Latest Updates

Benarkah Istilah Khilafah dan Imamah Adalah “Mutaradifah” ?

Oleh : ats-Tsauriy al-Bankalaniy

Saat ini banyak gerakan atau pun jamaah Islam memperbincangkan mengenai Khilafah, terlepas dari pro dan kontra mereka terhadap Khilafah itu sendiri. Sebagian orang sudah banyak mengenal istilah “Khilafah” ini tetapi istilah “Khilafah” juga masih terlalu asing bagi sebagian yang lainnya. Akhir abab 20 bahkan istilah Khilafah sangat asing, seakan-akan sejak hancurnya Khilafah Turki Utsmani (1924 M), istilah “Khilafah” juga ikut terkubur bersama puing-puing bangunan yang hancur dimasa-masa akhir Khilafah, seakan-akan juga ikut tenggelam bersama serpihan-serpihan kapal-kapal armada laut tentara Muslim, di pesantren-pesantren pun istilah ini seakan hanya menghiasi rak-rak kitab kuning tanpa pernah dipopulerkan. Namun, sejak gencarnya sebagian gerakan Islam dan sebagian kaum Muslimin yang menginginkan kembalinya system pemerintahan Islami, istilah “khilafah” pun kembali mencuat bahkan mendunia hingga ke kawasan “patung liberti” pun sempat diguncang dengan hadirnya “gerakan Khilafah” dinegara tersebut, dan tentu saja tetap bersamaan dengan kontroversi yang mengirinya. Wajar saja jika kontroversi ini muncul, sebab sebagian kaum Muslimin masih merasa asing dengan istilah ini, sebagian lainnya sudah merasa nyaman berada dalam system pemerintahan buatan sang “Nabi” Plato (yaitu Demokrasi), yang mana ajaran “Nabi” Plato” inilah yang selalu diusahakan untuk diselaraskan dengan ajaran Baginda Nabiyullah Muhammad Al-Mushthafa shallallahu ‘alayhi wa sallam. Jika saat ini sudah muncul istilah “Demokratisasi Islam”, maka mungkin saja suatu saat nanti muncul istilah baru lagi yaitu “Platonisasi Muhammad”, dikarenakan sudah tidak ada bedanya lagi antara ajaran “Nabi” Plato dan ajaran Nabi Muhammad dalam hal kenegaraan. Bukankah ini sungguh akan menjadi “kemajuan yang luar biasa” dari hasil jerih payah dan “kemajuan berfikir” sebagian kaum Muslimin yang selalu mencoba untuk menyelaraskan ajaran keduanya ? Wallahu a’lam.

Salah satu kontroversi yang muncul atau -sebut saja- kontroversi yang coba dibangun baik untuk kepentingan golongan tertentu atau untuk mengelabuhi kaum Muslimin yaitu mengenai istilah Khilafah dan Imamah. Mereka menganggap kedua istilah tersebut adalah istilah yang berbeda, namun sebagian yang lain menganggap bahwa kedua istilah tersebut adalah istilah yang sama.

al-Imam al-Hafidz Syeikhul Islam an-Nawawiy ad-Dimasyqiy asy-Syafi’i didalam kitabnya yaitu Rawdlatuth Thalibin (روضة الطالبين وعمدة المفتين) menuturkan bahwa boleh menyebut seorang Imam sebagai Khalifah, Imam, Amirul Mukminin atau Khalifah Rasulullah.



الثالثة يجوز أن يقال للإمام الخليفة والإمام وأمير المؤمنين قال الماوردي ويقال أيضا خليفة رسول الله صلى الله عليه وسلم

Dari pernyataan yang terdapat dalam kitab Imam Nawawi diatas, menunjukkan bahwa seorang Imam, Khalifah dan juga Amirul Mukminin memiliki makna yang sama sehingga menyebut dengan salah satunya pun sama saja. Imam atau Khalifah adalah person (fa’il) yang menjadi pemimpin kaum Muslimin dalam sebuah pemerintahan Islam yang biasa disebut Imamah/Khilafah.

