Imam Ma'aruf juga merupakan generasi salafush shaleh, generasi yang memiliki legalitas diatas kebenaran. Nama lengkap beliau adalah Ma’aruf al-Karkhiy Abu Mahfudz al-Baghdadiy (معروف الكرخي أبو محفوظ البغدادي), beliau seorang ulama yang alim, zuhud, terkenal dengan dikalangan fukaha’ sebagai orang yang Fakih. Beliau wafat pada tahun 200 Hijriyah. Ayah beliau bernama Fairuz. Ada yang mengatakan (qil) bahwa ayah beliau beragama Shabi’ah, namun ada juga yang mengatakan ayahnya beragama Nashraniy. Ma’ruf al-Kharkiy diminta untuk mengatakan bahwa tuhan adalah salah satu dari yang tiga, namun beliau membahtah dengan mengatakan,
Kemudian Ma’aruf dipukul hingga kabur untuk bersembunyi, hingga akhirnya beliau memeluk Islam setelah bertemu dengan seorang guru dan setelah kepulangannya, keduan orang tuanya masuk Islam. Beliau mempelajari agama, antara lain kepada Imam Daud Ath-Thaiy (داود الطائي) , juga diriwayatkan belajar dari Imam Bakar bin Khumaits (بكر بن خنيس), Rabi’ bin Shahih (الربيع بن صبيح), Ibnu As-Samak (ابن السماك) dan lain-lain.
Beliau membuka majelis ilmu, dimana salah satu muridnya yang sangat terkenal hingga saat ini adalah Al-Imam As-Sariy As-Saqathiy (السري السقطي). Imam Ahmad (164 H - 241 H) hidup pada masa beliau dan Imam Ahmad sangat memuji Imam Ma’aruf, demikian juga ulama lainnya. [1]
Suatu hari ketika sedang berpuasa Sunah, Maruf Al Karkhi rahimahullah berjalan melewati seorang yang membagi bagikan air secara gratis. Dengan suara lantang lelaki itu berkata : “Semoga Allah merahmati orang yang mau minum air ini” Mendengar ucapannya, Ma’ruf Al-Karkhi rahimahullah berhenti dan meminum air tersebut. “Bukankah engkau sedang berpuasa”? Tanya seseorang kepadanya. Benar, tetapi aku berharap mendapat rahmat Allah sebagaimana doa lelaki tersebut. [2]
Tentang peringatan Maulid Nabi, Imam Ma’aruf al-Karkhiy menjelaskan keistimewaan serta keutamaan orang yang memperingatinya, beliau mengatakan,
Generasi salafush shaleh tentu saja merupakan generasi yang lebih memahami Al-Qur'an dan As-Sunnah, dibandingkan dengan ulama belakangan, apalagi lagi dibandingkan dengan orang-orang congkak yang menjadi pengikutnya, dimana ketika mereka sedang bersemangatnya dalam "dakwahnya" laksana seorang mujtahid, ahli hadits, ahli fiqh dan mufassir yang seakan paham segalanya. Mudah menuduh sesat dan sebagainya.
Ya.. Allah berilah kami pemahaman yang benar akan din ini, jauhkan dari sikap takabbur, tambahkan ilmu kepada kami dan jadikan kami sebagai orang yang selalu rendah diri. Amin.
Wallahu subhanahu wa ta'alaa a'lam.
Catatan kaki :
1. Baca kitab Siyar A'lam An-Nubala', karangan Al-Imam Adz-Dzahabi, Muassasah Ar-Risalah.
2. Kitab Ar-Risallah Al-Qusyairiyah, hal. 427-428, karangan Asy-Syaikh Abul Qasim Al Qusyairy, Dar Al-Khair
3. Kitab I'anatuth Thalibin, karangan Al-'Allamah Asy-Syekh Abu Bakar Syatha Ad-Dimyathiy, Terbitan Dar el-Firk, Beirut - Lebanon.
