Daulah Utsmaniyyah yang pernah berpusat di Istanbul (Turki) merupakan pemerintahan Islam estafet dari pemerintahan sebelumnya yakni daulah Abbasiyah. Daulah ini pada masanya merupakan negara adidaya didunia dengan pasukan-pasukan elit yang siap bertempur melawan musuh-musuh Islam.
Sesungguhnya Daulah Utsmaniyah juga merupakan salah satu era gemilang Islam. Daulah ini telah banyak berjasa secara nyata terhadap Islam dan kaum Muslimin. Sebagian kecil diantaranya jasa-jasa daulah ini adalah :
- Mengislamkan jutaan kaum Kristen Eropa Timur seperti di Bosnia, Herzegovina, Albania, Kosovo, Macedonia dan lain sebagainya.
- Mengamankan jutaan mil persegi wilayah Isla hingga ke Indonesia.
- Daulah Utsmaniyah ini sepanjang masa berdirinya hingga keruntuhannya mengisi hidupnya dengan jihad melawan kaum kafir.
- Berkat dukungan Khilafah Utsmaniyah ini, maka Aceh tertunda penjajahannya hingga 350 tahun.
- Dan tidak ada satu masa Khalifah pun dari Daulah ini yang tidak mengisi pemerintahannya dengan jihad, baik jihad tersebut bersifat pertahanan (defensif) maupun penyerangan (afensif).
- Memperluas wilayah Islam hingga ke jantung Eropa.
- Berkat dakwah dan jihad Daulah Utsmaniyah ini, saat ini Turki, Albania, Kosovo, Macedonia, Bosnia, dan Herzegovina menjadi negeri Muslim meskipun saat ini belum menjadi negara Islam.
- Bahkan pada masa kegemilangannya, mujahid Daulah Utsmaniyah melangkahkan kakinya hingga nyaris meerbut Wina Austria.
Rasulullah shallallahu alayhi wa aalihi wa sallam sendiri bangga dengan Daulah Utsmaniyah ini. Beliau shallallah alayhi wa aalihi wa sallam pernah bersabda,
“Sungguh (pasti) Qasthanthiniyah (Konstantinopel) akan di taklukkan, maka sungguh sebaik-baiknya pemimpin adalah pemimpinnya, dan sebaik-baiknya pasukan adalah pasukan itu”
FAIDAH HADITS
Hadist ini juga mengandung makna (faidah) sebagai berikut,
- Keridlaan Rasulullah shallallah alayhi wa aalihi wa sallam kepada Amir/Panglima penaklukan Konstantinopel, yang tidak lain adalah Sultan Muhammad Al Fatih rahimahullah.
- Keridlaan Rasulullah shallallah alayhi wa aalihi wa sallam kepada seluruh anggota pasukan penaklukan Konstantinopel.
- Keridhaan Rasulullah shallallah alayhi wa aalihi wa sallam terhadap aqidah seluruh anggota pasukan penaklukan Konstantinopel. Sebab jika mereka memiliki aqidah yang menyimpang, sudah tentu mereka tidak akan disebut sebagai pasukan terbaik.
- Keridlaan Rasulullah shallallah alayhi wa aalihi wa sallam terhadap amaliyah tashawuf . Sebab seluruh anggota pasukan adalah pengamal tashawuf. Sultan Muhammad Al Fatih adalah sufi Tarekat Naqshabandiyah. Sedangkan anngota pasukan, khususnya pasukan elit Janissary sebagai pasukan inti adalah sufi Tarekat Bektasiyah. Sedangkan unit-unit pasukan lain, seperti Resimen Anatolia dan tentara irreguler hampir semuanya juga sufi dari berbagai macam Tarekat. Diantaranya adalah tarekat Maulawiyah, Qodiriyah, Naqshabandiyah dan lain sebagainya.
Andaikan amaliyah tashawuf merupakan sebuah kesesatan, maka sudah tentu Rasulullah shallallah alayhi wa aalihi wa sallam tidak akan menyebut mereka sebagai pasukan terbaik. Tapi pasukan ahli bid’ah.