Beliau juga menuturkan dalam kitab al-Majmu' Syarah Muhadzab (المجموع شرح المهذب للنووي) Juz. 19/191, bahwa lafadz tersebut adalah mutaradifah (bersinonim),

والإمامة والخلافة وإمارة المؤمنين مترادفة

Didalam Hasyiyah Bujairamiy 'alaa al-Khatib Juz 4 ;

قوله: (الإمام الأعظم) ويجوز أن يقال للإمام الخليفة وأمير المؤمنين قال البغوي: وإن كان فاسقا قال الماوردي ويقال خليفة رسول الله صلى الله عليه وسلم: ولا خليفة الله عند الجمهور. اهـ

Hal yang sama juga tercantum didalam kitab Mukhtar Ash-Shihhah (مختار الصحاح ) hal. 168, al-Imam ar-Raziy menuturkan bahwa istilah Khilafah, Imamah al-‘Udzma dan Imaratul Mukminin adalah satu makna dan menunjukkan tugas yang sama pula serta merupakan pemimpin tertinggi bagi kaum Muslimin,

وقال الرازي في مختار الصحاح الخلافة أو الإمامة العظمى ، أو إمارة المؤمنين كلها يؤدي معنى واحداً ، وتدل على وظيفة واحدة و هي السلطة العيا للمسلمين

Penjelasan dalam kitab Imam ar-Raziy juga tercantum dalam kitab Syaikh Wahbah az-Zuhailiy (وَهْبَة الزُّحَيْلِيّ) yaitu kitab al-Fiqhu al-Islami wa Adillatuhu -الفِقْهُ الإسلاميُّ وأدلَّتُهُ- (8/270), Dar El-Fikr, Suriyah – Damsyiq, pada pembahasan “Ta’rif Al-Imamah”,

المبحث الأول ـ تعريف الإمامة :
الإمامة العظمى أو الخلافة أو إمارة المؤمنين كلها تؤدي معنى واحداً،،،، وتدل على وظيفة واحدة هي السلطة الحكومية العليا

Pada halaman yang lainnya (8/419) beliau juga menuturkan ; antara Khilafah, Imamah, Imarah al-Mukminin atau yang berarti system berdasarkan syura yang mengumpulkan antara kemashlahatan dunia dan akhirat, semuanya menunjukkan pada makna yang satu,

الخلافة (أو الإمامة أو إمارة المؤمنين) أو أي نظام شوري يجمع بين مصالح الدنيا والآخرة كلها ذات مدلول واحد ، لا يختلف عما هو متعارف الآن من أنظمة الحكم الدستورية النيابية إلا في أن الخلافة ذات صبغة دينية وسياسية أو رئاسة عامة في أمور الدين والدنيا ولجميع المسلمين في كل قطر

Saat menyebutkan pengertian al-Imamah menurut Imam at-Taftazaniy, dalam catatan kakinya, beliau yaitu Syaikh Wahbah az-Zuhailiy mengutip dari kitab an-Nadhariyat as-Siyasiyah al-Islamiyyah (النظريات السياسية الإسلامية) hal 92 – 103, karangan Syaikh Dliyauddin ar-Rais, yang sekali lagi menuturkan bahwa antara Khilafah, Imamah al-Kubra dan Imarah al-Mukminin merupakan lafadz yang mutaradifah (bersinonim/ مترادفة) yang satu makna,

يلاحظ أن الخلافة والإمامة الكبرى وإمارة المؤمنين ألفاظ مترادفة بمعنى واحد

Imam Ibnu Khaldun didalam al-Muqaddimahnya menyatakan hal sama, bahwa sangat jelas sekali hakikat kedudukan Khalifah adalah wakil dari pemilik syari’ah yang bertugas untuk menjaga agama Islam dan mengatur urasan-urusan dunia dengan berdasarkan pada ajaran Islam saja, yang mana system atau institusi yang melaksanakan semua itu adalah Kekhilafahan (Khilafah) atau Imamah, dan person/ orang yang mengaturnya disebut sebagai Khalifah atau seorang Imam,

في اختلاف الأمة في حكم هذا المنصب وشروطه وإذ قد بينا حقيقة هذا المنصب وأنه نيابة عن صاحب الشريعة في حفظ الدين وسياسة الدنيا به تسمى خلافة وإمامة والقائم به خليفة وإماماً. فأما تسميته إماماً فتشبيهاً بإمام الصلاة في اتباعه والاقتداء به ولهذا يقال: الإمامة الكبرى. وأما تسميته خليفة فلكونه يخلف النبي في أمته فيقال: خليفة بإطلاق وخليفة رسول الله. واختلف في تسميته خليفة الله

Syaikh Ibrahim al-Mushthafa didalam kitab al-Mu'jam al-Wasith (المعجم الوسيط) Juz 1 hal 251, bahwa Khilafah itu adalah Imarah dan juga Imamah,

الخلافة : الإمارة والإمامة

Syaikh Muhammad Rasyid Ridha didalam kitab beliau yaitu kitab al-Khilafah wal Imamah al-'Udzma -الخلافة والإمامة العظمى- hal.101 menyatakan bahwa al-Khilafah, al-Imamah al-'Udzma dan Imaratul Mukminin, ketiganya dalah satu makna

