal jenis karya-karya semacam itu sangat banyak ditulis oleh musuh-musuh mereka. Lalu untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka aku menulis beberapa kitab tafsir yang cukup besar, di antaranya; al-Mughnî dalam beberapa jilid, Zâd al-Masîr, Tadzkirah al-Arîb, dan lainnya. Dalam bidang hadits aku menuliskan beberapa kitab, di antaranya; Jâmi al-Masânîd, al-Hadâ-iq, Naqiy an-Naql, dan kitab yang cukup banyak dalam al-Jarh Wa at-Ta’dîl.

Aku juga mendapati madzhab Hanbali ini tidak memiliki catatan-catatan tambahan (ta’lîqât) terhadap karya-karya terdahulu dalam masalah-masalah khilâfiyyah, kecuali ada satu orang saja, yaitu al-Qâdlî Abu Ya’la yang dalam hal ini ia berkata: “Aku selalu mengutip berbagai pendapat dari orang-orang luar madzhab Hanbali yang biasa menyebutkan berbagai pendapat dalam madzhab mereka masing-masing ketika mereka berdebat dengan lawan-lawan mereka, namun sedikitpun mereka tidak pernah menyinggung pendapat dalam madzhab Hanbali. Aku akui di hadapan mereka, memang benar kami dalam madzhab Hanbali tidak memiliki ta’lîq dalam masalah-masalah Fiqih. Oleh karena itu maka aku menuliskan beberapa ta’lîq”.
 
Begitulah ungkapan keprihatinan Imam Ibnul Jauzi terhadap perjalanan Madzhab Hanbali yang beliau tuliskan didalam muqaddimah kitab Da'fu Syubah al-Tasybih bi-Akaffi al-Tanzih (دفع شبه التشبيه بأكف التنزيه) yakni salah satu karya monumental beliau dalam bidang aqidah. Kitab ini memaparkan kesesatan-kesesatan aqidah tasybih ( menyerupakan Allah Subhanahu wa Ta'alaa dengan makhluk) yang sangat penting untuk dibaca dan disebarkan guna menghalau kelompok-kelompok yang mempropagandakan aqidah tasybih seperti sekte Wahhabiyah dan semisalnya mereka.

Didalam kitab ini ebook ini juga terdapat beberapa muqaddimah dari penterjemah yakni H. Kholil Abou Fateh Lc. Biodata beliau juga ada didalam ebook ini. Semoga bermanfaat.

DOWNLOAD KITAB DAF'U SYUBAH AT-TASYBIH


TARJEMAH FORMAT CHM :  
KITAB BAHASA ARAB (PDF) : 
Kitab-kitab lainnya maupun ebook-ebook Islami lainnya bisa didownload di link berikut ini http://ashhabur-royi.blogspot.com/2011/04/download-ebook-gratis-kumpulan-bahtsul.html . Semoga bermanfaat. Amin.

    Lagi-Lagi Afrokhi Abdul Ghoni (Penulis Buku Putih Kiyai NU) Ngumpet !!


    Sebelumnya, baca juga Kisah Ngumpetnya Afrokhi : Hasil Investigasi Terhadap Penulis "Buku Putih Kiayi NU" http://ashhabur-royi.blogspot.com/2011/03/kisah-ngumpetnya-afrokhi-hasil.html.

    18 Jumadats Tsaniyah 1432 H/ 22 Mei 2011 M di Sekolah Tinggi Agama Islam Hasanuddin (STAIH) Pare Kediri, yakni di Jl. Kelapa 84 Jombangan Tertek Pare Kediri Jawa Timur diadakan sebuah acara bedah Pemikiran Buku Putih Kyai NU karya Afrokhi Abdul Ghoni. Dalam acara ini sekaligus men-launching  buku tandingan sebagai pelurusan terhadap karya Afrokhi tersebut yang berjudul Meluruskan Buku Putih Kyai NU karya FBMPP Pare. Acara ini diselenggarakan pada hari Ahad Kliwon.

    Afrokhi
    Adapun yang menjadi narasumber  adalah Ustadz Muhammad Idrus Ramli yakni LBM NU Jember, al-Ustadz Dafid Fuadi selaku FBMPP/editor “ Meluruskan Kesalahan Buku Putih Kyai NU” dan  Afrokhi Abdul Ghoni yaitu penulis “Buku Putih Kyai NU”. Tidak lupa juga moderator yakni: Utsman Riko.

    Sayang, beribu-ribu sayang, penulis “Buku Putih Kyai NU” yang konon bernyali besar tidak bersedia hadir dalam cara tersebut. Cukup sekian informasi ini dan tidak perlu membahas panjang lebar lagi tentang orang ini, karena dah ketahuan belangnya.

















    Pemurtadan Oleh Wahhabi Dalam Kitab al-Durar al-Saniyyah fi al-Ajwibah al-Najdiyyah Terhadap Imam al-Mufassir al-Ushuli Fakhruddin al-Razi (w 606 H)


    Termaktub didalam kitab Ad-Durar al-Saniyyah fi al-Ajwibah al-Najdiyyah, Cetakan Dar al-Qasim, vol.10, hal.355. 

    Setelah ia menjelaskan ihwal keburukan orang-orang Yahudi, Nasrani dan orang-orang Musyrik akhirnya ia (Abdurrahman bin Hasan; cucu Muhammad bin Abdil-Wahhab -tergolong Alu Syeikh-) masih merasa kurang jika tidak memurtadkan Imam al-Razi. Ia menuliskan risalah bahwa;
    Ada hal yang lebih buruk dari itu semua yaitu dari kalangan mereka (orang-orang kafir) ada yang menuliskan karya -yang termasuk- dalam agama orang-orang musyrik dan murtad dari agama Islam, sebagaimana halnya al-Razi menulis bukunya tentang penyembahan gugusan bintang dan dia (al-Razi) menggunakan dalil-dalil untuk -mendukung- kebaikan dan manfaat dari karyanya sekaligus dia menganjurkan untuk hal itu (mempelajari dan mengambil manfaatnya). Hal ini -seperti apa yang dilakukan al-Razi- berdasarkan kesepakatan umat muslim adalah kemurtadan dari agama Islam, meskipun pada akhirnya dia balik ke agama Islam.

    Poin-poin dari risalah ulama Wahhabiyah diatas adalah sebagai berikut :
    • Kata "Anna Min Hum" (sesungguhnya dari kalangan mereka). Di sini terdapat Huruf Jar yaitu "Min" (dari) yang berfaedah Tab'idh (sebagian). Jadi, Isim Mu'akhkhar dari Inna yaitu "Man" yang terdapat setelah Khabar Inna Muqaddam (dalam hal ini jumlah Jar dan Majrur -Minhum-) adalah bagian dari kata "Hum" (mereka: marja'nya adalah yahudi, nasrani). Jadi orang yang menulis karya semacam ini adalah bagian dari orang-orang kafir seperti Yahudi dan Nasrani. Kata "Kama Shannafa al-Razi" (sebagaimana yang ditulis oleh al-Razi). Di sini terdapat Huruf Jar yaitu "Kaf" (seperti, sebagaimana) yang berfaedah Tasybih karena merupakan Adat Tasybih seperti kata Mitsl. Maka dalam hal ini Imam al-Razi berada pada posisi al-Musyabbah (orang yang diserupakan), sementara kata "Man" (orang) yang merupakan bagian dari Yahudi dan Nasrani adalah al-Musyabbah Bih (orang yang diserupai). Konsekuensi logis dari ucapan ini adalah menyerupakan Imam al-Razi dengan orang-orang yahudi dan nasrani.
    • Kata "Fi 'Ibaadati al-Kawakib". Semenjak kapan Imam al-Razi menulis buku penyembahan gugusan bintang!? Ini jelas sekali tuduhan lantaran kedengkian dan berburuk sangka sebelum memahami apa yang ditulis oleh Imam al-Razi. Jika sekarang ahli astronomi Islam menuliskan buku-buku pegangan untuk pelajar guna menjelaskan tentang gugusan bintang, apakah penulis ini dikatakan menganjurkan untuk menyembah gugusan bintang sehingga ia dikafirkan?? Barangkali penulis ini akan dikafirkan jika berhasil membuktikan bahwa bumi adalah bulat, bukan datar bagai papan tulis yang punya tepi.
    • Kata "Hadzihi Riddatun 'an al-Islam" (murtad dari agama Islam). Inilah ujung dari premis-premis yang digunakannya untuk memfitnah Imam al-Razi sebagai pelopor kemurtadan di abad 6 s/d 7 Hijriyah. Bahkan sebelum ditutup dengan kata "Intaha" alias Selesai, statemen ini diakhiri dengan "Wa In Kaana Qad Yakuunu 'Aada Ilaa al-Islam" (meskipun dia pernah kembali ke agama Islam), dia tetap murtad!!!