- Keridhoan Rasulullah shallallah alayhi wa aalihi wa sallam terhadap aqidah Ahlussunnah wal jama’ah yang diajarkan oleh Imam Abul Hasan al-Asy’ari dan Abu Mansur al-Maturidy. Sebab seluruh pasukan Utsmani pada saat itu mengikuti ajaran kedua Imam Agung ini yakni mereka adalah al-Asyara'irah dan al-Maturidiyah.
Inilah salah satu sosok Sultan Khilafah Turki Utsmani yakni Sultan Muhammad Al-Fatih yang dibanggakan oleh Rasulullah shallallah alayhi wa aalihi wa sallam. Sebelum beliau lahir, Rasulullah shallallah alayhi wa aalihi wa sallam telah memberikan kabar gebira tentang beliau.
Abu Qubail menuturkan dari Abdullah bin Amr bin Ash,
“Suatu ketika kami sedang menulis di sisi Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam, tiba-tiba beliau ditanya, “Mana yang terkalahkan lebih dahulu, Konstantinopel atau Romawi?” Beliau menjawab, “Kota Heraqlius-lah yang akan terkalahkan lebih dulu.” Maksudnya adalah Konstantinopel.” [H.R. Ahmad, Ad-Darimi, Al-Hakim]
“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335]
Jika anda terkagum-kagum dengan penggambaran perang yang ketat antara Balian of Ibelin melawan Shalahudin Al-Ayyubi di film Kingdom of Heaven, maka perang antara Constantine XI Paleologus dengan Muhammad Al-Fatih jauh lebih ketat, tidak hanya dalam hitungan hari tapi berminggu-minggu. Sultan Muhammad Al Fateh atau yang disebut juga Mehmed II The Conqueror dilahirkan pada tanggal 29 March 1432.
Saat kelahirannya pun sudah terdapat isyarat bahwa dia nantinya akan menjadi orang besar yang membuat sejarah besar. Ketika berita kelahirannya disampaikan, ayahnya, Sultan Murad II sedang membaca Al Quran tepat pada Surat Al Fath ayat 1:
“Sesungguhnya Kami telah memberikan padamu kemenangan yang nyata.”
TANDA KELAHIRAN
Menjelang kelahirannya, Sultan Murad sebenarnya sedang mempersiapkan penyerbuan ke Konstantinopel (Constantinople), ibu kota Kekaisaran Romawi Timur atau Byzantium. Setelah anaknya Muhammad lahir, datanglah seorang ulama besar Islam ke istana Sultan dan beliau mengatakan bahwa bayi itulah yang nantinya akan menaklukkan Konstantinopel seperti sabda Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam:
“Sungguh (pasti) Qasthanthiniyah (Konstantinopel) akan di taklukkan, maka sungguh sebaik-baiknya pemimpin adalah pemimpinnya, dan sebaik-baiknya pasukan adalah pasukan itu”
Ulama itu bernama Syeikh Aq Syamsuddin Al-Wali dari Khurasan (sekarang Uzbekistan). Beliau adalah seorang syeikh tarekat Naqsyabandiyah. Sultan Murad sangat yakin dengan ilham Syeikh Syamsuddin Al Wali sehingga baginda menyerahkan putera mahkota yang masih kecil kepada Syeikh Syamsuddin untuk dididik.
DIDIKAN THARIQAT SUFIYAH DAN ILMU PERANG
Syeikh Syamsuddin mendidik muridnya ini dengan disiplin tarikat yang cukup keras. Penuh dengan latihan mengekang hawa nafsu dan hidup susah sehingga hasilnya Pangeran Muhammad menjadi seseorang yang berjiwa kuat dan sangat tahan dalam menghadapi ujian. Beliau dididik memiliki cita-cita besar yaitu menepati janji Allah melalui Rasulullah Shalallalahu 'alayhi wa sallam yakni menaklukkan Konstantinopel. Untuk ilmu perang, ayahnya mendatangkan panglima-panglima yang paling berpengalaman untuk mendidik beliau. Beliau sendiri adalah seorang cendekiawan yang gemar mengumpulkan ilmuwan-ilmuwan di istana untuk berdiskusi.