الخلافة والإمامة العظمى وإمارة المؤمنين ثلاث كلمات معناها واحد

Didalam kitab Al-Imamah Al-'Udzmaa 'Inda Ahl As-Sunnah wa Al-Jama'ah -الإمامة العظمى عند أهل السّنة والجماعة- hal. 38, karangan Asy-Syekh Abdullah bin Umar bin Sulaiman Ad-Dumaiji, menyatakan bahwa ketiganya adalah bersinonim ;

ونرى أن ثمة ترادفاً بين ألفاظ الإمامة والخلافة وإمارة المؤمنين عند أهل السّنة

Demikian juga didalam Tarikh al-Madzahib al-Islamiyyah -تاريخ المذاهب الإسلامية- Juz 1 Hal 21, karangan Syaikh Muhammad Abu Zahrah ; bahwa Khilafah adalah Imamah al-Kubra,

ويفسر الشيخ أبو زهرة ذلك الترادف بقوله : (( المذاهب السياسية كلها تدور حول الخلافة وهي الإمامة الكبرى ، وسمّيت خلافة لأن الذي يتولاها ويكون الحاكم الأعظم للمسلمين يخلف النبي (ص) في إدارة شؤونهم ، وتسمى إمامة لأن الخليفة كان يسمّى إماماً ولأن طاعته واجبة

Dari penjelasan diatas, sudah jelas bahwa antara Khilafah (Khalifah) dan Imamah (Imam) adalah satu makna atau bersinonim (mutaradif). Maka jangan heran, jika dalam banyak kitab maupun tulisan sering digunakan kata Khilafah atau Imamah (الخلافة أو الإمامة). Selanjutnya, kenapa para ulama kaum Muslimin menyatakan bahwa kedua istilah tersebut merupakan istilah yang sama ? Mengenai hal ini, Syaikh Taqiyuddin an-Nabhaniy (cucu dari al-‘Allamah al-‘Alim asy-Syaikh Yusuf bin Isma’il an-Nabhaniy, seorang ulama sunni yang sangat masyhur) mengatakan dalam kitab beliau yaitu kitab asy-Syakhshiyah al-Islamiyah (الشخصية الإسلامية) Juz. 2, bahwa al-Imamah dan al-Khilafah adalah satu makna dan memang terdapat hadits-hadits Shahih mengenai dua kata tersebut yang menunjukkan pada makna yang satu,

الخـلافة هي رئاسة عامة للمسلمين جميعاً في الدنيا لإقامة أحكام الشرع الإسلامي، وحمل الدعوة الإسلامية إلى العالم، وهي عينها الإمامة، فالإمامة والخـلافة بمعنى واحد وهي الشكل الذي وردت به الأحكام الشرعية لتكون عليه الدولة الإسلامية. وقد وردت الأحاديث الصحيحة بهاتين الكلمتين بمعنى واحد، ولم يرد لأي منهما معنى يخالف معنى الأخرى في أي نص شرعي، أي لا في الكتاب ولا في السنة لأنهما وحدهما النصوص الشرعية. ولا يجب أن يُلتزم هذا اللفظ، أي الإمامة أو الخـلافة، وإنما يلتزم مدلوله

Banyak hadits yang menuturkan tentang Khilafah atau Imamah yang semuanya merujuk pada pengertian yang sama. Diantara hadits yang menggunakan kata “Imamah (Imam)’ adalah hadits riwayat Imam Muslim,

إنما الإمام جنة يقاتل من ورائه و يتقى به
“Sesungguhnya Imam adalah laksana perisai, yang mana orang akan berperang dibelakangnya (dibelakang Imam) dan menjadikannya pelindung”.

ومن بايع إماماً فأعطاه صفقة يده وثمرة قلبه فليطعه إن استطاع، فإن جاء آخر ينازعه فاضربوا عنق الآخر
“Dan siapa saja yang telah membaiat seorang Imam lalu ia telah memberikan genggaman tangannya dan buah hatinya, maka hendaklah ia mentaatinya sesuai dengan kemampuannya, dan jika datang orang lain yang hendak merebut kekuasaannya maka penggallah orang lain itu”

Dan masih banyak lagi, sementara diantara hadits-hadits yang menggunakan istilah “Khilafah (Khalifah)” adalah,