     http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150196890917888

    Foto Ketua Mufti Wahhabiyah di Komisi Fatwa Kerajaan Bani Saud (al-Lajnah ad-Daimah lil-Buhuts al-'Ilmiyah wa al-Ifta') ; Isbal

    Ini adalah foto ketua mufti Wahhabiyah pengganti dari mufsi sebelumnya (Abdul 'Aziz bin Abdul bin Baz) di komisi fatwa kerajaan bani Saud. Beliau bernama Syaikh 'Abdul 'Aziz bin Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh. Jabatan beliau adalah mufti su'udiyyah. [klik disini]

    Al-Kaukab al-Azhar Syarh al-Fiqh al-Akbar (الكوكب الأزهار شرح الفقه الأكبر) Karya Imam al-Syafi'i ; Allah Ada Tanpa Tempat

    Al-Kaukab al-Azhar Syarh al-Fiqh al-Akbar (الكوكب الأزهار شرح الفقه الأكبر) Karya Imam al-Syafi'i ; Allah Ada Tanpa Tempat
    Al-Imam al-Mujtahid Muhammad ibn Idris as-Syafi’i (w 204 H), perintis madzhab Syafi’i, dalam salah satu kitab karyanya, al-Kaukab al-Azhar Syarh al-Fiqh al-Akbar, menuliskan:
    (فصل) وَاعْلَمُوْا أنّ اللهَ تَعَالَى لاَ مَكَانَ لَهُ، وَالدّلِيْلُ عَلَيْهِ هُوَ أنّ اللهَ تَعَالَى كَانَ وَلاَ مَكَانَ فَخَلَقَ الْمَكَانَ وَهُوَ عَلَى صِفَةِ الأزَلِيّةِ كَمَا كَانَ قَبْلَ خَلْقِهِ الْمَكَانَ لاَ يَجُوْزُ عَلَيْهِ التَّغَيُّرُ فِي ذَاتِهِِ وَلاَ التَّبَدُّلُ فِي صِفَاتِهِ، وَلأنّ مَنْ لَهُ مَكَانٌ فَلَهُ تَحْتٌ، وَمَنْ لَهُ تَحْتٌ يَكُوْنُ مُتَنَاهِي الذّاتِ مَحْدُوْدًا، وَالْمَحْدُوْدُ مَخْلُوْقٌ، تَعَالَى اللهُ عَنْ ذلِكَ عُلُوّا كَبِيْرًا، ولِهذَا الْمَعْنَى اسْتَحَالَ عَليْه الزّوْجَةُ وَالوَلدُ، لأنّ ذلِك لاَ يَتِمّ إلاّ بالْمُبَاشَرَةِ والاتّصَالِ والانْفِصَال.
    “Ketahuilah bahwa Allah tidak bertempat. Argumentasi atas ini ialah bahwa Dia ada tanpa permulaan dan tanpa tempat. Maka setelah menciptakan tempat Dia tetap pada sifat-Nya yang azali sebelum Dia menciptakan tempat; yaitu ada tanpa temapt. Tidak boleh pada hak Allah adanya perubahan, baik perubahan pada Dzat-Nya maupun pad asifat-sifat-Nya. Karena sesuatu yang memiliki tempat maka ia pasti memiliki arah bawah. Dan bila demikian maka ia pasti memiliki bentuk tubuh dan batasan. Dan sesuatu yang memiliki batasan pasti sebagai makhluk, dan Allah maha suci dari pada itu semua. Karena itu mustahil pada haknya terdapat istri dan anak. Sebab hal semacam itu tidak akan terjadi kecuali dengan adanya sentuhan, menempel dan terpisah. Allah mustahil pada-Nya sifat terbagi-bagi dan terpisah-pisah. Tidak boleh dibayangkan dari Allah adanya sifat menempel dan berpisah. Oleh sebab itu adanya istilah suami, astri dan anak pada hak Allah adalah sesuatu yang mustahil” (Lihat al-Kaukab al-Azhar Syarh al-Fiqh al-Akbar, h. 13)

    Pada bagian lain dalam kitab yang sama dalam pembahasan firman Allah QS. Thaha: 5, al-Imam as-Syafi’i menuliskan sebagai berikut:
    فَإنْ قِيْل: أليْسَ قَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى (الرّحْمنُ عَلَى العَرْشِ اسْتَوَى)، يُقَال: إنّ هذِهِ الآيَة مِنَ الْمُتَشَابِهَاتِ، وَالّذِيْ نَخْتَارُ مِنَ الْجَوَابِ عَنْهَا وَعَنْ أمْثَالِهَا لِمَنْ لاَ يُرِيْدُ التّبَحُّر فِي العِلْمِ أنْ يُمِرَّ بِهَا كَمَا جَاءَتْ وَلاَ يَبْحَثُ عَنْهَا وَلاَ يَتَكَلّمُ فيْهَا لأنّهُ لاَ يَأمَنُ مِنَ الوُقُوْعِ فِي وَرَطَةِ التّشْبِيْهِ إذَا لَمْ يَكُنْ رَاسِخًا فِي العِلْمِ، وَيَجِبُ أنْ يَعْتَقِدَ فِي صِفَاتِ البَارِي تَعَالَى مَاذَكَرْنَاهُ، وَأنّهُ لاَ يَحْويْهِ مَكَانٌ وَلاَ يَجْرِي عَليْهِ زَمَانٌ، مُنَزَّهٌ عَنِ الحُدُوْدِ وَالنّهَايَاتِ، مُسْتَغْنٍ عَنِ الْمَكَانِ وَالْجِهَاتِ، وَيَتَخَلَّصُ مِن َالمَهَالِكِ وَالشُّبُهَاتِ.
    “Jika dikatakan bukankah Allah telah berfirman: “ar-Rahman ‘Ala al-‘Arsy Istawa”? Jawab: Ayat ini termasuk ayat mutasyabihat. Sikap yang kita pilih tentang hal ini dan ayat-ayat yang semacam dengannya ialah bahwa bagi seorang yang tidak memiliki kompetensi dalam bidang ini agar supaya mngimaninya dan tidak secara mendetail membahasnya atau membicarakannya. Sebab seorang yang tidak memiliki kompetensi dalam hal ini ia tidak akan aman, ia akan jatuh dalam kesesatan tasybih. Kewajiban atas orang semacam ini, juga seluruh orang Islam, adalah meyakini bahwa Allah -seperti yang telah kita sebutkan di atas-, Dia tidak diliputi oleh tempat, tidak berlaku atas-Nya waktu dan zaman. Dia maha suci dari segala batasan atau bentuk dan segala penghabisan. Dia tidak membutuhkan kepada segala tempat dan arah. Dengan demikian orang ini menjadi selamat danri kehancuran dan kesesatan” (al-Kaukab al-Azhar Syarh al-Fiqh al-Akbar, h. 13)
     Oleh ; Utsadz Syahri Ramadhan  -Hafidzahullah-
     

    Fatwa Majelis Ulama Malaysia Tentang Tahlilan (Kenduri Arwah) dan Haramnya Tulisan Yang Mengharamkan Tahlilan



    Berikut ini adalah fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Malaysia sebagaimana tercantum dalam situs resminya http://www.e-fatwa.gov.my. Isu tentang kenduri arwah (tahlilan) tidak hanya terjadi di Indonesia namun juga negeri-negeri lainnya demikian juga dengan Malaysia. Munculnya buku yang berjudul "Imam Syafie (Rahimahullah) Mengharamkan Kenduri Arwah Tahlilan, Yasinan dan Selamatan" yang di tulis  oleh seorang Wahhabiyah bernama Rasul Dahri, dimana isinya penuh kedustaan mengatas namakan Imam al-Syafi'i semakin memperkeruh hubungan antara kaum Muslimin. Buku tersebut, juga disebarkan di Indonesia serta bisa di dapat di beberapa situs yang setuju dengan kedustaan tersebut. 

    Melihat kondisi tersebut, dalam  Fatwa Negeri Perak pun memuat pelarangan peredaran buku tersebut dan berikut adalag fatwa yang telah di keluarkan : [1]

    Tarikh Keputusan:  5 Nov, 2009
    Keputusan :  Mesyuarat Jawatankuasa Fatwa Negeri Perak yang bersidang pada 4-5 November 2009M bersamaan 16-17 Zulkaedah 1430H kali 181 memutuskan keputusan bahawa :

    ”Sebarang penyebaran, cetakan dan penjualan Buku-Buku Siri Syafie (Rahimullah), Mengharamkan Kenduri Arwah, Tahlilan, Yasinan Dan Selamatan adalah DILARANG dan boleh (bisa, bhs. Indonesia) didakwa di bawah Enakmen Jenayah Syariah Negeri Perak atas alasan boleh (bisa, bhs. Indonesia) mengelirukan masyarakat kecuali untuk urusan kajian ilmiah dan bukan untuk bacaan umum”. 
    Status Penwartaan : Tidak Diwartakan
    Nombor Rujukan :  181 
    Didalam putusan yang lainnya juga disebutkan tentang haramnya karya penulis Wahhabiyah tersebut (Rasul Dahri). Diantaranya adalah buku yang berjudul  Bahaya Taqlid Buta Dan Ta'sub Mazhab, Imam Syafie (Rahimahullah) Mengharamkan Kenduri Arwah Tahlilan, Yasinan dan Selamatan, Amalan-amalan Bid'ah  Pada Bulan Sya'ban, Bahaya Tariqat Sufi / Tasawuf Terhadap Masyarakat, Hukum Mengenai Rokok Dan Mencukur Janggut, Setiap Bid'ah Menyesatkan dan Persoalan Bid'ah Menyesatkan.