فيقول معروف: بل هو الواحد
“maka Ma’aruf mengatakan, bahkan Dia itu Esa”Kemudian Ma’aruf dipukul hingga kabur untuk bersembunyi, hingga akhirnya beliau memeluk Islam setelah bertemu dengan seorang guru dan setelah kepulangannya, keduan orang tuanya masuk Islam. Beliau mempelajari agama, antara lain kepada Imam Daud Ath-Thaiy (داود الطائي) , juga diriwayatkan belajar dari Imam Bakar bin Khumaits (بكر بن خنيس), Rabi’ bin Shahih (الربيع بن صبيح), Ibnu As-Samak (ابن السماك) dan lain-lain.
Beliau membuka majelis ilmu, dimana salah satu muridnya yang sangat terkenal hingga saat ini adalah Al-Imam As-Sariy As-Saqathiy (السري السقطي). Imam Ahmad (164 H - 241 H) hidup pada masa beliau dan Imam Ahmad sangat memuji Imam Ma’aruf, demikian juga ulama lainnya. [1]
Suatu hari ketika sedang berpuasa Sunah, Maruf Al Karkhi rahimahullah berjalan melewati seorang yang membagi bagikan air secara gratis. Dengan suara lantang lelaki itu berkata : “Semoga Allah merahmati orang yang mau minum air ini” Mendengar ucapannya, Ma’ruf Al-Karkhi rahimahullah berhenti dan meminum air tersebut. “Bukankah engkau sedang berpuasa”? Tanya seseorang kepadanya. Benar, tetapi aku berharap mendapat rahmat Allah sebagaimana doa lelaki tersebut. [2]
Tentang peringatan Maulid Nabi, Imam Ma’aruf al-Karkhiy menjelaskan keistimewaan serta keutamaan orang yang memperingatinya, beliau mengatakan,
قال معروف الكرخي قدس الله سره: من هيأ لاجل قراءة مولد الرسول طعاما، وجمع إخوانا، وأوقد سراجا، ولبس جديدا، وتعطر وتجمل تعظيما لمولده حشره الله تعالى يوم القيامة مع الفرقة الاولى من النبيين، وكان في أعلى عليين
“al-Imam Ma’aruf al-Karkhiy Qaddasallahu sirrah, barangsiapa menyajikan makanan untuk pembacaan Maulid ar-Rasul, mengumpulkan saudara-saudaranya, menghidupkan pelita dan memakai pakaian yang baru dan wangi-wangian dan menjadikannya untuk mengagungkan kelahirannya (Maulid Nabi), maka Allah akan membangkitkan pada hari qiyamat beserta golongan yang utama dari Nabi-Nabi , dan ditempatkan pada tempat (derajat) yang tinggi”. [3]Generasi salafush shaleh tentu saja merupakan generasi yang lebih memahami Al-Qur'an dan As-Sunnah, dibandingkan dengan ulama belakangan, apalagi lagi dibandingkan dengan orang-orang congkak yang menjadi pengikutnya, dimana ketika mereka sedang bersemangatnya dalam "dakwahnya" laksana seorang mujtahid, ahli hadits, ahli fiqh dan mufassir yang seakan paham segalanya. Mudah menuduh sesat dan sebagainya.
Ya.. Allah berilah kami pemahaman yang benar akan din ini, jauhkan dari sikap takabbur, tambahkan ilmu kepada kami dan jadikan kami sebagai orang yang selalu rendah diri. Amin.
Wallahu subhanahu wa ta'alaa a'lam.
Catatan kaki :
1. Baca kitab Siyar A'lam An-Nubala', karangan Al-Imam Adz-Dzahabi, Muassasah Ar-Risalah.
2. Kitab Ar-Risallah Al-Qusyairiyah, hal. 427-428, karangan Asy-Syaikh Abul Qasim Al Qusyairy, Dar Al-Khair
3. Kitab I'anatuth Thalibin, karangan Al-'Allamah Asy-Syekh Abu Bakar Syatha Ad-Dimyathiy, Terbitan Dar el-Firk, Beirut - Lebanon.
1 Response to "al-Imam Ma’aruf al-Karkhiy (w. 200 H)& Peringatan Maulid Nabi"
Masya Alloh.....berikanlah hidayahmu pada ustadz ini ya Alloh....
Posting Komentar