قال صلى الله عليه وسلم كانت بنو إسرائيل تسوسهم الأنبياء كلما هلك نبى خلفه نبى و إنه لا نبى بعدى و ستكون خلفاء فتكثر قالوا ما تأمرنا ? قال فوا ببيعة الأول فالأول و أعطوهم حقهم فإن الله سائلهم عما استرعاهم
“Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, dulu bani Israil diurus dan dijaga oleh para Nabi (الأنبياء), setiap seorang Nabi meninggal maka akan digantikan oleh Nabi yang lain, dan sesungguhnya tidak ada Nabi setelahku, yang akan ada adalah Khulafa’ (para Khalifah) dan jumlah mereka banyak, para sahabat bertanya, “lalu apa yang engkau perintahkan kepada kami ya Rasulullah ? Nabi bersabda, “penuhilah bai’at yang pertama, dan yang pertama, berikanlah kepada mereka yang menjadi hak mereka, maka sungguh Allah akan mempertanyakan kepada mereka atas apa yang mereka diminta untuk mengurusinya” [Hadits Riwayat Imam Muslim]

وحدثني وهب بن بقية الواسطي حدثنا خالد بن عبد الله عن الجريري عن أبي نضرة عن أبي سعيد الخدري قال قال رسول الله إذا بويع لخليفتين فاقتلوا الآخر منهما
“Apabila dibai’at dua orang Khalifah, maka perangilah yang terakhir dari keduanya” [Hadits riwayat Al-Imam Muslim dalam kitab Shahihnya, Al-Imam Baihaqiy dalam As-Sunan Al-Kubra, Al-Imam Ath-Thabraniy dalam kitab Al-Mu’jam Al-Awsath]

عن أم سلمة رضي الله عنها قالت قال رسول الله يكون اختلاف عند موت خليفة فيخرج رجل من أهل المدينة هارباً إلى مكة ، فيأتيهم ناس من أهل مكة فيخرجونه وهو كاره فيبايعونه بين الركن والمقام ، ويُبعث إليه بعث من الشام فيخسف بهم بالبيداء بين مكة والمدينة ، فإذا رأى الناس ذلك أتاها أبدال الشام وعصائب العراق فيبايعونه
“Akan ada perseteruan saat kematian seorang Khalifah, maka kemudian seorang lelaki penduduk Madinah melarikan diri ke kota Makkah. Penduduk Makkah pun mendatanginya, seraya memintanya dengan paksa untuk keluar dari rumahnya, sementara dia tidak mau. Lalu, mereka membai’atnya di antara Rukun (Hajar Aswad) dengan Maqam (Ibrahim). Disiapkanlah pasukan dari Syam untuknya, hingga pasukan tersebut meraih kemenangan di Baida’, tempat antara Makkah dan Madinah. Tatkala orang-orang melihatnya, dia pun didatangi oleh para tokoh Syam dan kepala suku dari Irak, dan mereka pun membai’atnya… “ [Hadits riwayat Imam Ath-Thabraniy & Imam Abu Daud]

تكون النبوة فيكم ما شاء الله أن تكون ، ثم يرفعها الله إذا شاء أن يرفعها ، ثم تكون خلافة على منهاج النبوة ، فتكون ما شاء الله أن تكون ، ثم يرفعها الله إذا شاء أن يرفعها ، ثم تكون ملكا عاضا ، فيكون ما شاء الله أن تكون ، ثم يرفعها الله إذا شاء أن يرفعها ، ثم يكون ملكا جبريا ، فتكون ما شاء الله أن تكون ، ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها ، ثم تكون خلافة على منهاج النبوة ، ثم سكت
“Masa kenabian itu ada ditengah-tengah kalian, atas izin Allah ia tetap ada, lalu Allah akan mengangkatnya jika Dia berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian (Khilafah ‘alaa Minhajin Nubuwwah). Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) yang dlalim (Mulkan ‘Adhan) ; ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) diktator yang menyengsarakan (Mulkan Jabariyah) ; ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada. Kemudian akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian (Khilafah ‘alaa Minhajin Nubuwwah), Beliau kemudian diam” [Hadits riwayat Al-Imam Ahmad dan Al-Bazar]

Masih banyak lagi hadits-hadits yang menggunakan istilah ‘Khilafah’. Dan Semoga Khilafah ‘alaa Minhajin Nubuwwah tersebut segera kembali, sehingga penindasan terhadap kaum Muslimin bisa segera usai dan janji Allah serta kabar dari sang Baginda Nabiyullah Muhammad Al-Mushthafa shallallahu ‘alayhi wa sallam segera terwujud. Amin Allaahumma Amiyn..!!!

Wallahu Subhanahu wa Ta'alaa A’lam

3 Responses to "Benarkah Istilah Khilafah dan Imamah Adalah “Mutaradifah” ?"

Anonim mengatakan...

Syukron akh!
ijin copas

Dede Rukmana mengatakan...

Barokallahu akhi,...mudah2an blog ini menjadi wasilah buat kebaikan akhi...syukron..

kang shidiq mengatakan...

mohon dijelaskan ahi,perbedaan antara imam dengan sulthon...syukron

Posting Komentar

Media Islam

Thariqat Sarkubiyah

NU Online