    Alasan dari pengharaman tersebut adalah  karena telah mempropagandakan akidah, hukum dan ajaran yang bertentangan dengan Mazhab Ahlus Sunnah wal Jama'ah dan meresahkan kaum Muslimin. [2]

    Adapun tentang hukum majelis tahlil (tahlilan) sendiri dan yasinan, Fatwa Negeri Perlis di Malaysia menutuskan sebagai berikut :

    FATWA KEBOLEHAN TAHLILAN [3]

    Tarikh Keputusan : 9 Sep, 2002
    Huraian Tajuk/Isu:

    Hukum Bacaan Surah Yasin dan Bertahlil dan sampai atau tidak pahala amalan tersebut kepada simati
    Keputusan:

    Alhamdulillah Fatwanya,

    Segala bentuk sedekah seperti kenduri, membaca ayat-ayat Al-Qur"an dan segala bentuk zikir, tahlil adalah harus (boleh, bhs. Indonesia) dan pahalanya إن شاء الله sampai kepada si mati yang ditujukan dengan syarat diniatkan semua pahala amalan-amalan kebajikan tersebut untuk simati dengan penuh keikhlasan.

    Status Penwartaan:  Tidak Diwartakan
    Nombor Rujukan:  JMJ/06/LAIN-LAIN(LL)-6/2002
    Namun, dalam fatwa negeri lainnya di Malaysia yakni fatwa Negeri Perlis hanya menyetujui sebagian dari tahlilan dan perlu di galakkan, sedangkan tentang membaca al-Qur'an untuk orang mati, dikatakan  tidak tsabit. [4]. Adapun menurut Ibnu Taimiyyah dan Syaikh al-Utsaimin orang mati bisa mendapatkan manfaat dari bacaan al-Qur'an dan amal-amal lainnya. [5]
     
    Rujukannya :

    [1].http://www.e-fatwa.gov.my/fatwa-negeri/penyebaran-buku-buku-siri-syafie-rahimullah-mengharamkan-kenduri-arwahtahlilanyasinanda
    [2]. http://www.e-fatwa.gov.my/fatwa-negeri/pengharaman-buku-buku-tulisan-saudara-rasul-dahri-yang-telah-diperakui-haram-0
    [3]. http://www.e-fatwa.gov.my/fatwa-negeri/hukum-membaca-surah-yasin-dan-tahlil-berjemaah-0
    [4]. http://www.e-fatwa.gov.my/fatwa-negeri/kedudukan-amalan-bertahlil
    [5]. Lihat ; Majmu' Fatwa Ibnu Taimiyah dan Majmu' Fatawa wa Rasaail al-Utsaimin


    Hadits Itu Menyesatkan ...

    Hadits Itu Menyesatkan ...
     مطلب في فضل الفقه على غيره
    وسئل نفع الله به بما لفظه : الحديث مضلة إلا الفقهاء ، وهل هو حديث وما معناه مع ان معرفة الحديث شرط في مسمى الفقيه ؟ وأيما أعظم قدرا وأجل ذكر الفقهاء أو المحدثون؟

    Syaikhul Islam Ibnu Hajar Al Haitami[1] pernah ditanya tentang ungkapan yang berbunyi, “Hadis menyesatkan kecuali untuk para ahli fikih,” apakah itu hadis atau bukan, dan apa maknanya, padahal mengetahui hadis termasuk salah satu syarat seseorang disebut sebagai ahli fikih? Mana yang lebih mulia dan utama, ahli fikih atau ahli hadis?

    فأجاب بقوله : ليس بحديث وإنما هو من كلام ابن عيينه أو غيره ، ومعناه أن الحديث كالقرآن في أنه قد يكون عام اللفظ خاص المعنى وعكسه ، ومنه ناسخ ومنسوخ ومنه ما لم يصحبه عمل ، ومنه مشكل يقتضي ظاهره التشبيه كحديث ” ينزل ربنا ” الخ ، ولا يعرف معنى هذه إلا الفقهاء بخلاف من لايعرف إلا مجرد الحديث ، فإنه يضل فيه كما وقع لبعض متقدمي الحديث . بل ومتأخريهم ، كابن تيمية وأتباعه ، وبهذا يعلم فضل الفقهاء المستبطين على المحدثين غير المستنبطين . ومن ثم قال صلى الله عليه وسلم : ” رب مبلغ أوعى من سامع ، ورب حامل فقه ليس بقيه ، ورب حامل فقه إلى من هو أفقه منه ” وقوله ” بلغوا عني ولو آية وحدثوا عن بني إسرائيل ولا حرج ” فمستنبطوا الفروع هم خيار سلف الأمة وعلماؤهم وعدولهم وأهل الفقه والمعرفة فيهم ، فهم قوم غذوا بالتقوى وربوا بالهدى أفنوا أعمارهم في استباطها وتحقيقها بعد أن ميزوا صحيح الأحاديث من سقيمها وناسخها من منسوخها ، فأوصلوا أصولها ومهدوا فروعها فجزاهم الله عن المسلمين خيرا وأحسن جزاءهم كما جعلهم ورثة أنبيائه وحفاظ شرعه وشهود آلائه ، وألحفنا بهم وجعلنا من تابعيهم بإحسان إنه الكريم الجواد الرحمن . 

    Beliau menjawab:

    Itu bukan hadis, melainkan ucapan Ibnu ‘Uyainah[2] atau selainnya. Makna ungkapan itu adalah bahwa hadis seperti Al Quran, ada yang lafalnya umum tapi maknanya khusus dan sebaliknya, ada yang nasikh dan ada yang mansukh, ada juga yang tidak diamalkan, ada yang lafalnya musykil (bermasalah), jika dipahami secara zhahir (literal) dapat menimbulkan pemahaman tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk) seperti hadis yang berbunyi, “Allah turun, dst.” Tidak ada yang memahami makna hadis itu kecuali para ahli fikih. Berbeda dengan mereka yang hanya mengerti hadis saja, mereka tersesat dalam memahaminya, sebagaimana sebagian ahli hadis zaman dahulu, bahkan di zaman belakangan seperti Ibnu Taimiyah[3] dan para pengikutnya. Dari sini, dapat diketahui keutamaan para ahli fikih yang memiliki pemahaman dibandingkan dengan para ahli hadis yang tidak memiliki pemahaman.

    Oleh karena itu, Rasulullah SAW bersabda, “Berapa banyak orang yang diberitahu lebih paham daripada yang memberitahu, berapa banyak orang yang membawa fikih tapi tidak mengerti fikih, dan berapa banyak orang yang membawa fikih membawanya kepada orang yang lebih mengerti fikih daripada dirinya.”[4] Beliau juga bersabda, “Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat. Ceritakanlah dari Bani Israil, tak mengapa.”[5] Jadi, para ahli istimbath furu’ (ahli fikih) mereka adalah orang-orang pilihan pendahulu umat ini. Mereka adalah para ulama, pribadi-pribadi terpercaya, yang memiliki pemahaman dan pengetahuan. Mereka adalah golongan yang dibesarkan dengan ketakwaan dan terdidik dengan petunjuk. Mereka telah menghabiskan usia mereka untuk menyimpulkan hukum-hukum dan menelitinya setelah menyaring hadis-hadis shahih dari yang dhaif, nasikh dari yang mansukh, sehingga mereka sampai kepada akar-akarnya (ushul) sambil menyediakan cabang-cabangnya (furu’). Semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan dari kaum muslimin dan menyiapkan balasan terbaik sebagaimana Allah telah menjadikan mereka sebagai pewaris para nabi-Nya, penjaga syariat-Nya dan saksi atas kenikmatan-kenikmatan-Nya. Semoga Allah juga menggabungkan kita bersama mereka dan menjadikan kita para pengikut mereka yang baik. Sungguh Allah Maha Pemurah, Dermawan dan Penyayang.