Pada usia 19 tahun beliau naik tahta menggantikan ayahnya. Mulailah persiapan penaklukan dilakukannya. Beliau mendidik tentara dan rakyatnya agar menjadi orang-orang yang bertaqwa. Seluruh tentera dan rakyatnya dididik agar sanggup bangun malam dan merintih munajat pada Tuhan. Sebaliknya di siang hari mereka adalah singa-singa yang berjuang di jalan Allah. Beliau juga mengadakan operasi intelijen untuk membebaskan seorang ahli pembuat meriam dari penjara Romawi. Bersama para insinyurnya beliau membangun benteng, kapal-kapal perang dan meriam-meriam yang canggih untuk ukuran zaman itu. Bahkan dalam membangun benteng Rumeli Hasari di Selat Bosphorus beliau turun tangan ikut mengangkat batu dan pasirnya.
TAKLUKNYA KONSTANTINOPEL
Pada usia 19 tahun beliau naik tahta menggantikan ayahnya. Mulailah persiapan penaklukan dilakukannya. Beliau mendidik tentara dan rakyatnya agar menjadi orang-orang yang bertaqwa. Seluruh tentera dan rakyatnya dididik agar sanggup bangun malam dan merintih munajat pada Tuhan. Sebaliknya di siang hari mereka adalah singa-singa yang berjuang di jalan Allah. Beliau juga mengadakan operasi intelijen untuk membebaskan seorang ahli pembuat meriam dari penjara Romawi. Bersama para insinyurnya beliau membangun benteng, kapal-kapal perang dan meriam-meriam yang canggih untuk ukuran zaman itu. Bahkan dalam membangun benteng Rumeli Hasari di Selat Bosphorus beliau turun tangan ikut mengangkat batu dan pasirnya.
TAKLUKNYA KONSTANTINOPEL
Setelah persiapan matang, dimulailah penyerbuan ke Konstatinopel. Perang yang hebat berkecamuk lebih satu bulan, belum juga tampak tanda-tanda kemenangan. Bahkan pasukan Islam mengalami kesukaran mendekati benteng Romawi di tepi Selat Bosphorus tersebut karena di taut pasukan Romawi memasang rantairantai berukuran besar yang sangat panjang hingga menghalangi kapal yang akan mendekat. Dalam ketidakpastian itu Sultan Muhammad Al Fateh bertanya pada syeikhnya yang mulia, “Wahai Guruku, kapankah saat yang dijanjikan itu tiba?” Syeikh Syamsuddin Al Wali menjawab, “Pada hari ke 53, hari Selasa pukul 11 pagi.” Ini adalah ilham berbentuk berita ghaib yang diterima oleh Syeikh Syamsuddin Al-Wali. Sultan Muhammad sangat yakin pada ilham gurunya. Beliau makin bersungguh-sungguh meningkatkan ketaqwaan pada Allah dan mengajak tentaranya melaksanakan hal yang serupa sebab hanya orang bertaqwa yang mendapat bantuan Tuhan.