    Nama kitab : Al-Fatawa al-Haditsiyyah
    Pengarang : Syaikhul Islam Imam Ahmad bin Hajar al-Haitami al-Makki al-Syafi'i

    Catatan Kaki :
    [1] Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Hajar Al Haitami As Sa’di Al Anshari, bergelar Syihabuddin Syaikhul Islam, kuniahnya Abul Abbas, seorang ahli fikih asal Mesir. Dilahirkan di Mahallah Abil Haitam (wilayah Mesir bagian barat) pada tahun 909 H, di tempat itulah ia dinisbatkan, adapun nisbat As Sa’di diambil dari kata Bani Sa’d, sebuah kabilah Arab di daerah timur Mesir. Beliau menuntut ilmu di Al Azhar dan wafat di Makkah pada tahun 974 H. (Al A’laam 1/234)
    [2] Nama lengkapnya adalah Sufyan bin Uyainah bin Abi Imran, salah seorang tabii tsiqoh, dilahirkan pada tahun 107 H dan wafat di Makkah pada tahun 198 H. (Ruwatu At Tahdzibain no. 2451)
    [3] Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Abdul Halim bin Abdissalam Al Harrani Ad Dimasyqi Al Hambali, Abul Abbas, Taqiyyuddin. Dilahirkan pada tahun 661 H di sebuah daerah bernama Harran dan wafat pada tahun 728 H di Damaskus. (Al A’laam 1/144)
    [4] Shahih Al Bukhari no. 6667
    [5] Shahih Al Bukhari no. 3274

    Daulah Khilafah Utsmaniyah, Pasukan Elit Penganut Tashawuf dan Jasa-Jasanya

    Daulah Khilafah Utsmaniyah, Pasukan Elit Penganut Tashawuf dan Jasa-Jasanya
    Daulah Utsmaniyyah yang pernah berpusat di Istanbul (Turki) merupakan pemerintahan Islam estafet dari pemerintahan sebelumnya yakni daulah Abbasiyah. Daulah ini pada masanya merupakan negara adidaya didunia dengan pasukan-pasukan elit yang siap bertempur melawan musuh-musuh Islam.

    Sesungguhnya Daulah Utsmaniyah juga merupakan salah satu era gemilang Islam. Daulah ini telah banyak berjasa secara nyata terhadap Islam dan kaum Muslimin. Sebagian kecil diantaranya jasa-jasa daulah ini adalah :
    • Mengislamkan jutaan kaum Kristen Eropa Timur seperti di Bosnia, Herzegovina, Albania, Kosovo, Macedonia dan lain sebagainya.
    • Mengamankan jutaan mil persegi wilayah Isla hingga ke Indonesia.
    • Daulah Utsmaniyah ini sepanjang masa berdirinya hingga keruntuhannya mengisi hidupnya dengan jihad melawan kaum kafir. 
    • Berkat dukungan Khilafah Utsmaniyah ini, maka Aceh tertunda penjajahannya hingga 350 tahun. 
    • Dan tidak ada satu masa Khalifah pun dari Daulah ini yang tidak mengisi pemerintahannya dengan jihad, baik jihad tersebut bersifat pertahanan (defensif) maupun penyerangan (afensif).
    • Memperluas wilayah Islam hingga ke jantung Eropa. 
    • Berkat dakwah dan jihad Daulah Utsmaniyah ini, saat ini Turki, Albania, Kosovo, Macedonia, Bosnia, dan Herzegovina menjadi negeri Muslim meskipun saat ini belum menjadi negara Islam.
    • Bahkan pada masa kegemilangannya, mujahid Daulah Utsmaniyah melangkahkan kakinya hingga nyaris meerbut Wina Austria.
    Rasulullah shallallahu alayhi wa aalihi wa sallam sendiri bangga dengan Daulah Utsmaniyah ini. Beliau shallallah alayhi wa aalihi wa sallam pernah bersabda,
    “Sungguh (pasti) Qasthanthiniyah (Konstantinopel) akan di taklukkan, maka sungguh sebaik-baiknya pemimpin adalah pemimpinnya, dan sebaik-baiknya pasukan adalah pasukan itu
    FAIDAH HADITS

    Hadist ini juga mengandung makna (faidah) sebagai berikut,
    • Keridlaan Rasulullah shallallah alayhi wa aalihi wa sallam kepada Amir/Panglima penaklukan Konstantinopel, yang tidak lain adalah Sultan Muhammad Al Fatih rahimahullah.
    • Keridlaan Rasulullah shallallah alayhi wa aalihi wa sallam kepada seluruh anggota pasukan penaklukan Konstantinopel.
    • Keridhaan Rasulullah shallallah alayhi wa aalihi wa sallam terhadap aqidah seluruh anggota pasukan penaklukan Konstantinopel. Sebab jika mereka memiliki aqidah yang menyimpang, sudah tentu mereka tidak akan disebut sebagai pasukan terbaik.
    • Keridlaan Rasulullah shallallah alayhi wa aalihi wa sallam terhadap amaliyah tashawuf . Sebab seluruh anggota pasukan adalah pengamal tashawuf. Sultan Muhammad Al Fatih adalah sufi Tarekat Naqshabandiyah. Sedangkan anngota pasukan, khususnya pasukan elit Janissary sebagai pasukan inti adalah sufi Tarekat Bektasiyah. Sedangkan unit-unit pasukan lain, seperti Resimen Anatolia dan tentara irreguler hampir semuanya juga sufi dari berbagai macam Tarekat. Diantaranya adalah tarekat Maulawiyah, Qodiriyah, Naqshabandiyah dan lain sebagainya
    Andaikan amaliyah tashawuf merupakan sebuah kesesatan, maka sudah tentu Rasulullah shallallah alayhi wa aalihi wa sallam tidak akan menyebut mereka sebagai pasukan terbaik. Tapi pasukan ahli bid’ah.
    • Keridhoan Rasulullah shallallah alayhi wa aalihi wa sallam terhadap aqidah Ahlussunnah wal jama’ah yang diajarkan oleh Imam Abul Hasan al-Asy’ari dan Abu Mansur al-Maturidy. Sebab seluruh pasukan Utsmani pada saat itu mengikuti ajaran kedua Imam Agung ini yakni mereka adalah al-Asyara'irah dan al-Maturidiyah.
    Inilah salah satu sosok Sultan Khilafah Turki Utsmani yakni Sultan Muhammad Al-Fatih yang dibanggakan oleh Rasulullah shallallah alayhi wa aalihi wa sallam. Sebelum beliau lahir, Rasulullah shallallah alayhi wa aalihi wa sallam telah memberikan kabar gebira tentang beliau.

    Abu Qubail menuturkan dari Abdullah bin Amr bin Ash, 
    “Suatu ketika kami sedang menulis di sisi Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam, tiba-tiba beliau ditanya, “Mana yang terkalahkan lebih dahulu, Konstantinopel atau Romawi?” Beliau menjawab, “Kota Heraqlius-lah yang akan terkalahkan lebih dulu.” Maksudnya adalah Konstantinopel.” [H.R. Ahmad, Ad-Darimi, Al-Hakim]
    “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335]
    Jika anda terkagum-kagum dengan penggambaran perang yang ketat antara Balian of Ibelin melawan Shalahudin Al-Ayyubi di film Kingdom of Heaven, maka perang antara Constantine XI Paleologus dengan Muhammad Al-Fatih jauh lebih ketat, tidak hanya dalam hitungan hari tapi berminggu-minggu. Sultan Muhammad Al Fateh atau yang disebut juga Mehmed II The Conqueror dilahirkan pada tanggal 29 March 1432. 

    Saat kelahirannya pun sudah terdapat isyarat bahwa dia nantinya akan menjadi orang besar yang membuat sejarah besar. Ketika berita kelahirannya disampaikan, ayahnya, Sultan Murad II sedang membaca Al Quran tepat pada Surat Al Fath ayat 1:

    “Sesungguhnya Kami telah memberikan padamu kemenangan yang nyata.”
    TANDA KELAHIRAN
    Menjelang kelahirannya, Sultan Murad sebenarnya sedang mempersiapkan penyerbuan ke Konstantinopel (Constantinople), ibu kota Kekaisaran Romawi Timur atau Byzantium. Setelah anaknya Muhammad lahir, datanglah seorang ulama besar Islam ke istana Sultan dan beliau mengatakan bahwa bayi itulah yang nantinya akan menaklukkan Konstantinopel seperti sabda Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam:

    Sungguh (pasti) Qasthanthiniyah (Konstantinopel) akan di taklukkan, maka sungguh sebaik-baiknya pemimpin adalah pemimpinnya, dan sebaik-baiknya pasukan adalah pasukan itu
    Ulama itu bernama Syeikh Aq Syamsuddin Al-Wali dari Khurasan (sekarang Uzbekistan). Beliau adalah seorang syeikh tarekat Naqsyabandiyah. Sultan Murad sangat yakin dengan ilham Syeikh Syamsuddin Al Wali sehingga baginda menyerahkan putera mahkota yang masih kecil kepada Syeikh Syamsuddin untuk dididik.

    DIDIKAN THARIQAT SUFIYAH DAN ILMU PERANG 

    Syeikh Syamsuddin mendidik muridnya ini dengan disiplin tarikat yang cukup keras. Penuh dengan latihan mengekang hawa nafsu dan hidup susah sehingga hasilnya Pangeran Muhammad menjadi seseorang yang berjiwa kuat dan sangat tahan dalam menghadapi ujian. Beliau dididik memiliki cita-cita besar yaitu menepati janji Allah melalui Rasulullah Shalallalahu 'alayhi wa sallam yakni menaklukkan Konstantinopel. Untuk ilmu perang, ayahnya mendatangkan panglima-panglima yang paling berpengalaman untuk mendidik beliau. Beliau sendiri adalah seorang cendekiawan yang gemar mengumpulkan ilmuwan-ilmuwan di istana untuk berdiskusi.

    Pada usia 19 tahun beliau naik tahta menggantikan ayahnya. Mulailah persiapan penaklukan dilakukannya. Beliau mendidik tentara dan rakyatnya agar menjadi orang-orang yang bertaqwa. Seluruh tentera dan rakyatnya dididik agar sanggup bangun malam dan merintih munajat pada Tuhan. Sebaliknya di siang hari mereka adalah singa-singa yang berjuang di jalan Allah. Beliau juga mengadakan operasi intelijen untuk membebaskan seorang ahli pembuat meriam dari penjara Romawi. Bersama para insinyurnya beliau membangun benteng, kapal-kapal perang dan meriam-meriam yang canggih untuk ukuran zaman itu. Bahkan dalam membangun benteng Rumeli Hasari di Selat Bosphorus beliau turun tangan ikut mengangkat batu dan pasirnya.

    TAKLUKNYA KONSTANTINOPEL

    Setelah persiapan matang, dimulailah penyerbuan ke Konstatinopel. Perang yang hebat berkecamuk lebih satu bulan, belum juga tampak tanda-tanda kemenangan. Bahkan pasukan Islam mengalami kesukaran mendekati benteng Romawi di tepi Selat Bosphorus tersebut karena di taut pasukan Romawi memasang rantairantai berukuran besar yang sangat panjang hingga menghalangi kapal yang akan mendekat. Dalam ketidakpastian itu Sultan Muhammad Al Fateh bertanya pada syeikhnya yang mulia, “Wahai Guruku, kapankah saat yang dijanjikan itu tiba?” Syeikh Syamsuddin Al Wali menjawab, “Pada hari ke 53, hari Selasa pukul 11 pagi.” Ini adalah ilham berbentuk berita ghaib yang diterima oleh Syeikh Syamsuddin Al-Wali. Sultan Muhammad sangat yakin pada ilham gurunya. Beliau makin bersungguh-sungguh meningkatkan ketaqwaan pada Allah dan mengajak tentaranya melaksanakan hal yang serupa sebab hanya orang bertaqwa yang mendapat bantuan Tuhan.

    Pada suatu malam di bulan Mei 1453 terjadilah peristiwa yang luar biasa. Para insinyur Sultan telah menemukan inovasi teknologi luar biasa yang bisa disebut terobosan besar di zaman itu. Mereka berusaha membuat agar kapal-kapal perang Islam dapat berjalan di darat. Dengan memutari selat, pada tengah malam tibalah kapat-kapal pasukan Sultan Muhammad Al-Fateh ke bagian belakang benteng Konstantinopel. Kota Konstantinopel sebenarnya adalah kota yang sangat strategis karena ditindungi oleh benteng alami, yaitu perbukitan. Kapal-kapal tentara Islam yang berjumlah 70 kapal mendarat di Semenanjung Pera di pinggir perbukitan itu dan berusaha mendakinya. Terjadilah keajaiban yang merupakan karamah bantuan Tuhan di malam itu. Secara lahiriyah, meskipun kapal-kapal tersebut dapat ‘dipaksa’ berjalan di darat dengan menggunakan balok-balok kayu raksasa tapi tetap saja untuk mendaki bukit untuk membawa 70 kapal layar berukuran besar dalam tempoh beberapa jam adalah hal yang mustahil. Apa yang sebenarnya terjadi ?  Kapal-kapal itu bukanlah berjalan di darat tetapi seakan melayang mendaki dan menyusuri perbukitan sejauh 16 km sampai di Golden Horn sehingga operasi pendaratan 5.000 pasukan itu selesai dalam waktu singkat. Dari sanalah mereka menyerbu Konstantinopet. Paginya, pada hari Selasa 29 Mei 1453 Konstantinopel takhluk ke tangan tentara Islam di bawah pimpinan Sultan Muhammad Al Fateh.

    Telah diceritakan bahwa ketika Sultan Muhammad At Fateh memasuki Konstantinopel, para perajuritnya menemukan makam sahabat Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam yaitu Abu Ayyub Al Anshari radliyallahu 'anh. Di makam tersebut mereka melihat sebagian kaki Abu Ayyub tersembul keluar dari tanah. Kaki tersebut putih bersih, sama sekali tidak terlihat rusak walaupun beliau telah wafat selama 600 tahun. Inilah karamah para sahabat Nabi. Sultan panglimanya bergiliran mencium kaki tersebut. Giliran Sultan yang terakhir. Ketika Sultan Muhammad Al Fateh akan mencium kaki Sahabat Rasulullah itu, tiba-tiba kaki tersebut masuk ke dalam tanah. Telah diceritakan pula bahwa pada petang hari setelah penaklukan bersejarah itu Syeikh Syamsuddin Al Wali bermimpi bertemu dengan Abu Ayyub Al Anshari. Beliau (Abu Ayyub) menyampaikan ucapan selamat pada Sultan Muhammad Al Fateh karena berhasil menaklukkan Konstantinopel dan menyatakan bahwa beliaulah yang sepatutnya mencium kaki Sultan Muhammad Al Fateh sebagai orang yang dijanjikan oleh Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam.

    Pada hari Jum’at pertama di Konstantinopel, ketika diadakan shalat Jum’at untuk pertama kalinya, terjadi kebingungan dalam menentukan siapa yang menjadi imam. Sultan pun dengan lantang meminta seluruh tentaranya berdiri dan mengajukan pertanyaan: “Siapa di antara kalian yang sejak baligh hingga saat ini pernah meninggalkan shalat fardhu silakan duduk!” Tidak ada seorang pun yang duduk. Ini berarti seluruh tentara Sultan sejak usia baligh tidak pernah meninggalkan shalat fardhu.

    Sultan berkata lagi, “Siapa yang sejak baligh hingga saat ini pernah meninggatkan shalat sunat rawatib silakan duduk!” Sebagian tentaranya masih tegak berdiri dan sebagian lagi duduk. Jadi sebagian tentara sultan sejak balighnya tidak pernah meninggalkan shalat sunat rawatib.

    Kemudian Sultan berkata lagi, “Siapa yang sejak baligh hingga hari ini pernah meninggalkan shalat tahajud silakan duduk!” Kali ini seluruh tentara duduk. Yang tinggal berdiri hanya Sultan sendiri. Ternyata sejak usia baligh Sultan belum pernah meninggalkan shalat tahajud sehingga beliaulah yang paling pantas menjadi imam shalat Jum’at. Memang benarlah kata Rasulullah SAW, “Sebaik-baik pemimpin, sebaik-baik tentara dan sebaik-baik rakyat.”

    Kesaksian Mantan Hindu "Tahlilan Bukan Dari Islam" ; Korban Brainwoshing Kalangan Wahhabi Akhirnya Minta Maaf


    Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allah. Kejadian ini merupakan pelajaran berharga bagi kaum Muslimin lainnya. Beredar sebuah video acara diskusi diyoutube dengan alamat http://www.youtube.com/watch?v=GvCGzLFTRlA. Didalam video yang diberi judul dengan Kesaksian Mantan Hindu - Tahlilan Bukan Dari Islam ini, nampak sebagai pembicara adalah Ustadz Afrokhi Abdul Ghani dan seorang mantan Hindu yang bernama Ustadz Abdul 'Aziz, Semoga Allah merahmati dan memberikan hidayah kepada keduanya, Amin. Hal yang di diskusikan memang sangat krusial dan  bisa memicu pergesekan antara umat Islam, sebab tahlilan sendiri yang menjadi inti pembahasan acara tersebut merupakan amaliyah umat Islam kebanyakan.