Pada suatu malam di bulan Mei 1453 terjadilah peristiwa yang luar biasa. Para insinyur Sultan telah menemukan inovasi teknologi luar biasa yang bisa disebut terobosan besar di zaman itu. Mereka berusaha membuat agar kapal-kapal perang Islam dapat berjalan di darat. Dengan memutari selat, pada tengah malam tibalah kapat-kapal pasukan Sultan Muhammad Al-Fateh ke bagian belakang benteng Konstantinopel. Kota Konstantinopel sebenarnya adalah kota yang sangat strategis karena ditindungi oleh benteng alami, yaitu perbukitan. Kapal-kapal tentara Islam yang berjumlah 70 kapal mendarat di Semenanjung Pera di pinggir perbukitan itu dan berusaha mendakinya. Terjadilah keajaiban yang merupakan karamah bantuan Tuhan di malam itu. Secara lahiriyah, meskipun kapal-kapal tersebut dapat ‘dipaksa’ berjalan di darat dengan menggunakan balok-balok kayu raksasa tapi tetap saja untuk mendaki bukit untuk membawa 70 kapal layar berukuran besar dalam tempoh beberapa jam adalah hal yang mustahil. Apa yang sebenarnya terjadi ? Kapal-kapal itu bukanlah berjalan di darat tetapi seakan melayang mendaki dan menyusuri perbukitan sejauh 16 km sampai di Golden Horn sehingga operasi pendaratan 5.000 pasukan itu selesai dalam waktu singkat. Dari sanalah mereka menyerbu Konstantinopet. Paginya, pada hari Selasa 29 Mei 1453 Konstantinopel takhluk ke tangan tentara Islam di bawah pimpinan Sultan Muhammad Al Fateh.
Telah diceritakan bahwa ketika Sultan Muhammad At Fateh memasuki Konstantinopel, para perajuritnya menemukan makam sahabat Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam yaitu Abu Ayyub Al Anshari radliyallahu 'anh. Di makam tersebut mereka melihat sebagian kaki Abu Ayyub tersembul keluar dari tanah. Kaki tersebut putih bersih, sama sekali tidak terlihat rusak walaupun beliau telah wafat selama 600 tahun. Inilah karamah para sahabat Nabi. Sultan panglimanya bergiliran mencium kaki tersebut. Giliran Sultan yang terakhir. Ketika Sultan Muhammad Al Fateh akan mencium kaki Sahabat Rasulullah itu, tiba-tiba kaki tersebut masuk ke dalam tanah. Telah diceritakan pula bahwa pada petang hari setelah penaklukan bersejarah itu Syeikh Syamsuddin Al Wali bermimpi bertemu dengan Abu Ayyub Al Anshari. Beliau (Abu Ayyub) menyampaikan ucapan selamat pada Sultan Muhammad Al Fateh karena berhasil menaklukkan Konstantinopel dan menyatakan bahwa beliaulah yang sepatutnya mencium kaki Sultan Muhammad Al Fateh sebagai orang yang dijanjikan oleh Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam.
Pada hari Jum’at pertama di Konstantinopel, ketika diadakan shalat Jum’at untuk pertama kalinya, terjadi kebingungan dalam menentukan siapa yang menjadi imam. Sultan pun dengan lantang meminta seluruh tentaranya berdiri dan mengajukan pertanyaan: “Siapa di antara kalian yang sejak baligh hingga saat ini pernah meninggalkan shalat fardhu silakan duduk!” Tidak ada seorang pun yang duduk. Ini berarti seluruh tentara Sultan sejak usia baligh tidak pernah meninggalkan shalat fardhu.
Sultan berkata lagi, “Siapa yang sejak baligh hingga saat ini pernah meninggatkan shalat sunat rawatib silakan duduk!” Sebagian tentaranya masih tegak berdiri dan sebagian lagi duduk. Jadi sebagian tentara sultan sejak balighnya tidak pernah meninggalkan shalat sunat rawatib.
Kemudian Sultan berkata lagi, “Siapa yang sejak baligh hingga hari ini pernah meninggalkan shalat tahajud silakan duduk!” Kali ini seluruh tentara duduk. Yang tinggal berdiri hanya Sultan sendiri. Ternyata sejak usia baligh Sultan belum pernah meninggalkan shalat tahajud sehingga beliaulah yang paling pantas menjadi imam shalat Jum’at. Memang benarlah kata Rasulullah SAW, “Sebaik-baik pemimpin, sebaik-baik tentara dan sebaik-baik rakyat.”
Disarikan dari group FB "Diskusi Keagamaan Waroeng Podjok Santri". Teks lengkapnya bisa di baca di sini http://mursyidali.blogspot.com/2011/04/daulah-utsmaniyyah.html
Baca juga : Sulthan al-Fatih dan Kekuatan Dibalik Keperkasaannya