    Afrokhi Abdul Ghani adalah penulis buku yang berjudul "BUKU PUTIH KIYAI NU" yang katanya juga pengasuh pondok pesantren "Rahmatullah" yang memiliki keberanian besar menentang arus ajaran para kiayi yang tidak sejalan dengan al-Qur'an dan As-Sunnah. Kiyai yang mengaku sebagai mantan kiayi NU ini pernah di datangi oleh Tim Sarkubiyah dengan dipimpin oleh KH. Thobary Syadzili bersama asatidz lainnya, namun ternyata tidak di temui. Hasil investigasi terhadap Afrokhi bisa di baca disini. Dan guna mengcounter kekeliruan buku yang di tulis Arfokhi tersebut, maka di terbitkan juga buku berjudul " MELURUSKAN KESALAHAN BUKU PUTIH KIAI NU (karya Afrokhi A. Ghoni) | Penulis: Tim FMPP (Forum Musy Pon.Pes. ) Pare Kedir [1].
    Tengah : Abdul 'Aziz - Mantan Pendeta Hindu

    Adapun Ustadz Abdul 'Aziz merupakan mantan hindu yang merupakan "korban" brainwoshing kalangan Wahhabi sehingga dalam tausiyahnya menjelek-jelekkan NU. Namun, Ustadz Abdul 'Aziz telah meminta maaf kepada warga NU karena tausiyahnya tersebut yang dilakukan di Masjid Bina Patra Cepu. Ia telah mengakui kesalahannya dalam menafsiri Al-Qur'an dan Hadits. Pengakuan tersebut dilakukan di hadapan Rahmatullah Muhammad Iwan Sa'adullah bahkan ia juga memiliki kesimpulan bahwa orang NU adalah benar serta ajarannya merupakan ajaran Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa Sallam dengan di lengkapi sanad dan silsilah keilmuan. Selain itu, ia juga mengakui bahwa selama ini ia menafsiriAl-Qur'an dan Hadits dengan akalnya sendiri dan banyak salahnya.

    Lebih jauh lagi, ia juga meminta maaf karena tidak bisa menghentikan profesinya yakni menjadi ustadz gadungan wahhabi karena perluan materi. Semoga Allah memberikan petunjuk kepadanya. Amin.

     Catatan Kaki :
    [1.] Editor: Dafid Fuadi & LBM NU Jember | Penerbit: BINA ASWAJA Surabaya 2011 | Tebal: 299 hal |Harga : Rp. 42.000,- |Pemesanan menghubungi : Ust. Syafeq 087 853 372 523

    Bingkisan-Bingkisan Mengesankan Dari KH. Thobary Syadzily

    KH. Thobary Syadzily secara garis nasab merupakan keturunan dari ulama Syafi'iyyah yang terkemuka yakni Syaikh Nawawi Al Bantani. KH. Thobary Syadziliy juga merupakan pengasuh pondok pesantren Al-Husna Priuk Jaya Tangerang, serta merupakan alumni pesantren Tebuireng tahun 1988-1993. 

    Beliau juga menjabat sebagai Ketua Lajnah Falakiyyah PWNU Propinsi Banten, dan Anggota Tim Komisi Fatwa dan Hukum MUI Kota Tangerang Banten. Kehadiran KH. Thobary Syadzily banyak memberikan angin segar bagi kalangan santri maupun umat Islam lainnya yang aktif di media-media  online seperti jejaring sosial facebook atau semacamnya. Pasalnya, isu-isu seperti adanya mantan kiayi NU Mahrus Ali, Afrokhi Abdul Ghani dan berbagai hal-hal yang memojokkan kaum Muslimin berupa tudingan bid'ah sesat terhadap amaliyah tertentu membuat sebagian kaum Muslimin merasa gamang bahkan ada yang terpengaruh. Syukur Alhamdulillah, usaha KH. Thobary Syadzily beserta sahabat-sahabat guna menyingkap mereka-mereka yang sering menuding-nuding sesat menjadi semacam penceharan tersendiri bagi mereka yang aktif di media online.

    Sebut saja misalnya kasus H. Mahrus Ali, yang dalam bukunya menggunakan nama mantai kiayi NU, dimana ternyata sebutana "mantan" tersebut bukanlah dari pribadi H. Mahrus Ali melainkan dari pihak penerbit yang licik guna mengejar materi haram dengan memanfaatkan isu-isu yang krusial. Juga kasus Afrokhi Abdul Ghani yang ngumpet ketika didatangi ke kandangnya. Alhamdulillah buku bantahan guna meluruskan buku karangan Afrokhi telah diterbitkan dengan judul "MELURUSKAN KESALAHAN BUKU PUTIH KYAI NU".

    Ada juga kisah, ketika beliau hadir pada sebuah acara bedah buku "KUBURAN-KUBURAN KERAMAT DI NUSANTRA" karya Hartono Ahmad Jaiz, yang mana narasumber dalam acara tersebut tidak lain adalah Hartono Ahmad Jaiz sendiri dan seorang anggota MUI. Dalam acara bedah buku tersebut, nampak sekali ketidak menguasaan si penulis terhadap bukunya sendiri bahkan terlihat ciut ketika KH. Thobary Syadzily membacakan kitab Tarikh Baghdad yang dibawa beliau. 

    "Ini saya bawakan dalil di kitab "Tarikh Baghdad" mengenai dibolehkannya tabarruk ke makam waliyullah. Ini baru saya bawa satu kitab dan saya punya kitab 10 lemari besar di rumah. Seandainya kitab2 tersebut di bawa ke sini, mungkin ada semobil yg membicarakan masalah dibolehkannya ziarah kubur."

     Itu hanya sepintas kisah yang tentang beliau. Adapun hal-hal mengesankan lainnya yang beliau sajikan  sebagaimana tulisan di facebook beliau guna memberikan kepada yang lainnya, antara lain :

    KITAB KIFAYATUL AWAM : ORANG TUAN NABI MUHAMMAD TIDAK MASUK NERAKA

    Di dalam kitab "Kifayatul 'Awam" karya Syaikh Ibrahim Al-Baujuri halaman 13, cetakan "Dar Ihya al-Kutubil 'Arobiyah" disebutkan yang terjemahannya sebagai berikut : 
    Jika anda sudah tahu bahwa Ahlul Fathroh (masa kevakuman atau kekosongan Nabi dan Rasul) itu termasuk orang-orang yang selamat (dari neraka) berdasarkan pendapat ulama yang kuat, maka tahu lah anda bahwa bahwa kedua orangtua Nabi Muhammad saw adalah orang-orang yang selamat juga (dari neraka). Karena, mereka berdua termasuk Ahlul Fathroh (termasuk juga kakek, buyut Nabi dan ke atasnya). Bahkan mereka berdua termasuk Ahlul Islam, karena Allah telah menghidupkan mereka berdua untuk Nabi Muhammad saw sebagai pengagungan kepadanya. Kemudian berimanlah kedua orangtua Nabi itu kepadanya sesudah kebangkitannya menjadi rasul.

    Hal ini berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan dari Urwah dari Aisyah bahwa Rasulullah saw memohon kepada Tuhan-Nya agar Dia menghidupkan kedua orangtuanya. Maka Allah pun menghidupkan kedua orangtua Nabi itu. Selanjutnya, keduanya beriman dengan Nabi Muhammad saw. Kemudian, Allah mematikan keduanya kembali.

    Berkata Suhaili: "Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, bisa saja Allah mengkhususkan Nabi-Nya dengan apa-apa yang Dia kehendaki dari sebab karunia-Nya dan memberi nikmat kepada Nabi-Nya dengan apa-apa yang dia kehendaki dari sebab kemuliaan-Nya.

    Telah berkata sebagian ulama: "Telah ditanya Qodhi Abu Bakar bin 'Arobi, salah seorang ulama madzhab Maliki mengenai seorang laki-laki yang berkata bahwa bapak Nabi berada di dalam neraka. Maka, beliau menjawab bahwa orang itu terlaknat, karena Allah ta'ala berfirman:

    {إِنَّ ٱلَّذِينَ يُؤْذُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ لَعَنَهُمُ ٱللَّهُ فِى ٱلدُّنْيَا وَٱډخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُّهِينًا}
    "Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah akan melaknat mereka di dunia dan akherat dan menyiapkan bagi mereka itu adzab yang menghinakan". (QS. Al-Ahzab: 57).

    Dan tidak ada perbuatan yang lebih besar dibandingkan dengan perkataan bahwa bapak Nabi berada di dalam neraka. Betapa tidak ! Sedangkan Ibnu Munzir dan yang lainnya telah meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa beliau berkata: "Engkau anak dari kayu bakar api neraka', maka berdirilah Rasulullah saw dalam keadaan marah, kemudian berkata:

    ما بال أ قوام يؤذونني فى قرابتي و من أذاني فقد أذى الله
    "Bagaimana keadaan kaum yang menyakiti aku dalam hal kerabatku, dan barangsiapa menyakiti aku maka sesungguhnya dia telah menyakiti Allah".
    Dalam masalah ini Imam Al-Jalal as-Suyuthi telah menyusun beberapa karangan yang berhubungan dengan selamat kedua orangtua Nabi Muhammad saw (dari neraka). Semoga Allah membalas kebaikan kepadanya.
    Di dalam kitab "Kifayatul 'Awam" juga, pada halaman 67 cetakan "Dar el-Kutub al-Islamiyyah" diterangkan bahwa: Sesuatu yang "maujud" itu terbagi kepada 4 bagian, yaitu:
    1. Sesuatu yang tidak membutuhkan kepada tempat dan sang pencipta, yaitu Dzat Allah swt.
    2. Sesuatu yang membutuhkan kepada dzat dan sang pencipta, yaitu sifat-sifat yang ada pada makhluk.
    3. Sesuatu yang membutuhkan kepada sang pencipta, tetapi tidak membutuhkan kepada dzat, yaitu jirim (bentuk suatu makhluk).
    4. Sesuatu yang menetap pada suatu dzat dan tidak membutuhkan pada sang pencipta, yaitu sifat-sifat Allah.

    AT-TAJUL JAMI' LIL USHUL FIY AHADTSIR RASUL

    Di dalam kitab "At-Tajul Jami' lil Ushul fii Ahaditsir Rasul (التاج الجامع للأصول في أحاديث الرسول)" diterangkan  yang artinya sebagai berikt :
    "Dari Abu Hurairah beliau berkata: Nabi saw berziarah ke makam ibunya dan beliau menangis. Begitupula orang-orang yang berada di sekitarnya pada menangis. Kemudian, beliau berkata: Aku meminta idzin kepada Tuhanku supaya aku bisa memintakan ampunan untuknya. Namun aku tidak diidzinkan oleh-Nya. Terus aku meminta idzin kepada-Nya supaya aku bisa menziarahinya. Kemudian, Dia mengidzinkan aku untuk menziarahi ibuku. Berziarahlah ke makam-makam !! Karena, berziarah itu dapat mengingatkan mati. Hadits riwayat Imam Muslim, Abu Dawud, dan Nasa'i ".

    Maksud hadits tersebut di atas sebagai berikut:

    Ketika Nabi Muhammad saw menziarahi ibunya yang bernama Sayyidah Aminah binti Wahab, beliau menangis karena ibunya tidak beragama Islam dan tidak mendapat kesenangan di dalamnya, dan Allah tidak mengidzinkan Nabi saw memintakan ampunan untuk ibunya. Karena, permintaan ampunan itu syaratnya harus beragama Islam. Sedangkan ibunda Nabi saw wafat dalam keadaan menganut agama kaumnya sebelum Nabi saw. Hal ini bukan berarti ibunda Nabi saw tidak masuk surga,karena ibunda Nabi termasuk ahli fatrah (masa kekosongan atau vakum antara dua kenabian).

    Menurut ulama jumhur bahwa ahli fatrah itu adalah orang-orang yang selamat (orang-orang yang selamat dari api neraka dan mereka tetap dimasukkan ke dalam surga). Firman Alla swt: و ما كنا معذبين حتى نبعث رسولا

    Bahkan berlaku dan absah menurut ahli mukasyafah bahwa Allah ta'ala menghidupkan kembali kedua orangtua Nabi saw setelah beliau diangkat jadi Rasul. Kemudian, mereka beriman kepada Nabi saw. Oleh karena itu, sudah pasti mereka termasuk ahli surga.
     
    THABAQAT ASY-SYAFI'IYYAH AL-KUBRA : TABARRUK KE MAKAM AL-BUKHARI

    Di dalam kitab "Tabaqat As-Syafi'iyyah Al-Kubra" jilid 2 halaman 234 cetakan Dar Ihya al-Kutub al-'Arabiyyah diterangkan sebagai berikut:
    وَقَالَ أَبُو على الغسانى الْحَافِظ أخبرنَا أَبُو الْفَتْح نصر بن الْحسن السُّكْنَى السمرقندى قدم علينا بلنسية عَام أَربع وَسِتِّينَ وَأَرْبَعمِائَة قَالَ قحط الْمَطَر عندنَا بسمرقند فى بعض الأعوام فَاسْتَسْقَى النَّاس مرَارًا فَلم يسقوا فَأتى رجل صَالح مَعْرُوف بالصلاح إِلَى قاضى سَمَرْقَنْد فَقَالَ لَهُ إنى قد رَأَيْت رَأيا أعرضه عَلَيْك, قَالَ وَمَا هُوَ قَالَ أرى أَن تخرج وَيخرج النَّاس مَعَك إِلَى قبر الإِمَام مُحَمَّد بن إِسْمَاعِيل البخارى ونستسقى عِنْده فَعَسَى الله أَن يسقينا فَقَالَ القاضى نعم مَا رَأَيْت,
    "Dan telah berkata Abu Ali Al-Ghassani Al-Hafidz: Abul Fathi Nashr bin Al-Hasan yang berdomosili di Sakna-Samarqan telah memberi kabar kepada kami bahwa telah datang kepada kami orang Balnasi pada tahun 464 H / 1072 M dan dia berkata: Telah terjadi musim kemarau yang panjang di daerah kami di Samarqandi pada suatu tahun yang lalu. Orang-orang di sana sudah berkali-kali berusaha memohon hujan kepada Allah swt tapi tak kunjung tiba juga. Kemudian, seorang laki-laki yang shaleh yang terkenal dengan nama Shalah mendatangi penghulu Samaeqandi. Dia berkata kepada penghulu itu: Sesungguhnya aku bermimpi dengan sebuah mimpi yang akan aku perlihatkan kepadamu. Jawab penghulu: Mimpi apa itu?. Kata laki-laki shalih itu: Aku bermimpi bahwa engkau keluar bersama orang-orang Samarqandi menuju makam Imam Muhammad bin Isma'il Al-Bukhari (Imam Bukhari, pengarang kitab Shahih Al-Bukhari). Di sisi makam beliau kami memohon hujan kepada Allah swt. Mudah-mudahan Allah menurunkan hujan kepada kami !. Jawab penghulu: Itulah sebaik-baik mimpi yang telah kau alami.

    فَخرج القاضى وَالنَّاس مَعَه واستسقى القاضى بِالنَّاسِ وَبكى النَّاس عِنْد الْقَبْر وتشفعوا بِصَاحِبِهِ فَأرْسل الله تَعَالَى السَّمَاء بِمَاء عَظِيم غزير فَقَامَ النَّاس من أَجله بخرتنك سَبْعَة أَيَّام أَو نَحْوهَا لَا يَسْتَطِيع أحد الْوُصُول إِلَى سَمَرْقَنْد من كَثْرَة الْمَطَر وغزارته وَبَين سَمَرْقَنْد وخرتنك نَحْو ثَلَاثَة أَمْيَال
    Kemudian, penghulu itu keluar bersama orang-orang Samarqandi menziarahi makam Imam Bukhari dan memohon kepada Alla swt supaya diturunkan hujan. Orang-orang itupun menangis di sisi makam Imam Bukhari. Mereka minta syafa'at kepada beliau supaya Allah segera menurunkan hujan. Tak lama kemudin Allah menurunkan hujan yang sangat lebat sekali. Orang-orang di Khartanak pun pada berdiri selama kira-kira 7 hari sambil menunggu redanya hujan. Seseorang takkan mampu untuk bisa sampai ke daerah Samaeqandi dikarenakan hujan yang sangat deras. Sedangkan jarak antara Samarqandi dan Khartanak kira-kira 3 mil".
    SYARH ASY-SHAWI 'ALAA JAUHARAH AT-TAUHID

    Di antara sifat yang wajib bagi Allah adalah sifat "Qiyamuhu Binafsihi". Artinya: Allah berdiri dengan sendir-Nya. Berdirinya Allah tidak butuh kepada tempat atau dzat yang menempati di dalamnya. Begitupula Allah tidak butuh kepada sang pencipta, karena Allah itu pencipta alam semesta.

    Allah itu maujud, sedangkan maujudnya Allah tidak boleh disamakan dengan makhluk. Masalah "MAUJUD" diterangkan di dalam kitab "Syarah Shawi 'ala Jauharatut Tauhid" (lihat tulisan yang di foto) karya Syeikh Ahmad bin Muhammad Al-Maliki Ash-Shawi halaman 154.

    Maujud itu terbagi kepada 4 bagian besar, yaitu:

    1. مستغن عن المحل و المخصص معا Artinya: Maujud yang tidak butuh kepada tempat atau dzat dan sang pencipta, yaitu Dzat Allah.
    2. و مستغن عن المخصص فقط Artinya: Maujud yang tidak butuh kepada sang pencipta saja, yaitu sifat-sifat Allah.
    3. و مفتقر للمخصص فقط Artinya: Maujud yang butuh kepada sang pencipta saja dzat-dzat makhluk (alam semesta).
    4. و مفتقر لهما Artinya: Maujud yang butuh kepada dzat dan sang pencipta, yaitu sifat-sifat makhluk (alam semesta).

    Adapun dalil bahwa Allah itu tidak butuh kepada tempat atau dzat, yaitu:
    لو احتاج الى محل لكان صفة , و لو كان صفة لم يكن متصفا بصفات المعانى و المعنوية , والفرض أنه متصف بها , و الا لما وجد العالم , فبطل كونه صفة و ثبت كونه ذاتا
    "Seandainya Allah itu butuh kepada tempat atau dzat, maka Allah itu sifat. Sedangkan, seandainya Allah itu sifat, maka Allah itu tidak kesifatan dengan sifat-sifat "Ma'ani dan Ma'nawiyah". Padahal sesungguhnya Allah itu kesifatan dengan sifat-sifat tersebut (Ma'ani dan Ma'nawiyah). Dan seandainya Allah itu tidak kesifatan dengan sifat-sifat tersebut, maka sesungguhnya tidak akan ada alam semesta. Dengan demikian, batallah atau tidak benar adanya Allah itu sifat, dan tetap atau benarlah adanya Allah itu Dzat.
    JAMI' KARAMAT AL-AULIYAA' : JENAZAH ABU BAKAR BERKOMUNIKASI

    Didalam kitab " جامع كرامات الأولياء " karya Imam Yusuf An-Nabhani (1265 H - 1350 H) cetakan Dar El-Fikr jilid 1 halaman 128 diterangkan sebagai berikut:
    و قال الفخر الرازى فى تفسير سورة الكهف : و قد ذكر قليلا من كرامات الصحابة فقال : أما أبو بكر رضي الله عنه فمن كراماته : أنه لما حملت جنازته الى باب قبر النبي صلى الله عليه و سلم و نودي السلام عليك يا رسول الله , هذا أبو بكر بالباب فاذا الباب قد انفتح و اذا بهاتف يهتف من القبر : أدخلوا الحبيب الى الحبيب
    "Dan Imam Fakhrur Rozi berkata di dalam kitab tafsir Surat Al-Kahfi: Dan sesungguhnya aku hanya menceritakan sedikit tentang karomahnya sahabat Nabi Muhammad saw. Ia berkata: Adapun karomahnya Abu Bakar RA, di antaranya: Ketika jenazahnya (Abu Bakar) dibawa ke pintu makam Nabi Muhammad saw, beliau mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad saw: As-Salamu 'alaika yaa Rasulallah (Semoga keselamatan Allah dilimpahkan kepada engkau hai Rasulullah !!). Ini adalah Abu Bakar di pintu makammu. Kemudian, seketika itu juga pintu makam benar-benar terbuka. Seiring dengan itu ada suara hatif (suara tanpa rupa) yang keluar dari makam itu menjawabnya: Silahkan masuk kekasih Allah kepada kekasih-Nya yang lain !".
    AL-FIQHUL ISLAMI WA ADILLATUHU
    Di dalam kitab "Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu" (8 jilid) karya Dr. Wahbah az-Zuhaili jilid 2 halaman 550 cetakan Dar el-Fikar 1989 M diterangkan sebagai berikut:
    و سأل رجل النبي صلى الله عليه و سلم فقال : يا رسول الله , ان امي ماتت , فينفعها ان صدقت عنها ؟ قال : نعم
    " Dan ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah saw: Ya Rasulallah, sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia, maka apakah bisa bermanfa'at kepadanya (ibuku) seandainya aku bersedekah untuknya?. Jawab Rasulullah: Ya, benar ".
    IKHTILAFU AIMMATIL ULAMAA'

    Di dalam kitab "Ikhtilafu A'immatil 'Ulama" karya Imam Al-Wazir Abi Al-Muzaffar Yahya bin Muhammad bin Hubairah As-Syaibani jilid 1 halaman 190 diterangkan sebagai berikut:
    و اتفقوا على أن الاستغفار للميت يصل ثوابه اليه , و أن ثواب الصدقة و العتق و الحج اذ ا جعل للميت وصل ثوابه اليه
    :Para ulama (Imam Hanafi, Imam Syafi'i, Imam Malik & Imam Hambali) telah sepakat bahwa memohonkan ampun kepada mayit pahala bacaannya bisa sampai kepadanya (mayit). Dan sesungguhnya pahala sedekah, memerdekakan budak dan ibadah haji apabila diberikan kepada si mayit, maka pahalanya bisa sampai kepadanya ".
    AL-MAJMU' SYARAH AL-MUHADZDZAB

    Di dalam kitab Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab karya Imam Nawawi (wafat 676 H) jilid 5 halaman 294 diterangkan bahwa:
    و اتفق عليه الأصحاب قالوا : و يستحب أن يقرأ عنده شيئ
    من القرأن و ان ختموا القرأن كان أ فضل
    "Para sahabat Imam Syafi'i telah sepakat mengatakan bahwa disunnahkan membaca sesuatu dari Al-Qur'an di sisi kuburan dan seandainya mengkhatamkannya, maka itu lebih utama".
    TARIKH BAGHDAD

    Di dalam kitab Tarikh Baghdad karya Imam Abu Bakar Ahmad bin Ali Al-Khatib Al-Baghdadi (wafat 463 H) jilid 1 halaman 123, cetakan "Dar El-Fikar" menerangkan sbb:
    أخبرنا القاضي أبو عبد الله الحسين ابن على بن محمد الصيمرى قال أنبأنا عمر بن ابراهيم المقرى قال نبأنا على بن ميمون قال نبأنا مكرم بن أحمد قال نبأنا عمر بن اسحاق بن ابراهيم قال نبأنا على بن ميمون : سمعت ألشافعي يقول : اني لأتبرك بأبى حنيفة و أجئ الى قبره فى كل يوم - يعنى زائرا - فاذا عرضت لى حاجة صليت ركعتين و جئت الى قبره و سألت الله تعالى الحاجة عنده , فما تبعد عنى حتى تقضى
    "Mengkabarkan kepadaku Al-Qadhi Abu Abdillah Al-Husaini ibni Ali bin Muhammad As-Shaimiri sambil barkata: Telah menceritakan kepadaku Umar bin Ibrahim Al-Muqri sambil berkata: Telah menceritakan kepadaku Mukram bin Ahmad sambil berkata: Telah menceritakan kepadaku Umar bin Ishaq bin Ibrahim sambil berkata: Telah menceritakan kepadaku Ali bin Maimun sambil berkata: Saya telah mendengar Imam Syafi'i sambil berkata: Sesungguhnya aku mengambil berkah dengan Imam Abi Hanifah dan aku mendatangi kuburannya setiap hari, yakni berziarah - Maka apabila aku mempunyai hajat baru maka aku shalat 2 raka'at dan aku mendatangi kuburan beliau sambil memohon kepada Allah ta'ala akan hajatku. Maka tidak jauh dariku terkecuali dikabulkan hajatku itu oleh Allah ta'ala.
     AL-BIDAYAH WAN NIHAYAH
    الخضر بن نصر #
    ===========
    على بن نصر الأربلى الفقيه الِشافعي أول من درس بأربل فى سنة ثلاث و ثلاثين و خمسمائة , و كان فاضلا دينا , انتفع به الناس , و كان قد اشتغل على الكيا الهراسي و غيره ببغداد , و قدم دمشق فأرخه ابن عساكر فى هذه السنة , و ترجمه ابن خلكان فى الوفيات , و قال قبره يزار , و قد زرته غير مرة , و رأيت الناس ينتابون قبره و يتبركون به
    "Ali bin Nasr al-Arbil, seorang ulama pakar fiqih Syafi'i adalah orang pertama yang mengajar di daerah Arbil pada tahun 533 H / 1139 M. Beliau seorang yang mempunyai keistimewaan di bidang ilmu agama. Banyak orang mengambil manfa'at dengan keilmuan beliau. Beliau sibuk sekali di al-Harasyi dan lainnya di Baghdad. Beliau mendatangi Damsyiq (sekarang Damaskus - Syria). Kemudian Ibnu 'Asakir menuliskan sejarah tentang beliau pada tahun itu juga, dan Ibnu Khulkan menterjemahkannya ke dalam kitab-kitab sejarah secara cermat. Dan dia berkata: Makam beliau suka diziarahi orang. Sesungguhnya aku (Imam Ibnu Katsir, pengarang kitab ini) pun sering menziarahinya. Aku melihat orang-orang meninggikan kuburannya dan mengambil berkah dengan menziarahinya (bukan menyembah dan meminta berkah kepada kuburan) pula".
    Kitab "Al-Bidayah wan Nihayah karya Al-Hafidz Ibnu Katsir cetakan Daar el-Fikr tahun 1978 Jilid 6 Juz 12 halaman 287.

    Dan masih banyak pencerahan-pencerahan yang diberikan oleh KH. Thobary Syadzily melalui facebook beliau. Tentunya hal semacam ini sangat bermanfaat guna meluruskan isu-isu yang tidak seimbang yang pernah berkembang sebelumnya.

    Media Islam

    Thariqat Sarkubiyah

    NU Online